Taehyung itu kaya, kaya sekali. Hartanya miliknya seluruhnya, orangtuanya baru saja meninggal berserta kedua adiknya, meninggalkannya sendiri di rumah raksasa bersama harta warisan mereka. Pemuda SMA itu juga cerdas, begitu mengendus aroma rubah penipu, ia tak segan merampas balik hingga ke akarnya. Penghuni rumah sakit jiwa karena ulahnya sudah selusin lebih, demi membuat tikus busuk yang mencoba mengeruk lumbung emasnya menjadi jera.
Hidupnya sempurna, ia tampan dan kaya. Tak ada seorang gadis pun yang tidak mau mengangkang untuknya, tetapi seorang Kim Taehyung mengecap dirinya axesual. Tak tertarik bagaimanapun bentuk molek mereka, lelaki maupun perempuan pun tak ada yang sesuai untuknya.
Apakah ia akan menjadi perjaka tua?
Hati dan nafsu seksualnya mati bersama kecelakaan yang merenggut orang-orang yang ia sayangi, pergi begitu saja tanpa sisa.
Untungnya ia masih ingat bagaimana cara menipu.
Senyumnya tercetak lebar dan mempesona, semua makhluk hidup yang dilewatinya menuju sekolah berhenti bergerak hanya untuk menikmati ketampanan sempurna milik milyarder muda itu.
Apakah ia senang?
Bohong jika iya, bahkan pemuda Kim ini tidak memiliki perasaan.
Dengan skate boardnya dia melaju pelan hingga angin pun tertarik untuk membelai wajahnya—
Brugh!
"Ukh, bocah! Hati-hati jika berjalan" kesal orang yang menabraknya, Taehyung yang terjerembab sementara orang itu tetap berdiri meski sedikit oleng.
Mau kesal juga tidak bisa, Taehyung bukan anak yang dicap berandal hingga mengamuki pria berseragam guru itu. Sudah salah, tidak sadar diri juga, merusak hari saja. Untung yang ditabrak adalah Kim Taehyung yang paling tabah.
Sementara pria itu entah pikirannya malah menjadi kosong begitu melihat muka tampan si bocah— yang terus menatapnya.
"A-apa lihat-lihat? Kau murid sini kan? Cepat bangun" ucap pria itu, Taehyung beranjak dan memungut skateboardnya, memandang lekat guru muda yang bersungut-sungut dengan rona merah dipipi yang berdiri di sebelahnya.
Orang ini anak orang kaya.
Sombong, necis, dan beraksesoris mahal. Sejenak membuat pemuda Kim itu menilai.
Wajahnya tampan, bercampur manis menggemaskan. Putih bersih dan beraroma susu namun maskulin, jalannya seperti anime perempuan hingga membuatnya terlihat lucu. Sejenak membuat Taehyung tertawa.
Tawa pertama semenjak hari berkabung.
Ia pun menelepon seseorang dengan singkat dan hanya mengetakan, "siapkan rumahku"
|
C
R
A
Z
Y
|Oh, rupanya orang ini guru BP. Pikir Taehyung saat diajak sahabat seperkayaan berandalnya, Park Jimin untuk menunggu di depan ruangan neraka itu ketika si berandal mendapat panggilan.
Guru baru itu menghela nafas dan mengomel hingga suara ketus dan lembutnya bisa didengar dari luar, Jimin hanya sok mendengarkan dan bertingkah patuh. Saat keluar pun sahabat Taehyung itu merasa senang dapat menghirup udara segar.
"Bagaimana?" tanya Taehyung.
"Lebih cerewet dari Kim Seokjin ssaem" celetuk Jimin, mengingat guru sejarah mereka suka mengerap.
"Kurasa dia akan lebih banyak diam" yakin Taenyung, sebelum Jimin menanyakan alasan ia berkata begitu maka Taehyung menambahkan. "Kebanyakan tak segan pada yang tidak disukai, mungkin nanti malam kau bisa melihat sifat aslinya ketika dikerumunan"