"Aku Kembali Dengan Bentuk Baru Setelah Aku Mengucapkan Kata Pamit"
-----
Lucas dan Mentari tidak dapat membendung tangis. Mereka sangat terkejut mendengar berita putri mereka satu-satunya itu. Mereka tidak dapat memercayai hal tersebut. Beberapa jam yang lalu pihak rumah sakit menelepon mereka dan mengatakan bahwa Dina mereka telah sadar. Namun itu hanya berlangsung beberapa jam, karena 5 menit lalu dokter menyatakan Dina mereka telah tiada. Bukan hanya Lucas dan Mentari yang terpukul, semua keluarga juga terpukul tak terkecuali Galang. Ia merasa gagal melindungi Dina. Ia merasa bahwa ia tidak berguna. Ia menyesal telah bertahan hidup dan jika ia mengetahui bahwa Senjanya akan berpulang kepada sang Khalik maka harusnya ia harus menyambut Senjanya disurga. Ia menyesali hidupnya.
"Senja... Katakan bahwa ini semua mimpi,"ucap Galang menatap nanar lantai rumah sakit.
"Senja tidak akan pergi kan? Ia sudah janji padaku untuk bertemu ditempat kesukaan kami dulu. Nil, tolong bangunin Senja."ucap Galang mengguncang tubuh Daniel yang juga terpukul atas kepergian sepupunya itu.
"Ikhlasin dia, Lang. Senja sudah tenang disana. Senja sudah bahagia ketemu bang Mudra. Ikhlasin dia biar dia tenang, Lang."ucap Daniel berurai airmata.
"Paman..."panggil Dia menarik lengan kemeja Daniel.
"Bunda kenapa? Paman kenapa nangis?"tanya Dia dengan wajah polosnya dan lidah Daniel tiba-tiba kelu, ia seperti lupa bagaimana berbicara saat gadis kecil itu bertanya padanya.
"Bunda sudah bahagia sama papamu, sayang."ucap Mentari mengelus pipi Dia dan Dia memahami perkataan Mentari dengan cepat.
"Bunda sudah gak sakit lagi ya, Omah? Tadi Dia liat papa Mudra, bunda Senja dan satu lagi tante cantik yang Dia gak kenal tapi mukanya mirip bunda senyum sama Dia disana tapi sekarang mereka udah ilang."ucap Dia polos sambil menunjuk kearah jendela. Mentari terkejut mendengar penuturan Dia dan rasa bahagia tiba-tiba memenuhi dada Mentari. Bukan karena ia bahagia akan kepergian Senja, namun ia bahagia jika putri kecilnya itu bahagia dengan bertemu dengan putranya, Samudra dan Cesia, ibu kandungnya. Mentari lantas memeluk Dia dan mencium pipi cucunya itu. Mentari bersyukur dengan kelahiran Dia sama seperti ia mensyukuri kelahiran Senjanya.
***
Gerimis menyapa bumi seperti mengetahui duka keluarga Saverius. Pemakaman Senja berlangsung dengan ditemani gerimis. Seluruh anggota keluarga Saverius terisak saat melihat peti mati Senja diturunkan ketempat peristirahatan terakhirnya. Teman-teman Senja juga turut terisak saat mengetahui kabar berpulangnya gadis pendiam itu dan mereka tidak menyangka bahwa Senja akan mengakhiri hidupnya dengan cara menyedihkan. Mereka semua terpukul tak terlebih Lucas. Ia sangat terpukul dan menyalahkan dirinya sendiri mengapa ia begitu lama sadar dari koma agar ia sempat bercakap-cakap lebih lama dengan putrinya itu. Tangisnya pecah saat ia melihat peti mati Senja telah berada didasar dan tanah mulai diturunkan untuk menutup makamnya Senja.
"Ellendina..."panggil Lucas histeris dan Kevin segera menarik tubuh Lucas karena Lucas ingin menjatuhkan dirinya ke makam.
"Dina, jangan tinggalin papa. Papa masih kangen sama kamu. Maafin papa yang udah ninggalin kamu lama. Maafin papa karena gak ada saat-saat sedih kamu. Maafin papa karena kamu harus menanggung semua beban yang harusnya papa yang tanggung. Maafin papa, sayang," ucap Lucas sesengguk-sengguk.
"Bangun, nak! Kamu tiap hari ke kamar inap papa dan cerita banyak hal tentang sekolahmu dan keluarga. Kamu bilang kamu rindu papa, sekarang papa sudah bangun tapi mengapa kamu yang harus tidur untuk selamanya?"
"Kamu tidak merindukan papa? Bangun, nak! Papa rindu kamu! Papa mau memeluk kamu! Papa mau bercanda dan tertawa lagi sama kamu! Princess kecil papa bangun!"
"Papa mohon jangan pergi. Papa masih rindu kamu, nak!" ucap Lucas bersimpuh diatas tanah memandangi tanah makam yang telah tertimbun.
"Lucas sudah. Ikhlasin Dina biar dia tenang. Kamu sayang sama Dina berarti kamu harus ikhlasin dia supaya dia juga bahagia disana." ucap Kevin memeluk Lucas dan mencoba menenangkan Lucas namun Lucas masih belum sepenuhnya menerima kenyataan itu. Ia harus kehilangan anaknya lagi. Ia merasa benar-benar hancur.
"Mengapa disaat aku sudah bangun malah Dina yang harus pergi? Mengapa kami harus bertukar tempat, Vin? Aku belum bisa menerima ini, Vin. Rasanya baru kemarin Dina masih melangkahkan kaki kecilnya dan memelukku dan bertingkah manja padaku. Tapi sekarang, ia harus pergi dengan cara seperti ini, Vin. Aku gagal menjaga putriku, Vin." ucap Lucas merutuki dirinya sendiri.
"Tidak, kamu tidak gagal, Luc. Senja itu gadis kecil yang kuat sama sepertimu, Luc. Dia bahkan sangat cerdas dan dia berbakat bernyanyi sepertimu dulu, Luc." hibur Kevin sambil menepuk-nepuk pelan punggung abangnya itu.
***
Galang masih setia dipusara Senja. Hujan deras setelah prosesi pemakaman tidak ia hiraukan. Gadis manisnya itu dikuburkan disamping Samudra, dan Galang merasa gagal melindungi gadisnya itu.
"Lang, pulang. Lo gak bisa selamanya disini, Lang." ucal Daniel memayungi Galang.
"Harusnya gue gak kasi tau semuanya, Nil. Harusnya gue diam aja walau Senja nganggap gue pengganggu. Kalau gue tau hari itu adalah hari terakhir gue liat Senja, gue bakal gak mau ceritain semuanya, Nil. Gue yang membuat Senja meninggal. Gue yang membuat dia ingat semuanya, Nil." tangis Galang menyesali semuanya.
"Lang, Senja gak menyalahkan lo. Dia berterimakasih sama lo, Lang. Dia minta maaf karena dia gak bisa menuhin janji ketemuan kalian. Dia minta maaf karena harus pergi secepat ini. Jangan menyesalinya, Lang, karna semakin lo menyesali semuanya semakin sedih Senja."ucap Daniel menepuk-nepuk punggung Galang.
"Lo gak jahat, Lang. Lo gak buat Senja meninggal, Lang. Ini semua takdir dan kita gak bisa menghindarinya."
"Pulang, Lang." ajak Daniel.
"Senja, maafin aku karena harus ninggalin kamu disini. Tenang dan bahagialah disamping Tuhan dan sampaikan salam dan terimakasihku pada Tuhan karena Ia telah menciptakanmu dengan begitu sempurna dan indah. Dan sampaikan salamku pada bang Mudra serta sampaikan salamku pada ibumu yang kata Daniel sangat cantik seperti dirimu. Aku pulang dulu dan besok aku akan kembali lagi menemuimu." ucap Galang dalam hatinya lalu berjalan mengikuti Daniel.
"Aku berhenti mengejarmu, Sen karena kamu telah sampai pada masa bahagiamu bersama saudara dan ibu kandungmu. Doaku dan hatiku tetap padamu dan semoga kamu bahagia dan tenang dirumah barumu." gumam Galang menatap kearah tetesan hujan yang semakin deras.
TAMAT
*****
Finally, cerita ini udah sampai akhir. Terimakasih untuk readers yg selalu menyemangati author untuk tetap nulis cerita ini.
Terimakasih untuk readers yg sempatin waktu buat baca cerita receh author. Dan author minta maaf kalau akhir cerita ini gak sebagus ekspektasi para readers semuanya🙏Dan author rencana mau publish cerita baru tapi kayaknya 2 minggu lagi mulai publish dan author harap para readers suka cerita baru itu😅
Akhir kata, author pamit dulu sebentar dan 2 minggu lagi author kembali ya dengan cerita baru😘
Dan selamat berpuasa untuk yang menjalankannya. Jangan bolong-bolong puasanya ya😉
Tapanuli Tengah, 2 Mei 2020
Author💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Senja (Complete)
Teen FictionComplete Senja Ellendina si dingin & si pendiam yang harus menyimpan segala emosinya dalam-dalam. 4, Juli 2018 Salam, Author #58 Newbie