Starring
Im Jaebum as Devan Pradana Djanudarma
Kang Seulgi as Kugi Lodyta Rumi
—Satu kelas dari SMP berlanjut ke SMA hingga akhirnya terpisah di perguruan tinggi dan dipertemukan kembali saat di dunia kerja. Hubungan yang sudah terjalin sejak lama walau pernah hilang kontak selama beberapa tahun tidak membuat jarak semakin melebar antara Devan dan Kugi.
Oh, sebentar.
Perlu ditegaskan hubungan seperti apa diantara dua anak manusia ini. Teman tapi saling perhatian. Teman tapi cemburu-cemburuan. Teman tapi rencanain liburan bareng. Teman tapi rasa pacar. Iya, ini tuh mirip-mirip kayak hubungan tanpa status.
Sebenarnya sih, Devan terhitung sudah dua kali menyatakan perasaan pada Kugi dan berakhir ditolak. Habis, Devan bilangnya pada saat waktu yang tidak tepat.
Pertama, pada saat Kugi baru putus sebulan karena mantannya lebih memprioritaskan game daripada komunikasi empat mata. Siapa sih, cewek yang nggak kesal dinomorduakan sama komputer?
Lagi pula, Kugi itu dulu suka pamer hubungan di sosial media. Apa-apa kayaknya harus banget update biar khalayak ramai tahu pacarnya ganteng. Pacarnya bisa main gitar. Pacarnya bersuara merdu. Pacarnya romantis. So, tindakan baru putus sudah langsung dapat pengganti baru kayaknya bakal menjadi omongan banyak orang. Terlebih teman-teman SMA Kugi pada suka gibah. Kugi takut mereka akan membicarakan hubungannya dengan Devan—kalau emang jadian.
Endingnya juga akan fatal. Masalahnya, Kugi dekat dengan mantan Devan walau nggak dekat-dekat banget layaknya sahabat. Begitu pula dengan Devan yang notabene konco kentel mantannya Kugi. Kalau mereka bersatu, apa nggak terjadi tuh perang dingin dunia ketiga?
Kedua, Devan kembali menyatakan perasaannya di waktu hati Kugi sudah terkunci sama seseorang. Bisa dipastikan keberadaan Devan di sini tidak terlihat karena Kugi memusatkan seluruh atensinya pada orang yang dia suka tanpa peduli ada sosok yang menunggu di belakangnya.
Meskipun begitu, keduanya masih tetap menjadi teman yang baik sampai sekarang. Kugi yang selalu menyemangati Devan untuk segera lulus hingga akhirnya mendapatkan pekerjaan yang layak. Devan yang selalu bikin nyaman, menghibur Kugi si cewek gagal move on dan patah hati.
Akan tetapi hubungan mereka sempat merenggang. Sempat hilang kontak selama dua tahun. Selama rentang waktu tersebut Kugi cuma bisa tahu kabar Devan dari sosial media saja, yang nyatanya malah asyik pacaran mulu. Kugi sampai ngebatin, apaan ceweknya modelan begitu? Nggak bisa apa ya, cari cewek yang agak baikan dikit?
Kesal sih, tapi kan Kugi tidak punya hak sama sekali.
Beda lagi sama Devan. Gonta-ganti pacar cuma buat mengalihkan rasa yang masih ada buat Kugi sampai sekarang di mana mereka fokus menata karier. Bodohnya, pada saat Devan masih menjalin kasih dengan seseorang, gamblang sekali cowok itu mengungkapkan bahwa Kugi adalah rumah yang selalu dituju ketika dia pergi berkelana.
Apa kata-kata itu masih berlaku?
Jawabannya adalah masih. Sampai detik ini, detik di mana Devan menata hatinya kembali. Mengatur perasaannya untuk Kugi yang tidak pernah lekang oleh waktu meski dulu dia menjadi pihak yang tak terlihat, yang berakhir ngenes ditolak.
Lucu sih, kalau dipikir-pikir. Sebanyak itu cewek atau cowok yang mengantri pada mereka, kenapa malah saling kembali? Padahal dulu pernah sama-sama melewati pahit manisnya asmara, tapi Tuhan seakan menunjukkan jalan pulang ke rumah tanpa harus dituntun.
Di sinilah Kugi sekarang. Menunggu datangnya Devan. Sambil ditemani ngobrol sama mas Novel, salah satu rekan kerja Kugi yang kata orang-orang pria taurus ini menaruh hati tapi Kuginya pura-pura tidak peka.
Obrolan terhenti ketika manik mata Kugi menangkap motor matic berwarna putih milik Devan memasuki lobby dan kemudian berhenti.
Devan mengangkat kaca helm. Tanpa turun dari motornya, "Sorry, mas. Mau jemput pacar," katanya sambil tersenyum ramah pada Novel.
Kugi kaget. Kenapa tiba-tiba cowok di hadapannya bertingkah kelewatan? Sejak kapan juga Kugi sudah jadi hak miliknya? Nembak aja kayaknya enggak tuh.
"O-oh, i-iya. Titip Kugi ya, mas. Hati-hati di jalan," balas Novel sebelum akhirnya balik badan dan kembali masuk ke dalam gedung.
Kugi berkacak pinggang menatap Devan yang justru bersikap acuh tak acuh setelah berhasil memporak-porandakan hati Kugi. Mana nggak pake tanggung jawab lagi!
"Naik cepetan. Devan udah laper. Jadi McD nggak nih?"
"Bentar. Kugi mau nanya maksud Devan barusan apa?"
Devan melirik Kugi sekilas sebelum akhirnya menurunkan kaca helm dan menghidupkan mesin motor.
"Naik dulu aja."
Kugi mendengus sebal. Mau tidak mau menuruti titah Devan.
Sejurus kemudian laju motor pun sudah membelah jalanan raya di bilangan Sudirman.
Selama di perjalanan Kugi hanya diam. Devan juga tidak ada inisiatif buat menjelaskan. Kugi mau bertanya sekali lagi tapi sudah ketutupan gengsi. Pikir Kugi, cewek nanyain status duluan tuh kayak nggak ada harga diri.
"Masalah yang tadi," jeda Devan sambil melirik kaca spion. Menatap pantulan bayangan Kugi. "Nggak mau jadi beneran aja?"
"Hah?! Maksudnya?!" kaget Kugi.
"Nggak perlu dijelasin udah paham kan?"
Kugi terdiam. Tangannya terkepal kuat di atas lutut. Detak jantungnya memompa lebih cepat.
Melihat Kugi tak merespon segera, Devan memelankan laju motor kemudian menepi. Ia menoleh ke belakang, menatap Kugi yang termangu diam.
"Yaudah, Devan jelasin. Mau upgrade status apa enggak? Apa cuma stuck kayak gini-gini aja? Kalau Devan sih udah capek mau cari cewek lain. Kugi gimana?"
Sial. Ini Devan lagi nembak apa gimana? Kugi sampai nggak bisa berkata apa-apa.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
You and Me; GOTVELVET X DREAMITZY
FanfictionOne shoot grup dua lusin dengan kearifan lokal