Sagarmatha
*Pasca Reuni
Siang menggoda memanggil - manggil di atas sana, saat beberapa daun gugur disambut angin keduanya menari lalu terjatuh di atas tanah. Seorang laki - laki di sana tengah meratapi pandangan kebosanan, kedua tangannya terlipat menahan dagu meski duduk ia seakan tak kuasa ingin merebahkan tubuh.
“Brengsek, kenapa waktu berputar lama sekali. Aku mengantuk,” ujar Samanta.
“Hidupmu tidak akan menjadi orang hebat jika sekolah saja kau malas,” sahut Boni.
“Diluar sana banyak orang hebat tidak juga sekolah, ingat sekolah terkadang tidak bisa menjaminmu menjadi sukses,” balas Samanta.
Sagarmatha, banyak murid mengenalnya sebagai biang pembuat onar, dia adalah sosok remaja yang gemar mengandalkan pukulan upper cut dibandingkan otak pikiran. Meskipun namanya sangat indah untuk diucapkan tetap saja ia tak mengerti.
“Sagarmatha, sedari tadi bapak memperhatikanmu, tapi rasanya bapak tertarik untuk bertanya arti dari namamu yang unik itu,” ucap Pak Dul.
“Sagarmatha, arti nama saya ya pak? Menurut orangtua saya nama itu berarti… anak keturunan dari tetangga sebelah pak,” celoteh Samanta.
Kebiasan rutin dari Samanta yakni seringnya keluar masuk ruang kesiswaan, bahkan terkadang pula ia harus terpaksa mengunjungi ruang konseling. Bagi sebagian murid, bertemu dengan guru kesiswaan bak menghadapi mimpi buruk, namun Samanta selalu bahagia seusai bertemu guru kesiswaan.
“Samanta, bukankah minggu lalu orangtuamu saat menghadap saya sedikit lebih muda? Kenapa sekarang berbeda?’ tanya Pak Iwan.
“Loh apakah bapak menyindir fisik ayah saya ini, beliau ini ya ayah saya pak. Silahkan untuk menyampaikan langsung,” jawab Samanta.
“Ya pak, saya adalah ayah dari Samanta,” sahut seseorang yang mengaku ayah Samanta.
Kejadian serupa juga terjadi saat Samanta bertemu dengan guru – guru konseling, bahkan saat pengambilan rapot sekolah.
“Terimakasih pak tukang becak, bakat anda top sekali untuk menjadi aktor,” ucap Samanta.
“Iya, mana uangnya jangan lupa ditambah rokok buat saya dik,” balas tukang becak.
Dibalik aktivitasnya di sekolah, Samanta juga memiliki citra lain dari kelompok perkumpulannya yang berbeda tempat. Seakan berbanding terbalik Samanta terkenal akan prestasi juara bertahan tawuran antar pelajar, jawara pukul nomor wahid, dan legenda hidup dunia pukul memukul.
Tidak seperti kebanyakan petarung yang terkadang memiliki wajah garang dan menyeramkan, Samanta berwajah bersahabat dan terawat. Mitos yang berkembang pada telinga publik, semakin wajah Samanta menerima pukulan semakin terlihat terawat bercahaya.
Samanta dilahirkan bukan dari keluarga petarung, ia sekalipun tidak memiliki darah keturunan petarung handal, keluarganya menjunjung tinggi pendidikan. Tingkah laku Samanta acap kali membuat geram seisi rumah, berulah liar bukanlah kebanggan keluarga, namun prestasi akademik adalah harapan yang didambakan keluarga dari Samanta.
“Samanta, kenapa kau selalu memakai jaket berwarna biru, motor biru, tas biru, rata – rata berwarna biru semua ? apakah kau ini suka berwarna biru ?” tanya Akasia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Selamanya Remaja
Teen FictionKisah fiksi sebelas remaja yang dipertemukan oleh plot kompleks permasalahan ; identitas diri, cinta, impian, penghianatan, kesedihan, penyimpangan, kekocakan, dan kebahagiaan. Samanta si berandal, Felis sang penakluk wanita, Cherry si narsistik, Ir...