Part 6B - Getting Closer

215 33 2
                                    

"Aku titip dia dulu ya Wonwoo. Managerku tiba-tiba bilang harus ke kantor sekarang, ada sesuatu." Mingyu tampak buru-buru memakai jaketnya setelah menerima panggilan dari managernya tersebut. Wonwoo menganggukkan kepalanya.

"Kau bersama paman Wonwoo dulu, ya Jiyoung. Paman harus pergi. Salam dengan ibumu." Mingyu mengelus puncak kepala Jiyoung yang tengah menikmati susu cokelatnya di kursi minimarket. Jiyoung hanya mengangguk, melepas kepergian Mingyu yang tak dipahaminya hendak ke mana.

Wonwoo hanya menatap gadis kecil itu sejak kepergian Mingyu. Ini kali keduanya ia bertemu dengan Jiyoung setelah bulan lalu di depan universitas saat Yoo Jeong mengenalkannya sebagai anaknya. Jiyoung tidak banyak tingkah atau ulah. Ia bahkan hanya tertawa terus menerus dengan Mingyu, ia tidak punya selera humor kekanakan seperti Mingyu sehingga Jiyoung harus diam meneguk susu cokelatnya yang lebih besar dari telapak tangannya.

Menggemaskan.

Tadi sore Jiyoung diantarkan oleh sepasang teman Yoo Jeong karena ada urusan mendadak. Lalu kebetulan ia dan Mingyu hendak mencari makan malam di sekitar apartemen dan temannya Yoo Jeong menitipkan Jiyoung ke Mingyu—karena kebetulan mereka kenal. Dan kemudian, ia yang harus melanjutkan estafet titip-menitip Jiyoung hingga gadis itu bersama Yoo Jeong.

Berakhirlah mereka di sini. Di depan supermarket, sejak tadi Mingyu menjajani Yoo Jeong berbagai makanan dan mengajak anak itu bercanda.

"Paman?"

Wonwoo tersentak,"Ya. Kenapa?"

"Paman namanya siapa?"

Wonwoo tersenyum, ia pun menggerakkan tangannya menarik tangan Jiyoung berjabat tangan,"Jeon Wonwoo."

"Wonu?" tanya gadis itu lagi.

Wonwoo mengangguk, benar-benar lucu. Soonyoung pernah memanggilnya Wonu tapi menggelikan, berbeda dengan nada anak di depannya. Tidak menyebalkan. Justru ia suka. Mungkin karena yang memanggilnya adalah anak-anak, bukan manusia yang mengaku jelmaan harimau seperti Kwon Soonyoung.

"Paman Wonu kenalkah dengan ayah Shua?"

Wonwoo berpikir, nama itu tidak asing. Ahh dia ingat. Kemudian dia menggeleng,"Paman tahu ayah Shua tapi tidak kenal. Kenapa Young-ah?"

Jiyoung menarik pipet susunya lalu tersenyum lebar, menampilkan deretan gigi kecilnya yang menggemaskan dengan pipinya yang bulat,"Ayah Shua itu ayahku. Kalau paman bertemu ayah Shua, bilang Jiyoung rindu." Hati Wonwoo mendadak tercelos mendengar kalimat anak tersebut. Hati anak-anak memang selalu polos, mereka tidak mengerti dan tidak mampu membedakan kepergian yang selamanya. Wonwoo pun menggerakkan tangannya mengusap kepala Jiyoung.

"Akan paman Wonu sampaikan."

Jiyoung mengangguk seolah mengerti jika pesannya akan disampaikan.

"Jiyoung-ah, bagaimana kita menunggu ibumu di taman saja? Paman tidak bawa uang untuk berlama-lama di sini."

"Ayo.." Jiyoung lansung berdiri dengan semangat membawa kresek berisikan jajanannya yang dibelikan oleh Mingyu. Saat Wonwoo baru berdiri, betapa terkejutnya Wonwoo saat tangan anak itu meraih ujung jemarinya, memegangnya agak longgar,"Ayo paman Wonu."

Dan Wonwoo tak bisa menyembunyikan rasa tersentuhnya dengan anak kecil ini.

Setibanya mereka di taman kecil di samping apartemen, Wonwoo hanya duduk di bangku. Walaupun Jiyoung adalah perempuan, Jiyoung bergerak sangat aktif. Anak itu malah meletakkan plastik makanannya di samping Wonwoo seolah percaya Wonwoo tidak akan memakan makanannya, kecuali susu pisang yang disumbangkannya ke Wonwoo sebagai bentuk perjanjian untuk saling menunggu. Jiyoung justru bergembira sendiri bermain pelosotan kecil, melewati lorong-lorong, jaring, lalu mendorong tubuhnya meluncur dari pelosotan.

Drawing Memories 《Complete》 || Jeon WonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang