Part 15 - Heartbeat

166 29 7
                                    

Wonwoo berulang kali harus bersiap-siap menggerakkan tangannya menangkap tubuh Yoo Jeong yang berjalan sempoyongan sepanjang simpang rumah hingga apartemen mereka. Dia tidak berniat menggendong Yoo Jeong seperti dalam drama atau novel romantis. Apalagi saat Yoo Jeong menertawakannya tadi karena ia memegang tangan Yoo Jeong agar masuk ke mobil Soonyoung.

"Kau pasti khawatir padaku kan? Eii, kau mau menggendongku? Seperti oppa. Eii..Jeon Wonwoo, romantis sekali."

Sejak itu, Wonwoo hanya berjalan di belakang Yoo Jeong, tidak ingin memegang atau hanya menjadi pemantau jarak jauhnya. Yoo Jeong tidak semanis wanita mabuk di luar sana. Cukup sadar untuk berjalan lurus walaupun sesekali agak terlihat limbung. Dengan sepatu berhak yang digunakannya juga tidak menyulitkannya untuk berjalan walau tadi sempat tersandung hak sepatu sendiri.

"I'm at a party I don't wanna be at. And I don't ever wear a suit and tie. Wonderin' if I could sneak out the back." Wonwoo menahan tawanya mendengar Yoo Jeong yang menyanyikan lagu dengan gerakan bahunya terlihat dari belakang. Cukup unik baginya saat orang mabuk mengingat lagu yang seperti menggambarkan dirinya sendiri.

"Cause i don't care when I'm with my baby, yeah. All the bad things disappear and you're making me fell like maybe I am somebody. Ohh...ohhh.."

Tubuh Yoo Jeong mendadak berhenti, membuat Wonwoo juga terhenti di belakangnya. Wanita itu tidak melanjutkan lagunya kembali, Wonwoo hendak memajukan langkahnya hingga Yoo Jeong sedikit berlari ke tepian jalan dan memegang dinding jalan dengan kedua tangannya. Wonwoo agak khawatir dengan gerakan mendadak wanita tersebut sampai sesuatu cairan keluar dari mulut Yoo Jeong. Wanita itu memuntahkan seluruh isi perutnya.

Dengan wajah menahan mual melihat Yoo Jeong, Wonwoo menepuk-nepuk pundak Yoo Jeong yang sudah berjongkok di tepian jalan. Jika begini, ia merasa menyesal sudah memaksa Yoo Jeong ikut tanding minum seperti tadi. Wonwoo pun berjongkok,"Noona, aku ke swalayan sebentar. Kau tunggu di sini dan jangan ke mana-mana."

Yoo Jeong mengangguk. Wonwoo langsung berlari ke swalayan yang sudah mereka lewati tidak jauh dari posisi mereka sekarang. Setidaknya ada sesuatu yang bisa meredakan rasa mabuk dan mual Yoo Jeong.

-o0o-

"Jangan sentuh aku. Aku tidak mau.."

"Kita kan sudah berkencan."

"Jangan...tolong aku.."

Samar-samar di balik dinding pembatas persimpangan jalan, Yoo Jeong mendengar suara tersebut. Suara yang terdengar lirih, membuat Yoo Jeong yang masih dipengaruhi kekuatan alkohol terpaksa bangkit dari duduknya dan memundurkan langkahnya ke belakang. Berjalan menyisiri persimpangan jalan di sebelahnya walaupun kepalanya terasa sangat pening dan pandangannya berkunang-kunang.

"Bukankah tadi kita sudah berkencan dan kau setuju."

"Aku tidak bilang setuju itu. Tolong jangan sentuh aku.."

Yoo Jeong mengelengkan kepalanya, menajamkan pandangannya untuk fokus pada seorang wanita muda yang dihimpit oleh seorang pria yang terlihat seumuran. Gadis itu selalu mengalihkan kepalanya dari kepala pria yang mendominasi dirinya. Yoo Jeong tidak bisa mentolerir hal tersebut, ia benci saat wanita menjadi barang paksaan oleh pria.

"Ya!! Anak kurang pendidikan, kalian buat apa berbuat mesum di sana?" teriak Yoo Jeong cukup lantang dengan suaranya yang bulat seperti seorang pendekar. Pemuda itu tak menjauh, hanya memandang remeh ke Yoo Jeong yang berantakan dan ia tersenyum sinis.

"Urusan apa bibi bertanya? Urus saja urusanmu sendiri."

"Woah, bibi katamu? Aku bibi kekasihmu itu. Kau yang urusan apa dengan keponakanku?"

Drawing Memories 《Complete》 || Jeon WonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang