Lee Jeno as Jovin Evano Keindra
Shin Ryujin as Azka Nirmala Rukma-
Sejak Kala diterima di ISI Yogyakarta, cewek kelahiran kota Bogor itu menjalani hubungan jarak jauh dengan Evan yang kuliah di Jatinangor. Pertemuan keduanya intens lewat layar hape saja tetapi tidak setiap hari. Hanya dua kali dalam seminggu sudah cukup melepas rindu yang kian menumpuk. Di hari-hari biasa mereka bertukar kabar lewat iMessage yang tidak bisa dibalas dengan cepat karena kesibukan masing-masing. Terutama Kala yang hectic banget menyandang titel sebagai mahasiswa baru. Tidak perlu dijelaskan juga sudah tahu kehidupan maba seperti apa kesehariannya.
Tetapi ada yang aneh di bulan keempat mereka menjalani hubungan jarak jauh. Kali pertama Kala tidak merespon pesan yang sudah Evan kirim sejak kemarin malam. Sampai keesokannya masih belum dibaca oleh si pemilik senyum magis yang tidak bisa dihubungi sama sekali. Evan tidak ingin berburuk sangka. Toh, dia sangat memercayai Kala meskipun anaknya suka banget berteman sama lawan jenis. Sering juga Evan dibuat ketakutan sendiri kalau ada yang berniat mengambil Kala-nya.
Diselimuti rasa tak tenang sampai-sampai Evan kena teguran keras dari dosen pengampu. Setelah perkuliahan usai, cowok aries ini menghubungi Selvy, kakak sepupu Kala yang tinggal serumah dengan Kala namun tidak diangkat. Pesan juga tidak dibalas. Makin campur aduk yang Evan rasakan. Membuatnya mengambil aksi nekat, memutuskan membeli tiket kereta ke Yogyakarta untuk mengunjungi pujaan hati yang tak ada kabar sama sekali.
Perjalanan yang memakan waktu hampir 10 jam. Akhirnya Evan menginjakkan kaki di stasiun Yogyakarta pada malam hari. Hampir menuju pertengahan malam. Ia langsung memesan ojek online-untungnya masih ada yang mau mengambil orderannya-menuju rumah sepupu Kala yang terletak di jalan Parangtritis.
Evan turun dari motor begitu ia sudah sampai di pekarangan rumah jawa modern. Dilihatnya lampu teras menyala namun gelap gulita di dalam rumah. Sedang mobil milik Kala terparkir di depan garasi.
Evan tahu berkunjung malam-malam begini ke rumah orang tidak sopan sama sekali, tapi terpaksa ia lakukan. Jika tidak, kekhawatirannya pada satu gadis yang berhasil menggoyahkan pertahanannya akan semakin menjadi-jadi.
Ia menuju tangga di samping rumah yang terhubung langsung ke kamar Kala di lantai 2. Sedikit terlihat remang di dalam sana membuat Evan berpikir jika gadisnya masih terjaga. Kalau memang benar, kenapa seharian ini tidak memberi kabar?
Kunci cadangan kamar gadis itu ada pada Evan sehingga ia tidak perlu mengetuk pintu dan menunggu Kala membukakannya.
Alis Evan bertautan mendapati Kala tertidur di sofa. Evan segera menutup pintu, menggantung tasnya kemudian menghampiri Kala yang tidur meringkuk di sofa. Seperti orang yang lagi kedinginan padahal pendingin ruangan tidak menyala.
"Kal? Kala?" panggil Evan sembari mengusap kepala Kala, membangunkannya. Namun alangkah terkejutnya Evan ketika tangannya mengusap pipi si gadis yang terasa panas.
"Kala, kamu nggak pa-pa?" tanya Evan khawatir.
Perlahan Kala membuka matanya. Sedikit mengabur menatap balik raut khawatir Evan. Matanya saat ini berair dan terasa panas. "Kak Evan?" tanyanya untuk memastikan.
Setelah pandangannya sempurna, Kala segera bangkit dan duduk. Tangannya langsung melingkar di leher Evan, memeluknya erat sampai-sampai Evan menahan tubuh gadisnya agar tidak jatuh menindih karena posisinya sedang berjongkok.
"Kalau sakit kenapa nggak ngabarin? Udah makan belum? Udah minum obat? Mbak Selvy tau nggak kamu sakit?"
Gelengan kepala dari Kala membuat Evan menghela napas panjang. Ia melonggarkan pelukan. Sejenak gadis Nirmalanya menatap lekat.
"Kenapa ya, kamu itu suka banget bikin Evan jengkel. Tapi di satu sisi nggak bisa marahin kamu. Hm, kenapa?"
Kala hanya bisa menyengir kecut. Kembali ia memeluk Evan.
"Kenapa kakak cerewetnya udah sama kayak umi, sih? Kan bikin Kal kangen. Pengen balik Bogor aja rasanya."
"Oh. Berarti Evan di sini nggak berguna ya? Iya deh, Evan pulang-"
"Jangan! Kal butuh kamu. Di sini. Kangen juga sama kamu."
Seulas senyum menghiasi bibir tipis pemuda Evano itu.
"Kalau gitu, nurut apa kata Evan ya?" sambil mengusap punggung Kala. Gadis itu mengangguk mengiyakan.
"Yaudah. Sekarang Kal istirahat dulu. Evan mau ke dapur, mau bikin sesuatu yang bisa Kal makan. Habis makan-"
"Nggak mau minum obat. Pahit. Nggak suka," potong Kal merengek seperti anak kecil. Manjanya kumat kalau lagi sakit begini.
"Kal punya byebye fever kok buat nurunin panas."
"Tapi itu buat anak kecil, Azka."
Mendengar nama depannya dipanggil dengan suara tegas membuat gadis aries ini tak bisa melawan. Kal melonggarkan pelukan. Menampilkan raut yang ditekuk, pipi yang digembungkan, bibir yang mencuat merenggut kesal.
"Yaudah, iya. Kal minum obat. Tapi ada syaratnya," seru Kala tak mau kalah. Evan hanya bisa menatapnya dengan alis terangkat sebelah, menatap keheranan.
"Lagi sakit kok ngeyel?" balas Evan sarkas.
Kala mendengus kesal. "Iih! Lagi sakit nggak boleh dijahatin!"
Evan tertawa. Tangannya lantas terulur mencubit gemas pipi Kala lalu diusapnya lembut. Tatapan Evan berubah teduh. "Iya, Azka Nirmala Rukma-nya Jovin Evano Keindra. Syaratnya mau apa?"
Senyum sabit menghiasi wajah Kala yang berseri. "Nanti tidurnya boleh minta peluk?" ucap si gadis dengan mata menyayu penuh harap. Evan dibuat jatuh sejatuh-jatuhnya oleh tingkah gemas gadis Nirmala ini.
"Iya. Nanti Evan peluk sampai badan Evan remuk."
"Sambil dinyanyiin juga ya? Kal kangen dengerin suara kamu yang nggak begitu bagus."
"Ngeselin ya kamu," sambil mencubit gemas hidung Kala yang tertawa kecil dibuatnya. "Iya, suara Evan emang nggak bagus. Tapi kamu nggak bakal nemuin bentukan kayak Evan gini di luar sana."
Membuat Kal tersenyum. Lantas memeluk lengan Evan, menaruh pipinya di bahu paling ternyaman yang tidak ada gantinya.
"Iya, yang namanya Jovin Evano Keindra tuh emang pacar terbaik yang Kal punya. Kal saaaaaayang banget sama kamu. Sayangnya nggak ada dua."
END
a/n : menangis gue dipojokan😭
KAMU SEDANG MEMBACA
You and Me; GOTVELVET X DREAMITZY
Fiksi PenggemarOne shoot grup dua lusin dengan kearifan lokal