16. When Your Enemy Falls

809 66 14
                                    

Shin Ryujin as Aruka Kazan
Lee Jeno as Jeno Antareksa Gaudi

Shin Ryujin as Aruka KazanLee Jeno as Jeno Antareksa Gaudi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.















Heavens, sekolah sihir bergengsi dan impian setiap anak di dunia sihir. Hanya orang bodoh yang tidak mau memasuki sekolah tersebut. Contoh saja gadis yang bernama Aruka. Lahir dari keluarga penyihir terpandang namun tidak ada niatan untuk menjadi penyihir hebat seperti kakak-kakaknya, Armada dan Arloka.

Dari kecil, sungguh Aru—nama panggilan kecilnya—tidak tertarik melayangkan benda-benda di udara atau mengubahnya menjadi apapun yang dia kendalikan dalam pikirkan. Walau dia mampu melakukannya tetap saja seorang Aruka Kazan hanya ingin menjadi manusia biasa. Kemampuan sihir mungkin bonus yang diberikan Tuhan padanya dan suatu anugerah terlahir dari kalangan elit seorang penyihir.

Aru hanya ingin hidup normal seperti manusia pada umumnya. Seandainya nama Kazan yang disandangnya tidak memperjelas kastanya di dunia ini, dan seandainya dia terlahir menyandang marga manusia biasa, sudah dipastikan Aru tidak akan menginjakan kakinya di Heavens, apalagi di dalam asrama yang banyak sekali aturannya. Tidak boleh begini, tidak boleh begitu. Memangnya dia robot? Sedangkan di sekolah manusia biasa yang pernah dia kunjungi saja tidak begitu.

Inilah yang menyebabkan Aru sering kabur diam-diam dari asrama pada malam hari ketika semua orang sudah masuk ke alam mimpi. Dengan sweater hitam dan jubah berwarna cokelat tua, tak lupa menggunakan masker dan menyimpan tongkat sihirnya di dalam saku jubah. Aru siap berkelana malam ini ke dunia manusia. Berteleportasi dari gelas antik keemasan yang selalu disimpannya dalam tas kebutuhan. Tas selempang kecil yang kalau dilihat oleh mata telanjang hanya muat untuk menyimpan hape. Tapi tas itu sudah disihir Aru agar dapat menyimpan banyak barang.

Ketika gelas antik keemasan itu menjadi pintu koneksi antara dunia sihir dengan manusia, Aru akan memikirkan ke tempat yang ia inginkan. Untuk malam ini, Aru masih belum memikirkan kemana ia akan pergi. Kalau kemarin, dia baru saja berkeliling di provinsi Nusa Tenggara Timur. Mungkin nanti berteleportasi ke Bali cukup menarik.

Sebelum keluar dari kamarnya, Aru memerhatikan teman-teman sekamarnya. Memastikan mereka benar-benar terlelap. Dia menghela napas lega ketika pintu sudah tertutup, kemudian berjalan mengendap menuruni tangga.

Namun di lantai 1 langkahnya terhenti karena Jeno, si ketua asrama yang tidak pernah Aru takuti justru duduk tenang di ruang rekreasi seraya melipat tangannya di dada dan menatap tajam ke arah Aru yang memutar bola matanya.

Sial sekali nasib Aru.

"Mau kemana malam-malam begini?" tanya Jeno tak melepas pandangannya, bahkan tak berkedip sama sekali menatap Aru yang dengan santainya berlalu.

"Lo tau kan, di atas jam 10 malam ada larangan yang harus lo patuhi dan lo nggak lagi amnesia, gadis Kazan?"

Aru berdecak jengkel. Sambil balik badan dan berkacak pinggang, "Kalau gue beneran amnesia, kenapa?" Aru menantang kesabaran Jeno.

Jeno menghela napas sesaat. Ia bangkit berdiri kemudian berjalan mendekat ke Aru, memojokannya ke dinding dan meletakan kedua tangannya di sisi Aru sehingga gadis itu benar-benar terkunci. Tidak bisa bergerak seinci pun dari Jeno yang sengaja memangkas jarak dan memiringkan sedikit kepalanya. Kalau ada anak yang terbangun lalu tak sengaja melihat mereka, mungkin sudah dikira mereka sedang berciuman mesra.

"Apa sih! Gue tuh mau kelayapan di dunia manusia! Gue mau jalan-jalan mumpung di dunia mereka masih terang!"

Tak ada sedikit pun rasa takut yang Aru rasakan ketika manik matanya bertemu dengan mata tajam Jeno. Egonya terlalu tinggi untuk mengalah.

"Nggak boleh," singkat Jeno jelas.

Aru mendengus kesal. "Siapa sih lo larang-larang gue? Teman bukan, musuh iya. Oh, gue hampir aja lupa kalau lo menyandang lebel sebagai ketua asrama terbaik selama 2 tahun berturut-turut. Terus, lo pikir gue takut karena lo ketua asrama? Enggak sedikit pun! Mau lo kasih gue hukuman juga gue nggak bakal takut sama lo!"

Benar-benar gadis Kazan ini menguji kesabaran Jeno. Lantas pemuda itu semakin mendekatkan wajahnya hingga deru napas Aru yang naik turun dapat ia rasakan.

"Biar lo takut sama gue," bisik Jeno kemudian mengecup singkat bibir Aru. "Itu hukumannya."

Aru seketika mematung. Jeno tersenyum miring dibuatnya.

"Gimana? Mau ditambah lagi?"

Belum sempat Aru memprotes, Jeno sudah lebih dulu membungkam bibirnya kembali dengan ciuman yang dia berikan. Melumat lembut bibir manis yang membuatnya lupa jika gadis yang sedang terpaku diam dengan pandangan kosong dihadapannya adalah seorang rival.












END

a/n : NGETIK APA SIH GUEEEEEEEE😭😭😭

You and Me; GOTVELVET X DREAMITZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang