REUNI

12 1 0
                                        

Sagarmatha

“Ha ha ha, dasar pengecut kau Samanta ! Apa sekarang kau lemah karena pengaruh teman – teman baru mu? Atau karena kau sudah suka dengan wanita ?, kau lebih cocok menjadi banci,” ucap laki – laki berperawakan garang seusai menghajar Samanta.

Samanta mengusap darah di bibirnya, tak kuasa menahan cacian ia mengalihkan pandangan pada kedua telapak tangan. “Kenapa tanganku berat sekali menggenggam, ayo lah aku ingin membungkam mulut mereka berdua.”

“Sudahlah Gading, kita tinggalkan saja banci ini, biarkan Tri yaang akan menghabisinya.”

“Hhhok Cuih,” Gading meludahi wajah Samanta. “Percuma Pandu, Tri tidak akan pernah kembali ke sekolah ini,” ujar Gading.

“Si brengsek ini yang telah mengkhianati geng kita, dia juga yang telah membuat Tri harus dikeluarkan dari sekolah, ya, sama seperti mu Gading,” Pandu kembali memancing emosi Gading.

“Ingat Samanta, meskipun kita sudah berbeda sekolah, tanganku ini masih selalu ingin menghajar mu. Tunggu saja. Ha ha ha ha,” ucap Gading mengancam Samanta.

……

“Hhaaaaaah, haaah tidak, mimpi buruk seperti ini lagi” Samanta terbangun dari mimpi di sore hari menjelang usai jam sekolah.

“Dang, sialan setidaknya masih ada sedikit waktu untuk kabur dari jam terakhir pelajaran, aku belum membeli bunga mawar pesanan Felis,” tubuh rampingnya bersiaga untuk menyelinap keluar kelas.

“Bon, aku mau kabur. Tolong kalau ada yang mencari bilang saja aku sedang ke ruang UKS, awas kalau sampai bocor, aku plontos kepalamu !,” ancam Samanta sembari mengacungkan jarinya pada Boni.

Butuh waktu singkat bagi Samanta menghilangkan jejak, bersama tiupan angin laju kehadirannya lenyap seketika. “Sebaiknya aku cuci muka dulu, kusut sekali wajah ini.”

…..

Glodak, Buk, buk..

“Jangan, itu uang terakhir untuk membayar sekolah. Orang tua ku tidak mampu untuk mendapatkan uang lagi, aku bukan anak orang kaya seperti kalian. Aku mohon jangan ambil,” Samanta mendengar suara keributan dari dalam toilet sekolah.

“Kalau kau tidak menyerahkan uang itu kepada geng kami lihat saja aku dan Wesang akan terus memukulmu. Uang itu lebih berguna untuk membeli minuman keras. Mungkin geng kami akan berbaik hati pada mu,” ucap salah satu suara yang didengar Samanta.

Usai membasahi muka, Samanta membuka pintu. Ia melihat seorang siswi tengah dipalak oleh tiga anggota Geng Popular.

“Eh Samanta, maaf mengganggu suara kami. Jena si gadis tengik ini berhutang dari geng kami.. Kami berencana…"

“Tidak, tidak. Aku tidak pernah berhutang apapun dengan geng kalian,” bantah Jena.

“Lakukan semau kalian, aku tidak peduli,” ucap Samanta berlalu meninggalkan mereka.

***

Di penghujung dini hari Evan dan Topas melalui lorong sunyi, langkah mereka mewarnai hening nya suasana rumah sakit.

“Nah aku kira ruangan Sunny ada di sini Topas, tapi percuma kita tidak diperkenankan masuk.”

“Kita tunggu sebentar saja, mungkin jika wanita sialan itu sadar aku ingin mengabari bahwa Dion telah meninggal,” ujar Topas.

Selang beberapa menit kemudian..

“Evan, aku ingin ke kamar kecil sebentar, tunggu aku disini.”
Topas meninggalkan Evan sejenak.

Kita Selamanya RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang