Part 22 - Mr. Partner

163 22 1
                                    

Yoo Jeong menatap dirinya di depan kaca, memastikan kembali wajahnya dan pakaiannya sebelum berangkat ke Busan. Merasa sudah baik, ia pun bergegas menyandang tas ranselnya dan mengenakan sepatu kainnya lalu mematikan semua lampu apartemen yang sudah dibereskannya. Ia bergegas, menitipkan apartemennya ke bibi Jung jika ada paket atau pemberitahuan tiba-tiba.

Ia sudah berdoa malam tadi agar diberikan hati yang kuat saat besok melihat Minhyun bersanding di hadapannya. Dan sepertinya ia sudah cukup kuat. Sialnya saat melangkah kakinya ke tangga, tulang pahanya agak berbunyi, membuat ia menepuk-nepukkan pahanya karena rasa nyeri akibat perbuatan Wonwoo kemarin sore.

Dan saat ia hendak memutar langkahnya keluar pintu depan apartemen, ia mendapati Wonwoo yang baru masuk ke dalam mobil. Gerakan Wonwoo yang tiba-tiba masuk entah kenapa terlihat aneh dan gamang baginya. Ia pun memutar pergelangan tangannya, mengerutkan kening seraya berpikir Wonwoo tidak pernah sesiang ini pergi kerja. Apalagi katanya tadi malam dia sibuk dan harus berangkat pagi. Lagi-lagi membuatnya tidak paham dengan jalan pikir anak itu.

"Oii, mau kuantarkan?" seru Wonwoo saat membuka pintu mobilnya.

Yoo Jeong menggeleng,"Tidak perlu. Aku naik bus ke terminal kereta."

"Ke Busan maksudku."

Yoo Jeong terdiam tidak paham, berusaha mencerna maksud Wonwoo,"Tidak perlu, ada supir kereta yang mengantarkanku."

Wonwoo pun menutup pintu mobilnya lalu melangkah mendekati Yoo Jeong,"Aku temani sampai Busan. Aku ikut." Kata Wonwoo singkat dan segera masuk ke dalam mobilnya meninggalkan Yoo Jeong yang tergugu tidak mengerti dengan tingkah Wonwoo. Kemarin saja ia menyiratkan tidak bisa, sekarang malah hadir seperti pahlawan.

Masih dengan wajah tidak percaya dengan terpaksa Yoo Jeong pun menurut masuk mengikuti Wonwoo masuk ke dalam mobilnya.

"Kau betulan mau menemaniku ke Busan? Sampai pernikahan Minhyun?"

Wonwoo menaikkan alisnya sekilas,"Anggap saja rasa terima kasihku karena sudah merepotkanmu selama ini."

Yoo Jeong hanya bisa menerima dan menganggapnya sebagai rasa terima kasih seperti yang diungkapkan Wonwoo. Dan lagipun memastikan bahwa Wonwoo akan menemaninya ke pernikahan Minhyun membuat letupan dalam dadanya membuncah ria. Kadang sifatnya memang menyebalkan dan membuat emosi Yoo Jeong di batas mengumpat dan mengutuk, Wonwoo punya cara mengembalikan perasaann ke awal. Seperti tidak terjadi apa-apa, bahkan dengan mudahnya Wonwoo melupakan kejadian mengerikan tadi malam.

-o0o-

"Kau serius?" suara Hoshi di ujung sana agak terdengar terpekik setelah mendengar laporan Wonwoo kalau ia tidak bisa masuk kerja selama beberapa hari ke depan karena ada urusan mendadak yang harus diselesaikan. Hoshi sempat menolak untuk menggantikan tugas Wonwoo, apalagi ia tidak habis pikir dengan alasan Wonwoo tidak kerja karena ingin berlibur sejenak ke Busan.

Baru saja pria itu kembali dari Yogyakarta di minggu lalu dan sekarang seenak dirinya bilang ia butuh liburan lagi. Wonwoo memang atasan tapi Hoshi tidak habis pikir dengan sikap serba sesuka sahabatnya itu. Namun ia harus menerimanya, Wonwoo sudah terlalu terbeban dengan pekerjaan. Wajar saja.

Wonwoo menganggukkan kepalanya walaupun Hoshi—lawan bicaranya tidak dapat melihat gestur tubuhnya,"Iya. Nanti kau saja yang bertemu dengan mereka. Kau boleh pakai komputerku setelahnya."

"Astaga anak ini. Baiklah."

"Sekaligus nanti rawat Kimbab dengan baik ya." Pesan Wonwoo menahan tawanya saat mendengar respon mendesah Hoshi di ujung telepon sana. Kimbab adalah kucing virtual yang dirawatnya di dalam komputernya, setiap hari ia harus merawat Kimbab seperti Hoshi merawat harimau virtualnya. Niatnya mereka akan mengadu kucingnya dan harimau Hoshi atas nama kejantanan antar hewan. Itu cita-cita keduanya.

Drawing Memories 《Complete》 || Jeon WonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang