"Sebenernya, kamu sama Serene ada hubungan apa?"
-Sarah
"Serene?"
Hanya satu orang yang Sarah kenali bernama Serene. Orang yang pagi ini menamparnya hingga membuat bekas kemerahan di pipinya kini.
"Ari aya saha iue? Meni gelis pisan (ada siapa ini? Cantik sekali), " Datang dari sudut kebun dengan celemek yang menempel di tubuhnya, seorang wanita bercepol konde itu menghampiri Sarah dan tukang kebun rumah Rangga.
Sarah menaikkan alisnya sembari tersenyum manis. "Saya Sarah, Bu,"
"Aihh, Non Sarah tong panggil Ibu atuh. Panggil wae Mbok Asri (Aihh, Non Sarah jangan panggil saya ibu. Panggil saja Mbok Asri) . Saya ini, asisten rumah tangga di sini. Pengasuh Den Rangga kecil," timpal wanita yang bernama Mbok Asri itu dengan guyonan kecil.
Sarah menyunggingkan senyumannya. "Saya cari Rangga, Mbok."
Mbok Asri terdiam dengan senyuman yang begitu dalam. Wanita tua itu menyuruh Sarah memasuki rumah Rangga.
"Den Rangga nya sedang istirahat di kamar. Saya panggilkan nyonya dulu sebentar," tutur Mbok Asri pada Sarah yang sudah membalasnya dengan senyum kikuk.
Sofa yang sama dengan sofa beberapa minggu lalu, kesan bertemu dengan Mamanya Rangga memang membekas di pikiran Sarah.
Tak lama bagi Sarah untuk menunggu Luna datang. Wanita dengan wajah teduhnya itu, tersenyum hangat menyambut Sarah.
"Assalamualaikum? Selamat sore, Tan?" sapa Sarah dengan mencium punggung tangan Luna. "Waalaikumsalam."
"Duduk dulu, Sarah!" pinta Luna dengan menepuk permukaan sofa putihnya. Sarah mengangguk mengiyakan, gejolak kecanggungan terasa begitu kental. Luna yang terlihat diam saja itu, membuat Sarah juga tak tahu harus memulai obrolan darimana.
Mbok Asri yang datang dengan dua gelas air di atas nampan, memecahkan keheningan untuk sementara. Luna segera menyuruh Sarah untuk meminum airnya. Lagi-lagi hanya sikap canggung yang menglingkupi keduanya. Hingga Luna memutuskan untuk mengizinkan Sarah bertemu dengan Rangga.
^^
Darah yang sudah membeku di sudut bibirnya terasa sangat perih ketika Rangga sedikit saja menggerakkan mulutnya, tak pun saat Rangga akan meminum air. Rasanya, semuanya kacau. Ia masih berpikir, mampukah ia bertahan sedangkan keadaan tak kemungkinkan?
Haruskah Rangga memberitahu Sarah? Tapi, ia belum siap.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pintu yang membuyarkan pikirannya itu, berhenti ketika Rangga mempersilakan orang yang mengetuk pintu kamarnya.
Alis yang naik beberapa mili itu, tampak menunjukkan Rangga yang terkejut dengan kehadiran Sarah yang menenteng senyum di ambang pintu. "Sarah?"
Kaki jenjangnya menapak pelan di lantai kamar Rangga. Matanya terlihat menyendu kala bertemu dengan pandangan Rangga.
"Kamu sakit? Kenapa nggak bilang sama aku?" Tubuh Sarah sejajar dengan Rangga yang tengah berdiri terpaku menatap gadis itu. Tanpa berkedip sedikitpun, Rangga mencoba tetap memusatkan fokusnya pada gadisnya itu. "Aku khawatir banget sama kamu, kenapa bisa sakit, sih? Kamu nggak main hujan-hujanan, kan?"
Rangga masih mengunci pandangannya pada manik Sarah. Semua kebodohan yang ia lakukan, semua kesalahan yang ia lakukan satu persatu muncul di benaknya. Ia telah melukai gadis di depannya ini. Masih pantaskah ia mendapatkan perhatian Sarah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan dan Matahari
Teen FictionBulan dan Matahari berjudul asli Sun and Moon ----------------------------------------------------------------- Mencintai dan memiliki adalah hasrat diri. Satu kata untuk Sarah, egois. Bisakah ia memeluk Rangga sedangkan tangannya menggenggam Glenn...