Irawan
"Akasia, mau kah kau merubahku menjadi lebih baik ? Maukah kau menjadi paca..." ucapan Irawan terhenti ketika ponsel Akasia berdering.
"Ya kak. Sebentar lagi aku pulang," jawab Akasia lalu menutup pembicaraan ponsel dengan Fandi.
"Irawan, aku menunggu.."
Irawan kembali tegap, senyum bibir nya berubah menjadi kata - kata lanjutan yang terpotong sebelumnya, namun langit berkehendak lain. Awan - awan mendung ditengah malam menunda kisah roman dua remaja. Cuaca malam berubah drastis menjadi rintikan hujan.
"Sial, hujan. Ayo kita pulang saja Akasia," ucap Irawan sembari menyeret tangan Akasia.
"Tapi Irawan, aku.."
"Sudahlah, masih ada waktu untuk melanjutkan setiba di rumahmu Akasia, aku tidak membawa jas hujan saat ini."
"Kepalaku pusing Irawan aku tidak sanggup berlari," ucap Akasia.
Irawan menatap rintik hujan, dengan cepat ia menunduk kan badan dan menyuruh Akasia naik di atas punggungnya.
"Ayo aku akan menggendong mu lagi, aku bisa berlari kencang menuju motor."
Di bawah rintikan hujan, Irawan berlari menggendong Akasia, keduanya saling tersenyum meski tak saling berhadapan. Akasia memeluk erat punggung jejaka yang telah mencuri hatinya, hujan tak lagi dirasa dingin membasahi tubuhnya, ia terbuai hangatnya panah asmara.
"Aduh berat sekali," Irawan membatin.
Sesampainya di samping motor, keduanya bergegas meninggalkan taman penuh kenangan malam itu.
***
"Tepat 45 menit, aku sangat cepat kan mengantar tepat di depan rumah mu, eh tapi kita berdua basah kuyup" ucap Irawan sembari mematikan mesin motor nya.
"23.45. Cepat sih, tapi terlalu lambat untuk kembali menyambung pernyataan mu, jadi apakah aku bisa mendengar penggalan itu lagi ?, aku tidak peduli dengan pakaianku yang sudah basah ini, aku lebih peduli janji mu tadi," sahut Akasia.
"Baik, aku akan mengatakannya sekali lagi, biarkan hujan ini menjadi saksi diantara kita berdua," jawab Irawan, Ia berdiri lantang dan bersiap mengucap. Akasia kembali tersipu malu meski hujan terus membasahinya.
"Akasia, Kau adalah seseorang yang berarti untukku, Akasia aku rasa aku mencin.. Eh bukan bukan, tunggu. Akasia kau.."
"Gadis Sialan.."
Keduanya terkejut mendengar suara dari belakang tubuh mereka.
"Akasia kau anak sialan, kau janji pulang jam 21.00 kenapa sampai selarut ini, mau jadi wanita apa kau, masuk sekarang juga," Fandi berlari menghampiri Akasia sembari berteriak keras.
Fandi menyeret Akasia secara paksa memasuki rumah, tetapi Akasia menempis lengan Fandi secara keras, ia menentang paksaan kakaknya.
"Kak, aku sudah besar, aku bisa mengurus diriku sendiri, berhenti melarang ku seperti ini, jangan terlalu keras padaku," bentak Akasia.
"Oh, berani ya sekarang melawan aku. Tunggu kenapa aku mencium bau alkohol disini, kau sudah minum ? Bedebah kau Akasia," ucap Fandi.
![](https://img.wattpad.com/cover/223133273-288-k275030.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Selamanya Remaja
Ficção AdolescenteKisah fiksi sebelas remaja yang dipertemukan oleh plot kompleks permasalahan ; identitas diri, cinta, impian, penghianatan, kesedihan, penyimpangan, kekocakan, dan kebahagiaan. Samanta si berandal, Felis sang penakluk wanita, Cherry si narsistik, Ir...