Part 20 - Lean On You

178 25 10
                                    


Yoo Jeong sudah tiba di apartemennya, mengingat saran Seulgi untuk mengajak salah satu di antara Mingyu atau Wonwoo membuatnya berpikir kembali. Mingyu bilang ia akan berangkat ke Paris dalam waktu beberapa hari, kemungkinan minggu depan akan kembali. Berarti Mingyu tidak bisa menemaninya ke pernikahan Minhyun. Ahh, padahal Mingyu adalah kandidat terkuat.

Membawa Wonwoo? Astaga. Jantungnya saja bisa bertabuh tidak karuan hanya karena melihat Wonwoo. Tetapi ia harus profesional. Setidaknya coba dulu daripada harus menyerah sebelum mencoba. Yoo Jeong pun memutar tubuhnya sebelum masuk ke apartemen setelah membuka kombinasi password pintu apartemennya.

"Coba saja dulu." Gumam Yoo Jeong sambil melangkahkan kakinya ke apartemen Wonwoo.

"Apanya yang mau dicoba? Maling apartemen?" suara Wonwoo menghentikan langkahnya dan membuat Yoo Jeong mundur lalu tersenyum lebar ke dirinya.

"Hai Wonwoo, selamat malam." Sapa Yoo Jeong ramah melambaikan tangannya, menutupi kegugupan melihat pria itu. Gila. Bagaimana celana training hitam dan kaos putih dibalut jaket hitam itu terlihat keren di mata Yoo Jeong tengah malam begini. Ia harus profesional. Tidak boleh kentara jatuh hati.

Wonwoo tidak membalas atau melambaikan tangannya, pemuda itu langsung berdiri di depan apartemennya dan menekan kombinasi angka kunci apartemennya. Dua kali, gagal. Benar saja, ia memasukkan digit angka yang lama padahal baru dua hari ini dia menggantinya karena takut Mina akan datang dan membobol apartemennya seperti di apartemen lamanya. Ia memutar-mutar memorinya, berusaha memasukkan kombinasi digit, namun tidak berhasil. Berusaha untuk tidak terlihat bodoh, ia tetap tenang, berdehem karena tahu Yoo Jeong masih berada di belakangnya menatap punggungnya.

"Kau lupa kunci apartemenmu?" tanya Yoo Jeong hati-hati walaupun masih diselimuti rasa kesal karena Wonwoo begitu acuh padanya.

Tidak dijawab!

Yoo Jeong tidak tahan untuk bersabar. Ia pun menghela napasnya cukup panjang,"Selamat malam Jeon Wonwoo," tutupnya begitu saja meninggalkan Wonwoo dan masuk ke dalam apartemennya. Bisa-bisanya ia seperti wanita yang dicampakkan melihat bagaimana tingkah Wonwoo mengabaikannya. Pemuda tidak bertanggung jawab, Yoo Jeong mencebik kesal. Dia merutuk Wonwoo dalam hati.

"Semoga tidak terbuka!" kutuk Yoo Jeong menatap pintu apartemennya yang sudah tertutup. Ia pun ke kamar, mengganti pakaiannya dan mencuci wajah, kemudian membuka bingkisan kue yang dibuat oleh Mingyu. Ia baru saja sikat gigi, tapi pizza buatan Mingyu terlihat menggoda saat ia buka di atas meja makan. Tiga potong pizza yang terlihat manis, membuat Yoo Jeong tersenyum lebar membayangkan bahu Mingyu yang sibuk menyiapkan ini semua.

Bahu lebar, dada yang cukup bidang saat Yoo Jeong mendorongnya tadi. Setidaknya Mingyu lebih perhatian daripada Wonwoo yang malah terlihat biasa saja seperti tidak ada progres dari pengakuan perasaannya beberapa hari lalu. Yoo Jeong menangkupkan wajahnya dengan kedua tangannya yang tersiku di atas meja,"Sayang sekali dimakan."

Yoo Jeong selalu punya sindrom melayang-layang kalau ada pria tampan mendekatinya, menurut Seulgi. Seperti sekarang walaupun dia sudah cukup matang sekadar jatuh cinta ala anak SMA.

"Makan tidak makan tid—"

Pilihan jawaban Yoo Jeong terhenti mendengar bel apartemennya. Yoo Jeong pun menutup pizza tersebut dan mendekati pintu apartemen lalu membukanya perlahan-lahan. Mendapati Wonwoo yang langsung menatap matanya berdiri di depan pintu apartemennya membuat keningnya berkerut,"Kenapa? Ada sesuatu?"

Wonwoo berdehem lalu mengalihkan pandangannya sekilas,"Aku lapar. Aku juga lupa pintu apartemenku."

Bibir Yoo Jeong melebar hendak tertawa dengan laporan Wonwoo tapi ia tahan melihat mata Wonwoo mendelik sinis ke dirinya,"Aku tidak ada makanan. Stok habis. Masuk saja dulu."

Drawing Memories 《Complete》 || Jeon WonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang