Topas
"Aku meminta maaf untuk Friski, terserah kamu mempercayainya atau tidak, hentikan pertaruhan motor kalian Topas," ucap Sunny.
Bibir Topas membisu, ia menutupi tingkah laku dengan berusaha tetap tenang. Selang beberapa detik kemudian rintik hujan membasahi dua remaja itu.
"Sial aku lupa membawa jas hujan, sebaiknya kita berteduh saja," ujar Topas.
"Tidak, aku ingin segera pulang, tolong hantarkan aku pulang saja. Percuma saja berteduh sudah terlalu larut malam," pinta Sunny.
"Terserah mau mu saja," balas Topas.
Hujan semakin deras membasahi pekatnya malam, tanjakan dan turunan medan jalan mewarnai perjalanan sepanjang tubuh bukit yang mereka lalui, hingga pada turunan terjal jalanan beraspal peristiwa celaka menyambut keduanya.
"Sialan hujan ini membuat aku kehilangan pandangan, sebaiknya kita berhenti Sunny, aku tidak bisa melihat dengan jelas," tutur Topas.
"Jangan, cepat saja di ujung tikungan tajam itu hampir dekat dengan rumahku. Teruskan saja," cetus Sunny.
Jalan licin menambah beban haluan Topas, ia tak henti memainkan kopling dan rem untuk mengimbangi medan turunan, ditengah konsentrasi nya ia dikejutkan oleh kelelawar yang menabrak helmet nya, Topas kehilangan kendali berkendara. Spontan Topas membanting haluan kemudi motor sehingga terpaksa ia masuk ke dalam jalur berlawanan arah, Sunny berteriak kencang serta menepuk keras pundak Topas, insting nalurinya memaksa untuk menarik lebih kuat lagi rem motor, tak lama keduanya berhenti tepat di jalur arah yang berlawanan, Topas menghela nafas panjang setidaknya mereka bisa terhindar dari celaka.
Chiiiit Chiit... suara rem motor Topas.
"Topas, bodoh kamu, apa yang akan terjadi jika kita jatuh ke jurang di samping jalan ini !," ucap Sunny.
"Berisik, aku sudah bilang kita berhenti saja, tapi kau memaksa, untung kita masih bisa selamat tidak jatuh," bentak Topas.
"Sudahlah kita lanjutkan lagi !," perintah Sunny.
Namun kemudian..
"Sial mesin motorku mati, kita berada tepat di tikungan, menepi lah aku akan membawa motorku ke seberang sana, di sini terlalu berbahaya untuk berhenti," ujar Topas.
Ketika Sunny hendak berdiri keduanya terkejut mendengar suara motor lain dari arah jalur yang sama secepat kilat semakin mendekat. Topas memaksakan nyala motornya namun tak kunjung hidup, Sunny meloncat turun dan berusaha mendorong motor Topas menjauh dari tikungan tajam. Tetapi celaka terus menyambung, tepat di sana sebuah motor melaju kencang berbelok melewati tikungan, pengemudi motor tersebut tidak menyadari adanya Topas dan Sunny yang tengah berhenti. Lalu...
"Aaaaa Tidaaaaaak," suara teriakan Sunny
Chiiiiit... Braaaak Braaak Braaak. Tabrakan terjadi..
Ketiganya terpental bersamaan setelah dua motor beradu. Sunny tergeletak bersama motor Topas, kaki kanannya tertindih tubuh motor, Topas terseret sejauh 2 meter, dan penabrak yang tidak diketahui identitasnya terpental menghantam tebing batu di bahu jalan.
Sepi dan sunyi kembali terjadi seusai kejadian nahas tersebut, suara burung malam terselip diantara air hujan yang turun membasahi bumi, tak satu pun saksi mata melihat kejadian celaka itu.
Topas yang semula terbaring segera beranjak duduk, ia membuka helmet lalu menatapi sekeliling.
"Apa yamg terjadi ? Kenapa aku.. Astaga aku kira seseorang telah menabrak ku," Topas membatin.
Topas berdiri sempoyongan, dalam pandangannya seketika berubah menjadi linglung, ia berjalan lambat menahan sakit pada sekujur tubuh, nampak sedikit darah mulai menetes mengalir dari dahi nya.
"Arrgh, kepalaku pusing sekali, dimana Sunny ?, siapa yang menabrak ku tadi ?".
Ketika pandangan mata Topas telah berangsur membaik, ia melihat Sunny dan seseorang terkapar tak bergerak. Topas memaksakan diri berlari kecil menghampiri Sunny yang tidak sadarkan diri, ia mengangkat motornya dan mengamankan Sunny ke bahu jalan, selanjutnya Topas berlari menghampiri korban lain di bawah tebing bahu jalan.
"Aku rasa dia yang telah menabrak ku, tapi sepertinya aku mengenal motor ini, semoga dugaan ku salah," Topas kembali membatin.
Topas mengangkat motor dan mengamankan si penabrak itu, ia mulai mengamati saksama.
"Aduh mati aku, parah sekali orang ini, motor bagian depan hancur, helmet pecah," ucap Topas lirih.
Sedikit demi sedikit Topas membuka helmet si penabrak, ia melihat darah menutupi seluruh wajah. Topas tak kuasa menahan ketakutan, sampai terlihat jelas wajah penabrak Topas terkejut sembari menjauh mundur.
"Tiii Tiiidak.. Bukan seperti ini caranya. Bukan bukan."
***
"Diii dimana aku ? Apa yang terjadi ?," Boni terbangun dari tidur singkatnya.
"Oh sudah bangun ya," ucap Pak Sem.
"Pak Sem bagaimana acara reuninya apakah sudah selesai ?," tanya Boni.
"Sudah Roni, terimakasih sudah membantu, kamu sempat mabuk tak sadarkan diri diakhir acara tadi, cukupkan istirahatmu besok pagi Atalas akan mengantarmu pulang, malam ini tidur saja bersama Atalas," ujar Pak Sem.
"Terimakasih Pak Sem, saya akan mengabari orang tua saya dulu," ucap Boni.
Pak Sem memanggil Atalas.
"Aneh, kenapa aku bisa mabuk ya ?, Sudahlah. Tapi anehnya lagi kenapa aku bermimpi tentang Topas dan seorang gadis ?," Boni membatin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Selamanya Remaja
Teen FictionKisah fiksi sebelas remaja yang dipertemukan oleh plot kompleks permasalahan ; identitas diri, cinta, impian, penghianatan, kesedihan, penyimpangan, kekocakan, dan kebahagiaan. Samanta si berandal, Felis sang penakluk wanita, Cherry si narsistik, Ir...