"Dan nggak seharusnya lo manfaatin kebaikan orang lain, demi memenuhi keinginan lo!"
- Rangga
P
agi-pagi buta, Serene sudah bertengger di depan teras Rangga. Tentu saja gadis itu teramat senang. Sebentar lagi, mimpinya mendapatkan Rangga akan segera terwujud. Yah, terhitung hampir 5 tahun ini Sarah menggandrungi Rangga. Gadis dengan wajah ayu itu, tersenyum ketika Rangga membuang muka melihatnya.
Tak apa, bagi Serene inilah perjuangan yang sesungguhnya. Ia tahu, Sarah tak akan pernah bisa menjadi saingannya. Mau bagaimanapun, tetap ia yang akan mendapatkan Rangga.
"Ngapain lo pagi-pagi ke sini?" cerca Rangga dingin. Dengan sepatu kets hitamnya, Serene melangkah menghambur ke lengan Rangga. "Ya aku nungguin calon tunangan aku lah! Emangnya mau ngapain lagi? Masa ke sini mau bantu Tante Luna cuci piring?" jawab Serene dengan nada yang membuat Rangga muak.
"Gue mau jemput Sarah! Dan gue harap lo inget perjanjian kita, lo gak bakalan nunjukin diri lo di depan Sarah seb–" Belum selesai Rangga berbicara, jari telunjuk Serene lebih cepat mendarat tepat di depan bibir Rangga.
"Kamu juga harus inget. Waktu kamu nggak banyak. Udah hampir 5 bulan aku ngalah sama dia. Udah aku relain waktu 5 bulan itu buat diam karena aku tahu, aku tidak sepenuhnya pantas buat kamu. Tapi, sebagai lelaki sejati, bukankah kamu harus bertanggungjawab atas apa yang dibebankan Om Arezh di pundak kamu? Dan lagi, menerima kekurangan aku ini, juga akan membuktikan kalau kamu bukan laki-laki pengecut … "
" Dulu aku memang salah, ngebuang hal paling berharga yang seharusnya nanti jadi milik kamu, ke orang lain. Tapi itu keadaan, Rangga. Dan kamu tahu itu, kamu ada di sana saat itu, kamu yang melihat semuanya–"
"Dan nggak seharusnya lo manfaatin kebaikan orang lain, demi memenuhi keinginan lo!" sergah Rangga. Mukanya sudah memerah menahan emosi.
"Itu cara aku, Rangga. Cara aku balas budi ke kamu. Aku cantik, aku kaya, aku bisa memberikan kamu apapun, termasuk peluang papa kamu untuk semakin sukses di karirnya. Paling nggak, lihatlah sisi positifnya, mama kamu bakalan lega, dan papa kamu bakalan puas. Cukup kamu terima satu kekurangan aku ini,"
Rangga tak bisa berkutik. Jujur, ia muak takdir memberinya keadaan ini. Tak bisa ia bayangkan bagaimana Sarah bisa menerima semua ini.
Kembali ke belakang, alasannya memilih Sarah karena sebuah hutang masa lalu. Hutang itu terus membayanginya sampai membuat ia sendiri jatuh cinta pada Sarah sedalam ini. Tak kan mungkin, ia menyakiti Sarah untuk kedua kalinya bukan? Rasanya tak adil.
Dengan langkah geramnya, Rangga mendahului Serene memasuki mobilnya. Dan dengan segera, gadis itu mengekori Rangga. Aksinya akan ia mulai.
^^
"Gue kangen naik motor lo tau!" ucap Sarah setelah motor Glenn terparkir bersama motor lain di parkiran.
"Makanya, jangan pacaran mulu! Lo nya aja yang terlalu sibuk. Lo sibuk, masa gue harus nungguin lo, sementara lo naik motor sama pacar lo!" jawab Glenn sambil membenarkan helm-nya.
"Kan, mulai deh nyebelinnya!" rajuk Sarah mendahului langkah Glenn.
Laki-laki itu sedikit berlari kecil menyusul Sarah, senyum yang sudah lama tak membuat wajahnya serelaks itu kini menghiasi wajahnya.
"Kak Glenn?"
Datang dari sudut yang berlawanan, Reyna menenteng senyumannya ketika pandangan mereka bertemu.
Sarah menaikkan alisnya. Dalam batinnya, ada perasaan ketidaksuka pada adik kelasnya itu. Mengapa firasatnya begitu kuat untuk menjauhkan Glenn dari gadis berwajah blasteran Australia itu? Tapi senyumannya itu? Senyuman Reyna mengingatkannya akan seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan dan Matahari
Teen FictionBulan dan Matahari berjudul asli Sun and Moon ----------------------------------------------------------------- Mencintai dan memiliki adalah hasrat diri. Satu kata untuk Sarah, egois. Bisakah ia memeluk Rangga sedangkan tangannya menggenggam Glenn...