REUNI

18 0 0
                                    

Boni

"Jangan sentuh apapun barang di kamarku, kalau kau ke toilet ada di samping kamar," ucap Atalas.

Boni mengangguk mematuhi larangan Atalas. Ia duduk bersandar di atas kasur Atalas.

"Atalas, apa kau tau kenapa tadi aku mabuk ? Aku merasa aneh setelah meminum es buah," ungkap Boni.

".... Tidak tau, coba kau tanya saja Irawan," ujar Atalas.

"Dasar anak yang dingin, jawaban macam apa itu," Boni membatin.

Boni memperhatikan kamar Atalas dengan rinci, setiap lekuk ruangan diamati menyeluruh, ia melihat buku - buku berdebu, pakaian - pakaian kotor berserakan, poster wanita seksi menghiasi tembok - tembok, dan beberapa keping kaset video porno nampak terselip dibalik tempat persembunyian.

"Atalas apakah Pak Sem mengijinkan mu mengoleksi barang - barang ini ?"

Atalas diam tak menanggapi.

"Kau sangat berani terang - terangan menunjukkan kebiasaan buruk mu, usiamu masih dibawah umur untuk mengetahui hal - hal dewasa," Boni menggurui Atalas.

"Aku penasaran bagaimana pendapat Pak Sem mengenai pemandangan ini, jika saja kau jadi aku pasti orang tuaku mengusirku," tutur Boni.

"Berisik ! Kalau tidak ada hal penting yang ingin dibicarakan sebaiknya diam saja," Atalas menjawab.

"Ini sih penting menurutku untuk dibicarakan karena aku tertarik mempelajari ke anehan mu, mempelajari mu setara dengan mempelajari sebuah masalah individu sosial, atau lebih tepat disebut sebagai social science, kau adalah objek penelitian yang menarik," balas Boni.

Atalas mendekati Boni, lalu kedua tangannya menyumpal mulut Boni dengan celana dalam kotor.

***

"Tiii Tiiidak.. Bukan seperti ini caranya. Bukan bukan." Topas berteriak kencang sembari berjalan mundur menjauhi tubuh seseorang yang tergeletak di bawah tebing batu.

"Kenapa bodoh ! bukannya kau menginginkan hal ini ?" ucap suara yang Topas kenali.

"FRISKI !" Topas berteriak keras.

Topas dikejutkan dengan tepukan di pundaknya, ia menoleh seketika meloncat ketakutan.

"Ti.. tiii da aaak mmunggkiiiin kau sssuu suudah mmati ! Apaaa aaaku juga sudah maaa maa tii ?" bulu kuduk Topas berdiri, ia menutup mata menolak menatap kehadiran Friski tepat di depan pandangannya.

"Hahaha kau sungguh temanku paling bodoh ! Tentu lah aku sudah mati, tapi kau masih hidup, dengar Topas, waktuku tidak banyak untuk berbicara denganmu," ucap Friski.

"Benarkah ? Ini mustahil, pasti aku berhalusinasi," balas Topas.

"Dengar Topas ! Seseorang di sana yang tergeletak adalah Dion ! kau tau."

"Iya aku mengenalinya, ia menabrak ku, aku ingin membalaskan dendam kematian mu tetapi bukan seperti ini caranya, aku hanya ingin dia meminta maaf atas salah nya, awalnya aku menginginkan Dion segera menyusul mu, tapi Sunny telah mengatakan semua kebenaran nya, aku berubah pikiran dan mulai berhenti menyalahkan dia, aku takut melihat kondisinya. Lihat wajahnya penuh dengan darah, pemandangan ini terlalu menakutkan untuk ku, aku takut darah, mungkin Dion telah mati, tak ada pergerakan darinya," ucap Topas.

Kita Selamanya RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang