10

3.2K 232 7
                                    

Hai everything
Kangen gak?

Jan lupa vote dan comment
Semangad dari kalian berarti banget buat aku

***
Ceklek
(suara pintu apartemen yang di buka dari luar)

Setelah menempelkan kartu... tak lama pintu terbuka dengan tenaga banteng gue dorong daun pintu menggunakan bahu,
Kedua tangan dipenuhi beratnya tas belanjaan. Ohya kita harus mengurangi penggunaan plastik !jangan di tanya lagi,setelah gue pikir-pikir mengangkat tas belanjaan tidak jauh berbeda dengan mengangkat barbel di gym.

Gue berlari tergopoh gopoh menuju dapur
Sedangkan pintu apartemen biarin aja tertutup dengan sendiri,
Biar pintunya belajar mandir.

Gue susun bahan keperluan dimulai dari sayuran, daging, bumbu penyedap,rempah,masing-masing di simpan pada tempatnya yang sekiranya cocok.
Tak tertinggal...makanan kaporit sejuta umat

"Indomie...indomie...selaraku
Indomie...dari...dan...bagi...
Indonesia...
Indomie...seleraku" gue bernyanyi dengan mengangkat bungkus indomie tinggi tinggi
Menghayati lagu dan juga
Mendalami peran

Menyingsingkan lengan kiri sweater
Jam menunjukkan pukul 16.45
Semuanya udah di beresin.

"mau ngapain lagi nih? Bosen"
"apa nonton aja? Nonton aja lah ya"
Gue duduk selonjoran di sofa letter L
Meraih remote TV
Bosan mengganti channel
Akhirnya pilihan jatuh kepada CartoonNetwork

Namun kelopak mata terasa berat
Detik berikutnya
TV yang nonton inah
Bukan inah yang nonton TV

Waktu berlalu...
Matahari sudah pulang ke peraduan
Udara semilir senja menerobos balkon
Hawa dingin menggelitik telapak kaki telanjang inah
Membangunkan sosoknya

Ruangan apartemen yang menggelap tanpa secuil pun cahaya terkecuali dari balkon
membuat mata gue menyesuaikan dengan keadaan
"gue dimana?" gue beranjak jadi posisi duduk lalu punggung telapak tangan menggosok mata membuang kotoran yang terproduksi di sana sembari mencoba mengingat-ingat kejadian sebelumnya

"ah gue lupa...kan sekarang gue kerja jadi pembantu"
gue berjalan menuju balkon yang menampilkan pemandangan hiruk piruk kota, juga jalanan yang macet ditemani dengan langit gelap dan ribuan cahaya yang terpampang indah dari gedung gedung tinggi,cahaya jalan, cahaya kendaraan...

Saat tengah asik bersandar di pagar balkon gue terkejut dengan suara yang tidak asing

Bunyi aneh itu adalah...

Bunyi perutnya...

"laper deh, tapi bingung makan apa?" gue berbalik badan memutuskan untuk masak, tentunya setelah menutup dan mengunci pintu balkon.

"gelap ini... mana saklar lampunya, aelah susah banget nyarinya" gue meraba raba dinding mencari saklar lampu

"hold up wait a minute...
Apa gunanya senter di hp kalo nggak di gunain...
Astaga betapa pintarnya diriku" gue mentertawakan diri sendiri

Setelah menghidupkan semua lampu termasuk kamar majikan gue langsung berlari ke dapur
Bukan karena takut
Tapi gue udah kelaperan
Terakhir kali gue makan ya tadi pagi

Setelah mengobok-obok isi kulkas
Pilihan gue jatuh kepada
Telur 1 buah
Cabe rawit 2
Sosis jumbo 2
Indomie kaldu 2 bks
Karena kalo cuma 1 itu nggak kenyang

"mari kita masak"

Setelah dirasa indomie dan kawan kawan telah masak, tak lupa mematikan kompor lalu membuka laci...meraih sepasang sumpit dan satu buah sendok

Memutuskan duduk di mini bar
"makan mie dari pancinya langsung tuh emang endolita"
Tanpa membuang waktu gue meraup untaian mie dengan sumpit
Slurppppp.....
Bunyi sedotan mie pun menggelegar di seluruh pejuru apartemen

Baru lima suapan gajah yang masuk ke dalam mulut gue

ceklek
(bunyi pintu yang terbuka)

"gaswat...majikan datang, baru juga lima kali mangap... Duh gue musti apa nih? gue bingung "
Seakan tersadargue reflek narik ganggang panci lalu menaruhnya di westafel

"kenapa datengnya pas banget sih gue lagi makan?" mendadak kesal beneran deh
"emang jam berapa sih ini?" gue baru liat kalo sekarang udah jam 20.25 gue masih dilanda kepanikan tanpa alasan yang jelas, intinya panik aja.

