Part 23 - Thank You, Partner

174 23 6
                                    

"Ddaebak, kau tampan sekali." Puji Woojin membuat semua mata keluarga Yoo Jeong yang sedang berkumpul tengah menikmati cemilan pagi menoleh ke Wonwoo. Termasuk Yoo Jeong yang tidak bisa mengalihkan pandangannya saat melihat Wonwoo keluar dari kamar Woojin berbalut kemeja yang dipadukan dengan jaket mode berwarna cream. Menambah nilai ketampanan Wonwoo berlipat-lipat dengan rambut cokelat gelap miliknya, apalagi tidak menggunakan kacamata bulat seperti biasa digunakannya bahkan saat bekerja.

 Menambah nilai ketampanan Wonwoo berlipat-lipat dengan rambut cokelat gelap miliknya, apalagi tidak menggunakan kacamata bulat seperti biasa digunakannya bahkan saat bekerja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau tidak segera berangkat?" tanya ayah Yoo Jeong membuat pandangan Yoo Jeong beralih, bodohnya ia ketahuan menatap takjub seorang pria di depan ayahnya. Yoo Jeong pun segera berdiri, berbenah merapikan ujung dress katun selututnya dan bergegas menggunakan sepatunya.

"Onnie tidak segan membawa Wonwoo oppa?"

Alis Yoo Jeong terangkat,"Memangnya kenapa?"

"Dia lebih keren dari pengantin pria nanti dan kau tetap biasa saja."

Dasar adik-adik tidak tahu diri, mulut Yujin langsung ditutup oleh ibunya. Untungnya ibunya bertindak lebih cepat dari vokalnya.

Tidak mau mendengarkan lebih lanjut, Yoo Jeong segera bergegas keluar diikuti oleh Wonwoo yang membungkukkan badan memberikan salam dan melambaikan tangannya ke Jiyoung yang duduk di pangkuan Woojin. Mereka pun segera berangkat ke gereja.

Pernikahan pun berjalan khidmat. Acaranya benar-benar privasi keluarga, kerabat, dan beberapa sahabat dekat Minhyun dan Naeyeon. Wonwoo dan Yoo Jeong sengaja duduk di kursi nomor tiga dari belakang, tidak mau terlalu kentara duduk di depan pasalnya mereka bukan siapa-siapa di keluarga mempelai. Yoo Jeong sejak tadi diam saja, ia terus saja fokus menatap Minhyun yang tengah menunggu di altar dengan jas putihnya. Ia tersenyum samar melihat Minhyun menarik napas pelan-pelan menutupi kegugupannya.

"Kupikir kau yang akan menikah dengan Minhyun."

Wonwoo dan Yoo Jeong langsung menoleh ke sebelahnya dan Yoo Jeong menatap keki Jung Daehyun, teman dekatnya dan Minhyun dari sekolah dasar,"Padahal kau pernah bilang sudah berdoa syafaat waktu kita ibadah perpisahan sekolah menengah."

Wonwoo hampir meledakkan tawanya mendengar pria itu menyudutkan Yoo Jeong. Sepertinya semua orang tahu kalau Yoo Jeong menyukai Minhyun. Ia tidak bisa membayangkan sebagaimana konyolnya Yoo Jeong bersama teman-temannya saat sekolah dulu.

"Buka saja sepuasmu. Aku tidak perduli."

Daehyun terkekeh,"Namanya jodoh Yoo Jeong. Kita hanya bisa berharap walaupun pada akhirnya kita melihatnya menikah dengan orang lain." Daehyun kembali tertawa kecil,"Kubayangkan dulu seandainya kau yang menikah—" Daehyun langsung terdiam saat Yoo Jeong menutup mulutnya dengan kertas acara pemberkatan di tangannya,"Kuadukan istrimu nanti kalau kau menembak setengah wanita dari kelas kita."

Daehyun mengangguk-angguk. Ia pun menoleh ke samping Yoo Jeong, matanya sejak tadi masuk ke gereja tertarik melihat Yoo Jeong yang duduk bersama dengan seorang pria yang tampan. Kemudian ia mendekatkan kepalanya berbisik ke Yoo Jeong,"Pria itu siapa? Kekasihmu?"

Drawing Memories 《Complete》 || Jeon WonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang