Mark Tuan as Galang Taruna Harja
Son Seungwan as Jingga Anneke Swari
—Punya calon seorang dokter harus siap-siap hidup sehat. Setidaknya ini yang Galang rasakan sebelum menuju pelaminan bersama gadis berdarah Jawa, Jingga Anneke Swari.
Seperti sekarang ini. Sebelum besok pagi Galang siap terbang menuju pulau Kalimantan bersama tim AKN 2, Jingga di tengah kesibukannya menjalani residen di rumah sakit swasta mengambil izin sehari dan memaksa nginap di apartemen Galang. Katanya mau menyiapkan segala perlengkapan tunangannya itu selama 20 hari dinas di Balikpapan.
Subuh-subuh sekali Jingga sudah bangun. Membuatkan bekal sarapan untuk Galang agar tidak beli lagi di bandara. Dengan telatennya gadis itu menyiapkan semua bahan hingga diolah menjadi makanan lezat yang sehat.
Selesai memasak, Jingga ke kamar untuk membangunkan Galang. Karena jadwal penerbangan jam setengah 9 pagi, mau tidak mau Galang harus berangkat dua jam sebelumnya untuk mengantisipasi kemacetan ibukota. Untungnya sih, Jingga punya calon yang tidak susah dibanguni. Sekali ditepuk saja pundaknya Galang sudah langsung bangun.
"Mandi, mas. Aku udah siapin baju yang mau dipake di sofa kecil."
Galang menggeliat di kasur. Tangannya terlentang lebar, meregangkan otot-otot lengannya yang sedikit kaku setelah semalaman tidur sambil memeluk tubuh mungil Jingga.
Sembari duduk, "Jam berapa?" tanyanya serak. Suara khas orang bangun tidur.
"Jam setengah 6," jawab Jingga sambil berlalu ke kamar mandi. Menyalakan shower dan mengatur suhu air menjadi hangat. "Udah aku idupin tuh. Gih, mandi."
Galang lantas mengangguk. Ia turun dari kasur lalu berjalan gontai ke kamar mandi. Efek masih ngantuk karena begadang menyiapkan laporan sebelum akhirnya menyusul Jingga yang sudah lebih dulu berada di alam mimpi.
Ketika berpas-pasan dengan gadisnya, Galang membungkuk untuk mencium pipi Jingga bergantian.
"Terima kasih, sayang," ucapnya selayang sebelum benar-benar menutup pintu kamar mandi.
Jingga geleng-geleng kepala. Bibir ranumnya tersenyum kecil mendapat kecupan manis di pagi buta.
—
"Aku udah siapin ya vitamin selama kamu di sana biar nggak kecapekan. Aku juga bawain minyak ikan biar otak kamu nggak capek mikir terus. Kasihan kamu entar kayak om-om yang rambut depannya udah botak tapi umur masih muda. Jangan lupa vitamin sama minyak ikannya diminum sekali sehari. Oh iya! Hape kamu udah aku setel alarm ya tiap jam 7 pagi, jam 12 siang sama jam 7 malam biar kamu selalu ingat kapan waktunya makan. Bukan cuma ingat kapan kerjain laporan aja."
Begitulah cerewetnya Jingga sembari menggulung lengan kemeja Galang dan merapikan kerahnya. Galang hanya tersenyum. Alih-alih tidak begitu mendengar celotehan calon istrinya.
"Jangan keseringan begadang. Ingat, kamu itu lumayan lama di sana. Hampir 2 mingguan lebih. Kalau kamu sakit yang bakal direpotin teman-teman kerja kamu. Kerjaan juga jadi terbengkalai kan?"
"Iya, Jingga." Masih dengan senyumannya, "Ada lagi?" tanya Galang kini menatap lekat dan memeluk pinggang gadis itu.
"Jangan lupa hubungin aku. Seluang kamu aja."
"Iya. Nanti aku hubungin kamu tiap menit," seloroh Galang sembari menaruh dagunya di pundak Jingga. Memeluknya erat.
Jingga mendengus kesal, ia menepuk pelan pundak Galang yang terkekeh geli.
Galang menarik diri. Tangannya terlepas dari pinggang Jingga. Menatapnya dengan lekat, Galang mengusap pipi gadisnya. Matanya tertuju ke bibir ranum yang baru semalam diciumnya mesra.
Ia menunduk, mendekatkan wajahnya, mengikis jarak diantara bibirnya dengan Jingga. Tinggal beberapa senti saja sebelum bibir Galang meraup milik Jingga, ponsel yang tergeletak di meja berdering nyaring. Jingga lantas mendorong tubuh Galang yang membuatnya menghela napas berat. Ia berdecak jengkel mengambil ponsel yang tak berhenti berdering. Ternyata alarm yang biasa Galang setel di hari kerja.
Alarm sialan!
"Udah beres semua kan? Bekal udah kamu bawa juga kan ya?" alih Jingga mencairkan suasana yang terasa canggung setelah isiden hampir berciuman itu. Jingga lantas mengambil tasnya dari gantungan dan menyambar kunci mobil miliknya. "Ayo, aku anter. Udah jam stengah 7 lewat. Entar kamu telat boarding."
"Iya."
Jingga pun berhenti di tempat. Balik badan menatap Galang yang tertunduk kecewa sambil menyandang tas.
Jingga menggigit bibir bawahnya, berpikir sejenak sebelum akhirnya melangkah mendekat ke Galang. Kemudian berjinjit, menarik pipi Galang dan membubuhkan sebuah ciuman manis di bibir yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya.
Karena yang selalu mencium duluan adalah Galang.
END
a/n : kayaknya sih, kayaknya. di setiap cerita bakal aku sesuaiin dengan usia ya teman-teman. karena imajinasi aku ke gotvelvet khususnya para unni dan hyung line udah gak bisa bayangin mereka jadi anak remaja apalagi anak kuliahan😂 pasti selalu aku ceritain jadi pekerja. menyesuaikan dengan usia merekalah intinya. so, jangan heran kalo oneshoot mereka kali ini ada berbau hal dewasa. disarankan bagi pembaca yg masih di bawah umur mari mundur secara teratur. jangan lupa liat liat spion kali aja nabrak sesuatu di belakang (hah, jayus banget!)
KAMU SEDANG MEMBACA
You and Me; GOTVELVET X DREAMITZY
FanfictionOne shoot grup dua lusin dengan kearifan lokal