Langkah kaki semakin mendekat
Inah memilih untuk membelakangi majikannya pura pura nyuci piring

Sedangkan ADA yang memang baru sampai
ADA berhenti di depan dapur berniat meminta tolong pada pelayan baru nya.
Sosok pelayan barunya memang tak terlihat dengan jelas, di karenakan penerangan yang di set agak temaram,
ADA mengira bahwa pelayan baru yang di pilihkan maminya adalah wanita yang sudah berumur
Maka dari itu ia tidak ragu memanggil pelayan barunya dengan panggilan Bibi.

"Bibi, bisa tolong buatin saya kopi?juga tolong antarkan ke ruangan kerja saya...bibi tahu kan ruangan kerja saya ada dimana?kalau begitu saya mandi dulu" tidak ada respon berarti yang di tunjukkan pelayan barunya bahkan menatap wajahnya saja ia enggan namun ADA tidak masalah, sedangkan inah bingung harus memberikan jawaban seperti apa.

Tanpa berpikir panjang inah langsung mengancungkan tangan kanannya membentuk tanda jempol

Bunyi langkah kaki berlalu disusul dengan bunyi pintu yang terbuka juga tertutup setelahnya

Inah menghela napas lega
"wah majikan edan...masa gue yang masih perawan kinyis kinyis gini di panggil bibi, ndak sopan sampean ya...wes tak kerjain biar tau rasa"
gue masak air di teko listrik,abisnya di sini nggak ada ceret dan kalaupun mau pake panci kan pancinya di pakai buat masak mie

"Etdah mie gue....
Alahmakjang...
mie gue udah gendut
Mana udah kesiram air lagi
Nasib nasib"

Gue memutuskan move on dari mie
Seenggaknya perut udah nggak bunyi bunyi lagi

Meraih gelas cangkir di lemari beserta piringnya sebagai alas meskipun agak sulit
"ini siapasih yang naro...kurang tinggi ini mah, emang niat nya nyiksa nih bisa nggak ya dilaporin atas tuduhan penganiayaan terhadap Prt"

Cangkir sudah siap dengan dua sendok makan kopi hitam
Tangan gue bergerilya diantara wadah garam dan gula
"Muehehehe...gue kerjain juga lo"
2 sendok makan garam sukses mendarat dan bercampur dengan bubuk kopi
"tinggal nunggu airnya blebeq blebeq deh"

Gue memangku wajah dengan kedua tangan yang saling bertumpu satu sama lain, Sambil nunggu air yang bisa mati sendiri mesinnya kalo udah masak gue mencoba mengingat dimana letak ruang kerja majikan yang ku tahu suaranya ternyata sexy meskipun belum melihat rupa secara langsung

"Ahh ya ruangan yang di samping kamar kan ya?" tadi gue memang mau beresin ruangan itu tapi nggak jadi, soalnya takut...ntar kalo ada berkas yang hilang dirinya di suruh tanggung jawab.
Kan nggak lucu kalo gaji nya selama berkerja habis ludes tak bersisa untuk mengganti berkas yang hilang.

Teng
Lampu teko listrik yang tadinya merah kini sudah tidak ada lagi
Mesin otomatis mati
Jadi gue tinggal copotin stopkontak

Ceklek
(bunyi pintu yang terbuka dan tertutup sebanyak 2x diiringi derap langkah)

"Udah selesai mandi dia" gue bergumam sambil menuang air panas ke dalam cangkir

Mengaduknya dengan senyuman mengerikan
Kopi yang di buat dengan penuh dendam di hati dan sanubari

"let's get to the red zone"
Gue tahu
Dengan di minumnya kopi ini
Berarti gue dengan suka rela mengantarkan nyawa ke malaikat kematian

Melangkah dengan perlahan membawa ceper hitam yang ada secangkir kopi laut di atasnya

Kemudian mengetuk pintu
'masuk'

Sahutan dari dalam tak jua memberikan rasa takut di diri,
Gue melangkah dengan percaya diri
Lalu saat menutup pintu dari dalam dan berjalan dengan percaya diri hingga sampailah di hadapan meja...siap untuk meletakkan cangkir kopi laut
Gerakan gue terhenti
Kaget sumpah demi apa
Sosok yang duduk di kursi kerja
Tengah menatap serius berkas yang diapit di jemari jemarinya

Wajah itu...

Majikan gue...

Rabu, 6 mei 2020










POKOKNYA (HARUS BULE).....HARUS TITIK [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang