Lim Jaebeom as Janu Akbar Daniswara
Kang Seulgi as Azkia Sesa Indira
—Di waktu usia kamu remaja, kamu mungkin tidak pernah punya pemikiran akan pada siapa kamu hidup berpasangan sampai tua. Yang kamu pikirkan hanyalah bersenang-senang dan menghabiskan masa muda bersama orang terkasih yang saat itu menemani hari indahmu.
Benar, tidak?
Ketika waktu terus berputar, dan usiamu sudah menginjak kepala dua. Kamu pun mulai berpikir mengenai keseriusan suatu hubungan namun belum ada konsep dasar yang tersusun, karena sebagian besar waktu yang kamu punya hampir dihabiskan untuk memikirkan sebuah tujuan setelah titik darah penghabisan menempuh gelar sarjana.
Sampai dimana tujuan yang dicapai sudah terpenuhi semuanya dan melihat orang-orang disekitarmu sangat bahagia dengan kehidupan baru mereka. Kamu mulai berpikir, "Ah, apa yang harus aku cari lagi?"
Kamu pun tidak menemukan jawaban yang tepat, karena yang kamu butuhkan bertolak belakang dengan pendapatmu.
Kehidupan baru?
Mulai muncul sebuah ketakutan untuk melangkah ke jenjang yang lebih tinggi. Ketakutan yang tidak berdasar, yang sebenarnya kamu tidak siap untuk melakukannya.
Hal inilah yang sedang dirasakan oleh Kia di usia ke-26 tahun.
Berbicara mengenai gadis berdarah Minang ini, ia termasuk pemudi sukses di usianya yang masih terbilang muda. Jika kamu bandingkan dengan teman-teman seangkatannya, cuma Kia yang punya jabatan bagus di salah satu perusahaan terpandang dengan gaji dua digit.
Apa yang tidak bisa Kia capai di usianya saat ini? Jawabannya cuma satu, yaitu menyusun kembali konsep masa depan yang pernah terpikirkan selintas olehnya beberapa tahun silam. Jauh sebelum ia menempuh masa-masa sakral akhir tahun perkuliahan, skripsi.
Sayangnya, hingga detik ini, belum ada seseorang yang bisa menembus pertahanan yang Kia bangun dengan kokoh. Entah gadis termuda di keluarganya ini yang terlalu pemilih, atau sudah nyaman dengan posisi jabatannya saat ini atau dia terlalu malas untuk memulai suatu hubungan setelah trauma ditinggal dalam sebuah komitmen—walau konteksnya tidak begitu serius pada waktu itu.
Tidak, tidak. Kia bukan orang yang high class. Dia mau menerima siapa saja, tapi tidak untuk melampaui batas yang ditentukan. Ada tolak ukur tersendiri baginya kapan suatu hubungan sudah pantas dikatakan siap dengan segala kemungkinan yang ada. Kamu pun tahu, 'kan makna siap yang dimaksud mengarah kemana?
Iya, pernikahan.
Kia paling tidak suka jika seseorang sudah menyinggungnya dengan masalah itu. Ditambah lagi selentingan kedua orang tuanya walaupun kesan mereka tidak menuntut untuk segera ke jenjang yang lebih sakral. Hanya saja, terkadang itu menyebalkan bagi Kia dan menambah beban pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You and Me; GOTVELVET X DREAMITZY
FanfictionOne shoot grup dua lusin dengan kearifan lokal