11 - Keduanya Bahagia

63 18 14
                                    

Warn! banyak typo

"Bagiku, mencintaimu adalah alasan aku bahagia"

-Rangga

"Selamat siang semua, perkenalkan nama saya Reyna Ranvouten. Bisa dipanggil Rein. Saya dari kelas 10 IPS-3," Ia menarik napas gugup. "saya anggota club baru di laboratorium ini. Mohon bantuannya, ya?"

Gadis ayu itu, membungkukkan badan. Banyak siswa yang ikut extra kuliner ini. Dimana semua muridnya terkesan yang pendiam, cuek, dan tentunya tidak seterpopuler ekskul lain. Kecuali setelah datangnya salah satu member cowok populer sekolah.

Laboratorium Fisika-2

Glenn. Berada di sana dengan jas laboratoriumnya. Berdiri menyimpan telapak tangannya pada saku jas lab-nya.

Kehadiran anggota club baru, bukanlah hal yang baru lagi bagi mereka. Sudah banyak yang mendaftar. Terlebih lagi dalam beberapa tahun belakangan ini.

Karena sebuah hal yang langka bagi daftar ekskul SMA Cemara yang mengisi kelas sains. Terlebih materi fisika.

Ketua ekskul, Rezvan Melviano. Membimbing rekan-rekannya dengan teramat baik. Laki-laki yang menjadi senior Glenn beberapa bulan ini, tampak melipat tangannya di depan dada, memperhatikan gadis yang mengaku bernama Reyna.

"Anak IPS? Yakin, nggak salah masuk club?" Glenn menoleh ke sumber suara yang membuyarkan lamunannya.

Gadis itu sedikit terkejut. Dia berusaha tersenyum.

"Ekhem, " Glenn berdehem mengingat situasi perkenalan ini sedikit melebar.

Ketua Fisika's Club Sains itu melirik ke arah Glenn yang bersandar di meja laboratorium.

"Di sini, kita nggak main-main! Gue cuma mau negesin! Gue nggak mau ada hal yang membuat club ini down cuma gara-gara satu kesalahan tes! Selama gue megang club ini, belum ada anak iseng yang berhasil lolos di tes berikutnya. Ngerti? Kebetulan loe anak IPS, ngambil ekskul sains? Dan berhasil lolos ngisi formulir? Hehe, " Bahunya bergerak naik turun beberapa saat selama tawa kecilnya berlangsung.

"Pribadi, gue nggak yakin sama kemampuan loe, khusus loe, ikut tes gue! tes seleksi khusus dari gue, bukan dari guru pembimbing, ngerti?" Jiwa kepemimpinannya tak enyah sedikitpun. Ia merasa dipermainkan dengan kehadiran anak baru, dari kelas IPS.

Lalu dimana kesalahan gadis itu? Tidak ada larangan, kan?

Glenn melirik gadis yang kini meremas jemarinya sendiri. Takut.

"Sudahlah Senior, lagi pula apa salahnya, kan?" Glenn duduk di tempatnya.

Senior Rezvan, begitu cara penghormatan antar sesama member club pada angkatan lebih tinggi.

Laki-laki yang merasa namanya disebut oleh Glenn berbalik menghadap Glenn, masih dengan lipatan tangan di depan dadanya.

"Saya harus profesional, junior," Rangkaian kata yang di ucapkan Rezvan terdengar penuh penekanan.

Glenn menggidikkan bahunya diam.

Reyna Ranvouten, gadis yang masih berdiri di depan itu mengamati situasi. Ia sendiri telah bertekad masuk club ini. Ia sendirilah yang harus membuktikan.

"Mohon bimbingannya, senior," Semua orang terkejut. Belum ada satupun yang lolos mengikuti tes dari Rezvan, terlebih anak di luar jurusan!

Glenn sedikit tertarik pada pendirian gadis  yang bersembunyi di ujung ekor matanya penuh keyakinan. Ia menggeleng pelan, dan kembali fokus pada garapannya.

Bulan dan MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang