"Untuk apa kau mengendap seperti maling di dalam rumah mu sendiri Abbey?" James memutar bola matanya jengah sembari mengikuti Abbey dari belakang, mereka baru saja pulang ke mansion dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam.
"Shttt... jangan berisik!"
"Terserah, aku mengantuk."
James menghentakkan kakinya mendahului Abbey untuk masuk ke dalam kamarnya karena tubuhnya sudah lelah.
"Selamat malam—"
"Shttt..." Abbey langsung dengan cepat menyuruh Vale untuk diam. "Kenapa kau belum tidur Vale? Dan dimana Arlington?" tanya Abbey kepada Vale.
Vale tertawa kecil begitu melihat perilaku Abbey. "Saya menunggu nyonya pulang."
"Panggil saja aku Abbey," pinta Abbey. "Dimana Arlington?"
"Tuan ada di dalam kamar, Abbey," jawab Vale dengan santai tetapi tetap sopan. Perempuan itu tampak jauh lebih santai dibandingkan Sonam.
"Apa dia sudah makan malam?"
Vale menggeleng. "Tuan tidak keluar dari kamar dari siang."
"Jadi dia tidak makan malam?"
"Tidak, tapi tuan meminta kami untuk mengantarkan makanan pada sore hari ke dalam kamarnya."
"Jadi dia makan di sore hari?"
Vale mengangguk membenarkan. Sialan, Abbey kira Arlington akan mogok makan karena ia pergi meninggalkan pria itu.
"Baiklah, kau boleh pergi tidur, aku akan naik keatas, selamat malam."
Vale menunduk seiring langkah Abbey yang menjauh. Perempuan itu menaiki tangga ke lantai dua dengan pelan—berusaha tidak menimbulkan suara, perempuan itu bahkan membuka heelsnya sendiri.
Ia membuka pintu yang ada di depannya dengan pelan berusaha melihat ke dalam, keadaan kamar yang sudah gelap. Abbey bisa melihat suaminya itu sudah tertidur pulas di atas ranjang.
Abbey menghela nafas. "Hanya satu panggilan tak terjawab dan sekarang dia sedang tidur dengan nyenyak," gumam Abbey kemudian kembali menutup pintu kamarnya. Ia tidak masuk ke dalam kamarnya melainkan masuk ke dalam kamar yang berada tepat di sebelah kamarnya, yaitu kamar anaknya kelak.
Abbey membuka pendingin ruangan dan menaruh semua barang-barangnya, perempuan itu membersihkan diri dan mengganti bajunya dengan pakaian tidur yang cukup terbuka.
"Untung aku meminta Hilton untuk menaruh ranjang yang besar di sini," gumam Abbey menatap ranjang berwarna pink yang ada di depannya dengan puas.
Ketika Abbey akan mendaratkan tubuhnya di atas ranjang, seseorang dengan lancang mengalungkan tangannya di perut Abbey dari belakang.
Nafas Abbey tercekat, ia terkejut karena secara tiba-tiba ada tangan yang melingkar di tubuhnya, tapi itu tak berlangsung lama ketika Abbey menyadari aroma tubuh pria itu.
"Arlington?"
Kepalanya menunduk, berusaha membenamkan wajahnya di ceruk leher Abbey.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reasons
Romance[COMPLETED] Tak pernah terlibat skandal bersama perempuan merupakan reputasi besar yang Arlington pegang hingga sekarang. Kehidupannya yang tampak sempurna sukses membuat Abbey rela menyerahkan diri secara sukarela kepadanya. Arlington pun berhasil...