26 - Perampok

33 7 2
                                    

"Maaf? Kakak siapa, ya?"

-Sarah

Bibir bawahnya maju beberapa mili, memberikan kesan merajuk. Glenn yang baru saja selesai tertawa itu, menatap Sarah dengan pandangan iba.

Sudah berapa kali trik ini dimainkan, tetap saja Sarah tidak paham dan tidak hafal. Glenn menggeleng pelan, mencoba  membujuk Sarah yang terlihat kesal.

"Iya-iya, gue minta maaf."

Sarah membuang muka semakin kesal, tangannya sudah terlipat di depan dada, wajahnya merah padam.

Beberapa kali tangan Glenn mencoba mengubah posisi wajah Sarah yang membelakanginya. Dan ya, Glenn tahu ini belum cukup untuk membuat Sarah luluh.

Tangannya terangkat, menangkup kedua pipi Sarah dan memposisikan wajah Sarah tepat di depan wajahnya. Dengan raut wajah serius setengah bergurau, Glenn berkata, "gue minta maaf, ya? Lo itu bodohnya kelewatan, tadi gue kelepasan. Udah, ya? Gue udah minta maaf."

Sarah merasa dipermainkan, tangannya membalas, menangkup wajah Glenn yang memberi respon terkejut.

" Sorry banget, gue nggak akan maafin lo lagi! Kapok gue nerima permintaan maaf lo ... " Glenn melepas cepat tangannya, begitu Sarah yang sudah kuda-kuda siap untuk lari.

" WLEE!!!" lidahnya terjulur keluar beberapa detik, mengejek Glenn yang sudah kembali memasang wajah datarnya.

^^

"Kamu jangan keras kepala, Rangga," Sebuah kapas beralkohol beberapa kali disentuhkan pada luka memar di wajah Rangga.

Ringisan Rangga membuat Luna menangis tertahan. Mau bagaimanapun ini adalah pertama kalinya Rangga memberontak sampai seperti ini. Luna paham bagaimana perasaan Rangga.

Putra bungsu yang menjadi harapan terakhir keluarga Rivaldo. Rivaldo Ranggarezh—Rangga melihat bagaimana  kakak kakak tirinya itu, meniti masa depan dengan paksaan dari sang ayah. Menikah usia muda, menikah paksa, cita-cita dan kemauan harus sesuai dengan kehendak Arezh—pria ber-ego tinggi ayah mereka.

Rasa ngilu di sudut bibirnya mungkin tidak akan hilang sampai besok. Yang ia pikirkan saat ini, bagaimana dengan Sarah? Gadis yang teramat ia sayangi.

Rangga mendesis pelan, bukan karena rasa perih dari alkohol, melainkan perih di hatinya yang menganga.

Serene Aikoshen, gadis yang selalu mengusik hubungannya dengan Sarah. Bagaimana ia bisa melewati hari berikutnya?

Mungkinkah jika ia akan kalah dan berakhir meninggalkan Sarah? Tidak! Tidak! Tidak! Rangga tengah berjuang, pukulan dari sang ayah hanya satu dari seribu rintangan yang harus ia hadapi.

Arezh tidak memiliki wewenang untuk mengatur perasaannya. Ia mencintai Sarah. Ini baru permulaan pemberontakannya, ia akan berjuang.

Berjuang tanpa diketahui oleh Sarah. Ini adalah keputusannya.

Bukankah cinta sejati terjadi karena dua orang berjuang bersama? Quotes itu tak berarti bagi Rangga. Cinta sejati terjadi karena dua orang benar saling mencintai dan berusaha untuk saling memiliki tanpa peduli halang rintang yang harus dihadapi. Meski, itu berarti salah satu harus ada yang sakit sendiri. Karna memang begitulah cinta seharusnya, tak takut sakit meski ditimpuk rakit.

Berjuang masing-masing? Ya, itu lebih baik daripada membangun tiang kesejatian bersama dari satu sisi, sementara sisi yang lain dibiarkan. Seolah Rangga dan Sarah membangun satu tiang penyangga bersama namun melupakan tiang lain. Bagaimana akan terbangun jika hanya mementingkan ego?

Bulan dan MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang