Part 10B - I'll Be There

187 34 4
                                    

Sesampainya Yoo Jeong di rumah, ia langsung berbaring di ranjangnya dengan nyaman sambil memainkan ponselnya. Tak lama, Sejeong meneleponnya, menginterupsi halusinasinya terhadap Cha Eunwoo—pria idola barunya. Ia lantas menghampiri Sejeong yang diantarkan oleh Sungjae di depan apartemennya, hendak mengantarkan bingkisan vitamin.

"Ini untuk Jeon Wonwoo, tetangga tampanmu itu."

Yoo Jeong membolak-balikkan kotak bingkisan tersebut,"Ini sudah kotak kedua dan ini vitamin mahal."

"Kau iri?"

"Kau bahkan tidak pernah memberikanmu zat besi untuk menetralkan darahku. Terus ini Wonwoo, tetangga tampanku. Hebat."

Sejeong menepuk pundak Yoo Jeong,"Dia sudah menyelematkan nyawaku. Sudahlah, kau berikan saja. Lagipula itu atas persetujuan Sungjae."

Yoo jeong mendengus,"Kau lupa aku sudah menyelamatkanmu dari sidang skripsimu? Lupa ingatan?"

"Ya, kau menghitung-hitung jasa sekarang? Tidak ikhlas membantuku? Wahh.." ucap Sejeong sedramatis mungkin.

Yoo Jeong hanya mendesis kalah,"Ikhlas! Aku ikhlas sampai titik darah penghabisan. Baiklah, akan kuberikan pada Wonwoo."

Sejeong pun langsung pergi bersama Sungjae. Yoo Jeong segera membawa bingkisan tersebut ke apartemen Wonwoo. Diketuknya pintu apartemen Wonwoo tetapi tidak juga ada tanda-tanda akan dibuka. Ia juga menekan belnya berkali-kali tetapi tidak ada tanda yang sama. Sudah sekitar 3 menit ia mencoba mengetuk dan menekan bel Wonwoo tapi tidak juga menunjukkan hasil. Ke mana pria itu? Ia hendak berbalik ke apartemennya dan melihat bibi Jung yang baru keluar membawa plastik sampah.

"Kau mencari Wonwoo?"

Yoo Jeong mengangguk,"Bibi melihatnya?"

Bibi Jung menggeleng,"Dia belum pulang daritadi. Aku tidak melihatnya saat jaga di bawah sejak tadi."

Yoo Jeong menganggukkan kepala kembali seperginya bibi Jung. Wonwoo tidak tampak? Ini sudah agak larut. Ia tidak mungkin membawanya ke apartemennya karena besok pagi ia harus ke Jeju. Bisa saja bingkisan itu tunggu seminggu lebih baru diberikan ke Wonwoo, apalagi ia jarang berpapasan degan Wonwoo saat ingin bekerja. Meninggalkan di depan pintunya, itu sama saja tidak sopan dan apalagi ada remaja yang usil di apartemen ini.

Menitip ke Bibi Jung? Yoo Jeong menggeleng menolak saran tersebut dari kepalanya.

Ia pun menekan nomor Wonwoo di ponselnya. Awalnya ia tidak yakin dengan dirinya, ia terlalu canggung akhir-akhir ini berhubungan dengan Wonwoo. Tetapi ini harus dilakukannya. Hendak menghubungi pria itu memastikan kapan kira-kira ia bisa bertemu untuk memberikan paket Sejeong. Tak lama, panggilannya diangkat, namun bukan suara Wonwoo yang menyapanya.

"Wonwoo?"

"Bukan, ini Seungcheol."

"Ahh...boleh aku tahu Wonwoo ada di mana Seungcheol-ssi, ada paket dari Sejeong yang harus diberikan kepada Wonwoo."

"Kami di taman belakang. Kemarilah, aku sudah lelah. Untung kau menelepon."

"Aku akan ke sana."

Yoo Jeong segera berjalan cepat menyusuri apartemen menuju taman belakang apartemen. Dan benar. Seungcheol yang masih memegang ponsel Wonwoo tengah duduk di bangku sedang fokus menatap seorang punggung Wonwoo tengah duduk sambil menyandar ke tali ayunan. Seperti seorang ayah memperhatikan anaknya bermain. Yoo Jeong pun mendekati Seungcheol, langsung duduk di samping pria itu saat Seungcheol menyadari kedatangannya.

"Dia kenapa? Patah hati? Kalian seperti ayah dan anak yang saling merajuk."

"Siapa ayah siapa anak ini?"

Drawing Memories 《Complete》 || Jeon WonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang