Starring
Lee Jeno as Langit Bersahaja
Shin Ryujin as Sinar Bintang
Huang Renjun as Angkasa Cakrawala✨✨✨
"Obatnya sudah kamu bawa?"
"Udah, bun."
"Nggak ketinggalan lagi?"
"Nggak kok, bun."
"Ya sudah. Kuliah yang benar ya, nak. Kalau kenapa-kenapa telepon bunda langsung."
Wanita itu mencoba tersenyum tegar dibalik wajahnya yang masih terlihat awet muda dan cantik meskipun timbul banyak kerutan-kerutan halus yang menandakan dia sudah separuh umur. Mata yang selalu berbinar dan meneduhkan, kini terlihat menyendu menatap putri semata wayangnya semakin beranjak dewasa. Namun takdir berkata lain mengenai hidup putrinya hanya bergantung pada obat-obatan dan perawatan medis yang dijalani, mengantarkannya pada kepasrahan.
Memang benar. Bintang sudah menjalani sisa tahun, bulan dan hari yang dimilikinya nampak baik-baik saja, normal seperti remaja pada umumnya. Namun siapa sangka hal itu sangat berat dilaluinya karena tumor yang diderita sudah menyebar ke bagian otak. Sedih? Itu sudah pasti. Bintang tidak tahu berapa lama lagi Tuhan memberinya waktu untuk dapat bertahan hidup, dan karenanya Bintang tidak punya hak untuk marah pada Tuhan; mengapa jalan takdir yang dilaluinya harus seperti ini?
Bintang menyembunyikan kesedihannya dengan berpura-pura terlihat ceria, selalu tertawa lepas seolah beban penyakitnya tidak berarti apa-apa asalkan orang-orang tercinta di sekitarnya menganggap bahwa dia gadis yang normal. Dia tidak ingin siapa pun sedih karena kondisi yang sedang dialaminya. Termasuk sosok yang dia harapkan akan selalu menemani sampai hari itu tiba, di mana kehadirannya tak lagi berpijar di bumantara.
"Hati-hati di jalan. Bilang ke Langit jangan ngebut-ngebut."
"Iyaaaaaa, bunda sayang. Bunda makin lama makin bawel aja. Udah sama kayak abang Nata sebelah kalau Bintang lupa atau nggak sengaja ngilangin CD gamenya hehe." Bintang menyengir lebar membalas kekhawatiran sosok wanita berhati sutra yang sangat dicintainya.
"Pergi dulu ya, bun. Bunda jangan capek-capek kerja. Entar nggak ada yang ngurusin kalau Bintang udah nggak ada—"
"Hush! Kamu ini ngomong apa! Bintang nggak akan pergi kemana-mana. Tetap ada sama bunda."
"Iya, amin. Semoga Tuhan dengarin. Love you, bun!" Bintang mengecup pipi bunda dan menyalami tangan halus itu. Lambaian tangan Bintang menyeret langkah kecilnya menghampiri Langit yang sudah menunggu di depan rumah.
"Lama nunggu nggak, bos?" tanya Bintang menepuk pundak Langit.
Langit menoleh sekilas. Ekspresi datarnya menyambut kedatangan Bintang. Gadis itu mengandalkan cengiran polosnya. Tahu pasti pemuda Taurus itu bete menunggu.
"Cepetan naik. Ntar gua telat presentasi!" jawabnya agak ketus.
Bintang mengangguk patuh. "Siap bos!" Segera mengambil helm dari Langit kemudian berjinjit menaiki jok belakang motor cowok itu yang agak tinggi.
"Pegangan," titah Langit. "Jangan pegang besi belakang. Gua bukan mang ojol lo, btw."
"Hm 'em," jawab Bintang setengah hati menuruti perintah Langit. Ia memegang ujung-ujung jaket jeans yang cowok itu kenakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
You and Me; GOTVELVET X DREAMITZY
FanfictionOne shoot grup dua lusin dengan kearifan lokal