10 - Senyumnya Beda

68 18 16
                                    

Warn! Banyak typo

"Kamu jahat, Rangga,"

-Sarah


Langkah Sarah berhenti di depan toilet. Ia sudah jauh berlari, napasnya memburu. Benarkah Rangga seperti itu? Ia menyesal.

-flashback on-

"Eh! Itu gerombolan cowok populer sekolah! Liat itu Kak Satya! Sumpah, ganteng banget!"

"Liat juga deh, itu Kak Rezvan! Huwaaaa, cueknya bikin makin cinta!"

"Eh itu juga, Kak Rangga senyumnya manis banget! Aaaaa!!!"

Riuh ricuh terdengar bersautan dari ujung koridor ke ujung koridor lain.

Tiga laki-laki berperawakan tinggi, tertanda kelas 11 Cemara High School itu, berjalan menyusuri kelas-kelas yang dihuni oleh siswa baru.

Kedatangan mereka yang sungguh sulit dilewatkan membuat para adik kelas itu ribut-ribut keluar kelas.

Terutama para gadis yang terlihat malu-malu ketika ketiganya berjalan melewati mereka dengan gaya mereka.

Satya, si selebgram sekolah, wajahnya rupawan. Rezvan, si cuek bebek yang subahanallah ganteng. Juga Rangga yang paling murah senyum.

Gadis-gadis itu menyapa dengan malu-malu. "Hai, Kak Satya?" Laki-laki itu hanya tersenyum singkat dan masih terus berjalan.

"Halo Kak Rezvan? Ganteng banget sih?" Muka datarnya membuat para gadis berbisik kagum.

"Hai! Rangga?!" Semua orang menoleh. Terkejut pada gadis berambut hitam tergerai yang muncul dihadapan Rangga. Bukan hanya itu, mereka berbisik karna gadis itu tidak menggunakan embel-embel 'Kak' seperti yang lain. Bukan apa-apa.

Rangga yang terhenti sejenak, mengembangkan senyumnya dan mengangguk. Rangga berjalan melewati gadis yang kini tampak berbunga setelah mendapatkan apa yang dia inginkan.

Gadis itu berbalik. Name tag yang tertempel di dada sebelah kanannya terlihat, Sarasalsa Amiranda. Sarah.

Sarah tersenyum gembira menatap kepergian ketiga cowok populer itu. Terutama menatap punggung Rangga yang telah menghilang di tikungan depan.

"Aaaaa!!!" Sarah berteriak kegirangan dan berjalan riang menuju kelasnya.

"Glenn!" Laki-laki berdasi rapi itu menoleh ke sumber suara.

"Kayaknya gue suka deh sama kakak kelas kita itu," ungkapnya sedikit berbisik pada laki-laki yang kini menatapnya sempurna.

"Siapa?" Laki-laki yang dipanggil dengan nama Glenn itu memiringkan kepala antara penasaran dan tak peduli.

"Itu loh, yang waktu itu, yang pulang sekolah senyum ke gue!" kata Sarah dengan nada senangnya.

"Banyak yang senyum ke loe akhir-akhir ini, kayak gue nggak tahu aja," Glenn menimpali pernyataan Sarah.

"Ihhhh! Masa loe lupa?! Dia bahkan yang paling terkesan di antara para cowok yang pernah senyum ke gue!" Sarah menyayangkan ketidakpekaan sahabatnya.

"Gue juga cukup berkesan saat senyum sama loe, kan?" Glenn berdalih. Sangat kontras dengan ekspresi wajahnya.

"Ihhh! Pede! Bukan loe, loe mah nih!" Sarah menepuk dada kirinya, "loe selalu ada di sini! Tenang aja, "

Glenn menggeleng geli, sudut-sudut bibirnya terangkat.

"Ini tuh, cowoknya beda! Kalo yang lain senyum sambil nglemparin gue sama recehan mereka, maka  cowok ini senyum kayak ... ya gitu, deh!" Sarah menatap ke atas dengan senyum bodohnya.

Bulan dan MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang