-deeptalk bersama Papa

575 116 14
                                    

Jam 1 malam...



Miyeon nutup laptopnya kasar, dia nunduk sambil jambakin rambutnya sendiri. Kemudian Miyeon buka laci meja belajarnya, beberapa berkas pendaftarannya dia sobekin dan dibuang ke tempat sampah.


Lagi-lagi, gagal.


Test CPNS gagal, test BUMN gagal, mau cetak rekor apalagi ini Miyeon setelah ngalamin itu semua lebih dari empat kali?


Miyeon rasanya pengen nangis aja, ngerasa useless sebagai seorang anak perempuan pertama yang diharapkan oleh keluarga.


Dan akhirnya, Miyeon matiin lampu, ngeringkuk diatas kasur sambil diselimut, terakhir adalah-nangis.

Miyeon bukan gak bersyukur, cuma dia ingin ada perkembangan dalam karirnya dengan mencoba hal yang baru.

Kalo udah gini, Miyeon gak bisa cerita ke siapa-siapa.

Dia lebih pilih telan semua masalahnya sendiri. Udah umur segini, Miyeon ngerasa bahwa dia perlu hadapi dan selesaikan masalahnya sendiri dengan baik dan bijak.


Disaat-saat nangis, Miyeon coba buka status whatsappnya, beberapa temen-temen kuliahnya pada bikin status tentang kelolosan mereka. Miyeon makin tertekan.



SMK-Pak Hongseok
Gimana lolos Mi?


Miyeon langsung matiin hpnya.









🍁🍁

Seminggu berlalu, perubahan sikap Miyeon semakin terasa. Terlebih kalo ada dirumah. Di sekolah mungkin gak terlalu karena menjaga keprofesionalan sebagai seorang tenaga pendidik.

Dirumah, Miyeon jadi lebih sensitif, jarang ngobrol sama keluarganya sendiri.

Yonghwa sebagai kepala keluarga sekaligus Ayah Miyeon, harus bertindak. Tentu saja ini udah diskusi bareng Seohyun.


"Belum tidur Kak?" Miyeon kaget, noleh dikit ke ruang tv.

"Mau ambil minum, Pah." jawab Miyeon, Yonghwa langsung balikin badannya buat ngeliat ke anak sulungnya.

"Papa mau ngomong, kakak bisa?" Terus terang aja Miyeon langsung gelagapan, tapi dia akhirnya ngangguk juga.

"Sini duduk," ujar Yonghwa nepuk kursi sebelahnya, Miyeon langsung duduk.

"Kakak kenapa? Ada yang dipikirin?" Miyeon cuma nunduk, beneran dia gamau nangis. Udah gede gini masa harus terus-terusan jadi beban buat Papa dan Mamanya, Miyeon gelengin kepalanya cepet.

"Enggak.." Yonghwa narik nafasnya berat.

"Kita hidup sama-sama udah 23 tahun, Papa tau kalau Kakak sembunyiin sesuatu." tutur Yonghwa yang ngebuat Miyeon ngegigit bibirnya gelisah, sambil mainin tangannya.

Dengan keberanian penuh, akhirnya Miyeon angkat kepalanya,lingkar bawah matanya merah, sangat kontras di kulitnya yang putih. Yonghwa tau anaknya nahan tangis.

"Kakak gagal tes CPNS sama BUMN, buat ke sekian kalinya. Kakak gak bisa penuhin harapan Papa." Miyeon mulai nangis, pertahanannya runtuh. Ingatannya seketika melayang dimana dia inget banget Yonghwa paling mendukung kalo Miyeon jadi PNS atau pegawai BUMN. Bahkan Yonghwa dengan senang hati bantuin persyaratan Miyeon buat daftar kesana.

Yonghwa diem, kasih kesempatan buat anaknya bicara lagi.

"Kakak ngerasa...gak berguna, Pa. Gak bisa bantu keuangan rumah, gak bisa bantu Mama sama Papa. Kakak cuma jadi beban keluarga." Denger ini, Yonghwa langsung natap anaknya, kemudian peluk Miyeon erat-erat, si sulung itu cuma nangis di pelukan Yonghwa.

To My Youth ; Cho MiyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang