PUTIH & ABU - ABU

57 2 0
                                    

Irawan

*Reuni

Gelap menuntun nya memijakkan kaki - kaki buta, ia menutup mata untuk merasakan buaian hening dan nyanyian jangkrik seusai senja. Bagaikan terbang ia membentangkan kedua tangan nya, membiarkan angin mengajaknya ke angkasa. Malam semakin indah tatkala bulan bersiap menjadi pendengar setia, lalu Pohon Bugenvil menyambut dengan hadiah bunga - bunga kertas ungu di atas rumput hijau. Sampai langkah berhenti dia duduk di bawah kaki Pohon Tabebuya yang menggugurkan daun - daun cantik.

Dia adalah Irawan...

Saat pertengahan acara reuni kelas Pak Sem, Irawan menyempatkan diri melepas lelahnya dengan berjalan di taman belakang, ia merasakan kebebasan melihat tanaman - tanaman indah, namun tetap saja ditemani sahabat andalannya, si minuman beralkohol.

Irawan duduk bersandar di bawah Pohon Tabebuya sembari berbicara lirih dengan bulan dan minumannya, tertawa kecil sembari melempar - lempar kerikil ke arah kolam. Seteguk demi seteguk lalu ia terkapar masih dalam kesadaran. "Kau, tidak akan bisa membuatku mabuk, hahaha belum sekarang, mungkin nanti iya, haha,". Selang beberapa detik kemudian Akasia mengejutkannya.

"Astaga, Irawan kami mencari mu sebentar lagi makanan akan disebar eh kamu malah teler di sini," Akasia menggerutu kesal.

"Oke aku ke sana," Irawan berdiri dan mencari sepatunya yang sengaja dilepas.

"Asal kau tau, minuman keras itu tidak baik buat tubuh, tidak keren sama sekali, apa untungnya," Akasia menyambung Omelan nya.

"Bawel, cerewet, lagipula siapa yang suka denganmu, tidak keren ya tidak masalah siapa suruh melihatku, udah jangan berisik aku ke sana," bantah Irawan.

"Taruh makanannya di meja yang sudah disiapkan Atalas. Oh ya buang minuman mu yang bau itu, lagipula kami semua juga tidak suka air yang aneh itu," imbuh Akasia.

"Eh, berisik, aku juga ga bakal ngasih setetes pun ke kamu, paling - paling kamu yang minta nangis - nangis ke aku buat nyobain minuman ini, week," Irawan berlari meninggalkan Akasia.

Irawan, ia remaja yang terkenal dimata murid lain sebagai si pemilik mata lebar dan alkoholik sejati, teman terdekatnya acap kali memanggilnya dengan sebutan Drunken Master XI - F. Menantang minum dengannya adalah kesalahan fatal, karena ia sangat kuat menahan kesadaran. Keahlian yang Irawan miliki tak lepas dari seringnya ia mengkonsumsi minuman keras.

Irawan memiliki sifat supel, jenaka, dan asal - asalan. Ia tak pernah terlihat murung, hidupnya seakan selalu santai dan tidak pernah menunjukkan memiliki masalah.

Dimana pun ia berada selalu membawa botol minum tumbler bergambar Hello Kitty, tetapi hal tersebut adalah modus untuk menutupi minuman keras di dalamnya. Tak peduli di sekolah, di luar sekolah, bahkan di rumah botol minum itu selalu melekat.

Kebiasaan Irawan meneguk minuman beralkohol disebabkan oleh pergaulan lingkungan di sekitar rumahnya yang ekstrim, sedari kecil ia terbiasa hidup berdampingan dengan bocah - bocah jalanan.

Meskipun keluarganya melarang dan berkali - kali ia terpergok minum tetap saja tidak menjadi alasan meninggalkan minuman idolanya. Dihukum, diusir, dipukul, dan hukuman berat lainnya telah ia rasakan berkali - kali, hingga keluarganya menyerah dengan kelakuan Irawan.

Irawan memiliki seorang adik perempuan dan kakak angkat laki - laki. Sang kakak bernama Seno, ia sangat mendukung, membela serta menyayangi Irawan. Serupa dengan sang adik, sang kakak pun jua alkoholik sejati melebihi kehebatan Irawan, perbedaannya hanyalah Seno dimata keluarga tidak terlihat sebagai peminum. Tak ada kesusahan bagi keduanya, bersama mereka melewati hari - hari dengan minuman alkohol.

"Entah kenapa beberapa wanita itu cerewet seperti orang tua, dan beberapa sisanya biasa - biasa aja tidak banyak aturan seperti Akasia," celetuk Irawan.

Membantu menyiapkan makanan membuat Irawan haus, ia melihat minuman es buah segar tengah menyapa dahaganya tetapi Tara mengawasi makanan sangat ketat sehingga Irawan memilih tidak menginginkan membuat masalah.

Beberapa saat terpaku, Irawan dihampiri Boni sembari membawa dua gelas es buah yang menggodanya. "Aku tau kau haus kan, ini aku bawakan minum untukmu, tapi aku titip punyaku sebentar ya, aku tak bisa santai sepertimu saat menjabat koordinator acara," ucap Boni.

Irawan menaruh gelas milik Boni di atas meja, lantaran haus dan ingin meneguk minuman beralkohol Irawan mencampur es buah di gelasnya dengan minuman keras.

Dua kali tegukan mengobati dahaganya, tepat pada tegukan ketiga Tara yang sedari tadi mengamatinya memanggil. "Aduh berbuntut panjang pasti, mencicipi sedikit makanan saja ribet para wanita ini," Irawan menaruh gelasnya di atas meja dan menghampiri Tara.

Boni kembali menemui Irawan namun ia tak menjumpainya, Boni mengambil gelas minuman di atas meja sembari meminumnya sedikit demi sedikit. Tidak berselang lama Irawan kembali menemui Boni. Ia mengambil gelas minumannya namun tak mencium bau alkohol terlalu pekat.

"Bon, kamu ambil gelas yang mana ?" tanya Irawan.

"Ini sudah aku minum habis, tapi es buahnya rasanya sedikit aneh," Jawab Boni.

Irawan setengah terkejut setengah menahan tawa, saat ia akan menjelaskan ke Boni, secepat kilat Boni meninggalkan Irawan.

Satu jam hampir berlalu, Irawan mulai merasa bosan, seluruh tugasnya telah usai. Irawan memutuskan untuk kembali ke taman, ketika ia berjalan tanpa sengaja Akasia menabraknya dari belakang. Irawan melihat Akasia menangis sedih berlari menuju taman.

Irawan berusaha menghampirinya.

Akasia duduk menangis di bawah Pohon Tabebuya tempat semula Irawan berada di taman. Irawan mendekat perlahan di temani angin yang menggugurkan daun - daun.

"Akasia kenapa kau menangis ?" tanya Irawan.

"Tidak apa - apa, bukan urusan mu," jawab Akasia.

"Bolehkah aku duduk menemanimu Akasia ?"

Suara teriakan gaduh dan pecahan kaca terdengar hingga taman, namun keduanya tak menghiraukan.

Akasia menoleh menatap Irawan, lalu semakin menangis menjadi - jadi. Irawan memutuskan untuk duduk disampingnya dan memberikan sapu tangan.

"Aku tidak butuh sapu tanganmu, mana minuman alkohol mu ? itu bisa membuat tenang kan ? ajari aku cara meminumnya," ucap Akasia.

Irawan menatap Akasia tajam...

Kita Selamanya RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang