Part 28 - Feel So Fine

165 24 19
                                    

"Sepertinya ada salah di nilainya Yoo Jeong kyusanim. Kenapa bisa tiba-tiba datanya tidak normal padahal kita sudah uji berkali-kali datanya supaya mendekati skala uji normalitas." Jaehyun datang menghampiri Yoo Jeong yang masih berkutat dengan laptopnya tengah mengurus nomor ISSN jurnal bulanan universitas mereka. Sejak pagi sampai malam begini kerjaan Yoo Jeong masih menumpuk, hanya beberapa kali ia pergi dari ruang meeting dosen hendak makan siang dan ke kamar mandi.

"Letakkan saja di sana. Biar aku uji pakai aplikasi SPSS punya universitas atau hitung manual."

Jaehyun meletakkan hasil penelitian mereka dan mengambil kursi di depan Yoo Jeong,"Kerjaanmu jadi tambah banyak. Biar aku saja yang mengirimkan abstrak jurnalnya."

"Sebentar lagi. Tinggal satu unggahan. Ini pekerjaan Wooyoung kyusanim, bisa-bisanya dia tidak datang padahal kerjaannya banyak." Yoo Jeong menggerutu sesaat kemudian unggahan file terakhirnya selesai dan diakhiri tanda centang hijau di layar. Ahh, lega. Satu usai, disandarkannya punggungnya ke sandaran kursi dan memberikan alih laptop ke Jaehyun,"Apa alasan dia tidak datang hari ini?"

"Istrinya sakit, hamil muda."

"Ohh ya?" mata Yoo Jeong melebar tidak habis pikir, bisa-bisanya istrinya yang tengah hamil dan ia menjumpai Wooyoung berkencan dengan mahasiswa bimbingannya di bioskop malam kemarin. Dasar pria hidung berbelang-belang! Umpat Yoo Jeong ke Wooyoung.

"Kau tahu dari mana istrinya hamil?" Yoo Jeong yang penasaran memajukan tubuhnya menghadap Jaehyun dan melipat tangannya di atas meja.

"Istrinya temanku. Hubungan kami terlalu rumit. Bagaimana aku membilangnya? Emm.." Jaehyun tampak berpikir, menimang-nimang diksi yang tepat,"Mantan calon tunangan. Begitu."

"Kau pernah hampir bertunangan dengan istri Wooyoung?"

Jaehyun mengangguk santai dan tersenyum simpul mengingat masa-masa sulitnya beberapa tahun silam,"Aku dijodohkan dengan istrinya, tapi istrinya tidak mau dan memilih kekasihnya. Aku mau bagaimana? Tidak bisa dipaksa, toh mereka saling mencintai. Aku hanya orang asing."

Benar, dugaan Yoo Jeong selama ini benar. Jaehyun yang pernah didengarnya dari sekelompok wanita tengah menenangkan seorang wanita yang menangis ternyata memang Jung Jaehyun teman kerjanya. Dan Wooyoung adalah penyebab wanita itu menangis. Dunia begitu sempit dan kejam, pikir Yoo Jeong. Semakin ia mengingat wajah Wooyoung dan ekspresi istrinya saat pelatihan beberapa bulan silam entah kenapa membuat ia semakin jijik dan membenci atasannya tersebut.

"Sekarang kau tidak mencari yang baru? Kau tampan dan pintar, lumayan juga pekerjaannya. Tidak berniat menikah?"

Jaehyun hanya tersenyum manis, menunjukkan lesung pipinya yang membuat mahasiswa menjerit-jerit geram dalam hati saat Jaehyun mengajar,"Doakan saja, aku sedang dijodohkan orang tuaku dengan seorang floris. Dia wanita baik-baik, semoga tidak disalip mantannya."

"Amin. Doaku paling besar dan kuat kalau untukmu. Di zaman sekarang kau masih saja memegang teguh amanat orang tua, di luar sana pasti kau bisa mencari yang pas untukmu tanpa harus jodoh orang tua."

"Orang tua pasti tahu yang terbaik untuk anaknya, aku percaya itu Yoo Jeong kyusanim."

"Memang anak berguna bagi orang tua dan negara."

"Dan aku tidak mau melangkahi senior. Yoo Jeong kyusanim lebih senior umur." Jaehyun tertawa.

"Bagus. Sepertinya musuhku bertambah banyak."

Jaehyun semakin tertawa, tidak memperdulikan ekspresi kesal Yoo Jeong.

Dan Yoo Jeong dapat satu simpulan, istri Wooyoung sebenarnya bisa bahagia jika seandainya bersanding dengan jodoh yang diberikan orang tuanya-Jung Jaehyun. Malah ia memilih Wooyoung dan pada akhirnya menjadi korban cinta semu dari Wooyoung yang dulunya mungkin menawarkan janji atas nama cinta. Jaehyun ada benarnya, orang tua pasti tahu yang terbaik. Dan kenapa tiba-tiba otaknya berpikir ke Wonwoo? Selalu saja seperti ada kabel jaringan yang menghubungkan dengan Wonwoo. Otaknya terlalu sederhana.

Drawing Memories 《Complete》 || Jeon WonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang