-selalu ada

393 95 39
                                    

Sepanjang jalan menuju nganterin Miyeon pulang, Jaehyun diem.


Diem, asli gak ngomong apa-apa. Ngebuat Miyeon juga canggung tapi Miyeon gak mau egois, tangannya perlahan terulur buat genggam tangan kiri Jaehyun yang kebetulan ga lagi pegang setir.

Keduanya saling tatap, lalu senyum.

"Jaehyun, berhenti dulu di Indomaret yuk? Aku masih lapar." kata Miyeon yang langsung direspon ketawa sama Jaehyun.

"Makan malem bareng orang tua aku gak nyaman ya? Makanya gak kenyang." tutur Jaehyun dan Miyeon langsung gelagapan.

"Eh, bukan gitu. Gak gitu. Ya emang masih lapar aja," elak Miyeon, dan Jaehyun tanpa basa basi langsung parkirin mobil di depan Indomaret 24 jam.

Miyeon beli es krim, dua buah mie instan cup, dua onigiri chicken mayo kesukaan Jaehyun, dan snack udang.

Mereka duduk, berhadapan di kursi luar.

"Gimana perasaan kamu setelah ketemu mereka?" tanya Jaehyun, Miyeon yang lagi aduk-aduk mie instannya mendadak grogi.

"Baik, Papa kamu tuh seru banget diajak cerita. Mama kamu juga baik." Jawab Miyeon, Jaehyun cuma senyum kecil dan langsung buka onigirinya.

"Baik apanya, padahal dia komentarin apa yang kamu pake, yang kamu lakuin." ucap Jaehyun yang ngebuat Miyeon hembusin nafasnya sedikit kasar.

"Kalau kamu gimana? Merasa baik?" Jaehyun ngangguk, tapi jelas aja Miyeon gak bisa dibohongin.

"Berhenti bilang baik-baik aja, padahal kamu enggak." sambung Miyeon, Jaehyun langsung tatap Miyeon.

"Aku gak bohong."

"Tadinya aku gak mau pertemukan kamu sama mereka Yu. Cuma aku rasa mereka perlu tau kalo aku udah menentukan pilihanku sendiri. Terutama Mama."

Miyeon senyum tipis, menatap Jaehyun lembut meminta laki-laki itu bicara lebih banyak. Yang Miyeon ambil kesimpulannya tadi, Jaehyun ini udah dijodohin sama Mamanya.

"Aku gak suka gimana Mama ambil kendali terhadap keputusan aku untuk memilih. Aku cuma- hhh, padahal aku udah turutin semua kemauan Mama. Masuk kedokteran meski aku pengennya jadi pengacara." Jaehyun tampak frustasi, Miyeon ngusap lengan pacarnya itu dengan lembut dan menatap Jaehyun dengan simpati.


"Dari kecil aku dituntut menjadi anak yang harus selalu sempurna sampe gak tau aku yang sebenarnya. Tapi, semuanya berubah waktu aku tinggal sendiri." Miyeon ngangguk, dari tatapannya Jaehyun tau ada yang tersirat disana.

"Maaf, gak pernah ceritakan ini ke kamu." Miyeon menggelengkan kepalanya sambil senyum, mencoba ngerti meski masih bertanya-tanya kenapa.

"Gak apa-apa,"

"Aku cuma pengen keliatan jadi laki-laki kuat buat kamu, Yu."

"Maaf mungkin caraku salah," sambung Jaehyun, Miyeon langsung genggam tangan Jaehyun dan usap perlahan-lahan.

"Jaehyun, aku seneng banget kamu bisa berbagi sama aku kaya gini. Dan, kamu perlu tau. Didepan aku kamu cuma perlu jadi diri kamu sendiri,"

"Tau gak? Saat aku kenal dan jalanin ini semua sama kamu.. aku udah gak pengen tau apa itu sempurna? Saat kamu cukup apa adanya." jelas Miyeon, menenangkan. Dan tanpa sadar Jaehyun senyum atas perkataan Miyeon.


Tenang, ditambah usapan tangan Miyeon di punggung tangannya.

"Aku ngerasa malu, disaat kamu tau lemahnya aku, titik rendah aku.. tapi aku sama sekali gak tau hal-hal berat yang kamu lalui sendiri. Maaf ya, aku ngerepotin kamu." Miyeon nunduk, Jaehyun menggelengkan kepalanya.

To My Youth ; Cho MiyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang