Dulu waktu sekolah, Miyeon pernah saling berbagi hal random sama teman-temannya.
Kayak, mau nikah di umur berapa?
Miyeon dengan mantap jawab, 23 tahun.
Karena Mbahnya dulu bilang, perempuan tuh nikah di usia 23 tahun aja biar ga jadi perawan tua. Dan Miyeon heran waktu itu Krystal marah-marah sama Mbahnya.
Tapi sekarang, Miyeon ngerti kenapa Krystal marah.
Stereotip orang jaman dulu yang sulit sekali diubah ya contohnya hal itu. Perempuan 20 keatas yang belum nikah pasti dibilang ga laku, perawan tua, dan lain-lain.
Sekarang, Miyeon udah di usia 23 tahun. Temen-temen sekolahnya hampir 45% udah pada nikah atau punya anak balita. Sementara Miyeon ini jadi sasaran empuk kalo ketemu buat ditanya, kapan nikah, blablabla. Miyeon masih ingin sendiri dan fokus kejar karirnya.
"Bukan perkara usia, tapi perkara psikis, finansial, kesiapan itu yang sebenernya perlu diperhatiin." kata Krystal yang sekarang lagi duduk bareng Miyeon, ngopi-ngopi cantik dihari kamis.
Krystal nikah sama suaminya baru empat bulan. Krystal nikah di usia 25. Dengan bekal finansial yang oke, gak pernah pasangan ini ribut masalah uang.
"Aku tuh ditanya mulu sama ibu-ibu guru senior disekolah, katanya kapan sebar undangan. Aku diem aja, lagian males jawab." Kata Miyeon sambil makan croissant nya.
"Atau tetangga pada nyindir ke Mama, katanya kapan gendong cucu. Padahal aku kalo mau nikah juga mereka ga akan nyumbang, aku punya anak juga mereka ga akan mau ngurus." Sambung Miyeon.
"Ya itulah, kita sebagai perempuan kadang selalu jadi titik berat. Sistem patriarki juga sih, Miyu. Kita belom nikah di umur 23 kena tanya sana sini, beda sama laki-laki. Padahal apa salahnya ya kita juga dapet kesempatan yang sama." ujar Krystal.
"Iya ya kak, kalau ngikutin perkataan orang lain gak akan ada beresnya. Aku juga kadang kasian sama temenku yang udah nikah, mereka belum mau punya anak karena mau fokus ke karir masing-masing dulu, sering banget katanya dikatain nunda-nunda rezeki."
"Nah itu, memang kayaknya masyarakat kita tuh gak bisa menghargai dan menghormati prinsip orang lain." Kata Krystal sambil ngelap mulutnya pake tisu.
"Di usia kamu ini, mending fokus kejar karir dan bersenang-senang aja dulu ya. Masih banyak hal yang seharusnya kamu capai dan kamu kejar. Biar nanti kalo kamu ada niatan buat nikah, kamu udah bahagia karena semua hal yang kamu mau udah terlaksana." Miyeon ngangguk-ngangguk nanggapin perkataan Krystal.
"Inget juga, kita sebagai perempuan harus punya power dalam rumah tangga. Hak-hak dasar kita sebagai wanita dan manusia. Tapi jangan lupa juga sama bakti kita sebagai istri buat suami, atau kalo punya anak nanti, sebagai seorang ibu buat anak."
"Berdoa dan berusaha aja, dapetin suami yang baik dan pengertian. Baik dalam segi apapun, khususnya menghargai dan bertukar pandangan maupun pikiran." Sambung Krystal yang ngebuat pengetahuan Miyeon tentang kesiapan berumah tangga ini semakin penuh.
Tapi jangan salah paham, Miyeon belum mau nikah kok. Masih mau kejar karirnya dulu. Gak ada salahnya kan edukasi pernikahan dari sekarang? Buat bekal.
"Miyu, lo dimana?"
Miyeon ngerutin dahinya waktu denger telepon dari nomor asing, tapi suaranya dia kenal. Iya, ini Rose. Temennya waktu sekolah dulu.
