Part 19 - Jealousy

185 26 2
                                    

Sore ini menjadi sore paling berharga bagi keluarga Seulgi dan Minho. Mendengar kabar Seulgi melahirkan, setelah menyelesaikan pekerjannya Yoo Jeong langsung menyusul teman-temannya di rumah sakit. Ia memang sudah tahu kalau sudah dua malam Seulgi di rawat di rumah sakit menunggu jam lahirannya, lalu pukul 3 sore, bayi perempuan yang dinamakan Choi Miyeon itu lahir dengan normal. Yoo Jeong yang ditemani Sejeong yang sudah tiba lebih dulu dengan Sungjae turut bahagia melihat bayi berpipi merah itu terlahir di dunia.

Jiyoung pasti akan senang jika tahu Seulgi sudah melahirkan, pasalnya dia sangat menunggu kehadiran adiknya tersebut. Terlalu lama menjadi bulan-bulanan Minho mungkin. Seulgi juga sudah jauh lebih baik mungkin karena ia melahirkan dengan normal. Setelah Seulgi menyusui Miyeon, mereka langsung masuk gantian menjenguk Seulgi ke ruang rawat.

Sampai Yoo Jeong sedikit tersentak melihat Minho dan Seulgi, mereka sedikit membuat mata Yoo Jeong menyipit mengintip malu namun ingin tahu. Sejeong dan Sungjae yang di belakang malah berdehem, menginterupsi kemesraan Seulgi dan Minho yang saling berbagi kasih.

"Ahh, maaf aku tidak tahu kalau datang." Kata Minho yang langsung menjauh dari Seulgi.

"Kami tidak apa-apa, tapi kasihan yang berkarat ini." Ujar Sungjae sambil menepuk pundak Yoo Jeong. Yoo Jeong hanya menatap dengki temannya tersebut dan mendekati Seulgi serta Minho setelah memberikan bingkisan mereka. Walaupun Yoo Jeong berteman dengan Seulgi dan Sejeong, Minho dan Sungjae melebihi kedekatan teman-temannya tersebut. Bahkan para lelaki ini selalu berhasil membuat predikat Yoo Jeong sangat menyedihkan.

"Aku beli minuman dulu. Kalian di sini dulu ya." Kata Minho meninggalkan mereka berempat berbagi kabar tentang kondisi Seulgi. Belum lagi selesai cerita bahagia Seulgi, Sejeong sudah mengelus-elus perutnya menimpali kabar kebahagiaan.

"Kau hamil? Secepat itu?" seru Yoo Jeong melihat gestur Sejeong.

Sejeong langsung terkatup menatap sewot ke Yoo Jeong,"Eii. Otakmu sederhana kali. Maksudku aku akan menikah tiga minggu kedepan, semoga aku langsung hamil juga."

"Manakutahu kau hamil atau mau menikah kalau gerakanmu seperti itu." Yoo Jeong membela diri yang mengundang tawa Seulgi dan Sungjae,"Tapi zaman sekarang sudah wajar isi dulu baru ikat."

"Aku juga tahu batasan isinya, Yoo Jeong. Kami bermain aman." Sejeong tak mau kalah yang justru membuat Sungjae menunduk malu.

Mata Yoo Jeong melebar dan mengangkat telapak tangannya ke mulut,"Sudah? Oh my God."

"Kupikir kau bakal seperti ajaran agama pendeta Ong. Kim Sejeong, kau dulu bilang untuk menjaga diri demi—" Sejeong lantas menutup dan menekan telapak tangannya ke mulut Yoo Jeong, menghintikan setiap silabel kata yang akan keluar dari mulut. Park Yoo Jeong memang tidak bisa menyimpan rahasia-rahasia polos zaman dulu. Lagipula bukan Sejeong tidak mau menjaga diri, waktu yang membuka jalan (teorinya).

"Bisa tak kau bahas? Kau merusak semuanya."

"Okee..aku tak bahas." Yoo Jeong mengangguk berkali-kali memohon ampun walaupun suaranya terdengar tidak jelas karena bekapan tangan Sejeong. Sungjae hanya menggeleng tersenyum geli melihat perdebatan antara Sejeong dan Yoo Jeong. Ia tidak heran dengan hiburan spontan Yoo Jeong.

"Minggu depan pernikahan Minhyun, kau pergi?" tanya Seulgi sambil memakan potongan apel yang sudah disiapkan Minho.

"Aku tidak ada libur. Maunya datang. Tapi aku takut.."

"Takut kenapa?" tanya Seulgi lagi.

"Aku takut disangka wanita yang dicampakkan Minhyun. Lihat, yang diundang ke acara pemberkatan di Busan cuman aku. Sisanya beberapa teman yang di Busan diundang di resepsi saja, kalian diundang resepsi di sini. Aku bukan kerabatnya, apa yang dipikirkannya coba."

Drawing Memories 《Complete》 || Jeon WonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang