Park Jinyoung as Adib Althaf Hasan
Son Seungwan as Talina Tsamara Zahrah—
Siapa sih yang nggak tau Adib sama Zara? Coba deh tanya sama staff-staff di divisi pelayanan kredit perumahan salah satu perusahaan swasta terbesar di Jakarta Pusat yang terletak di kawasan Grand Indonesia. Mereka pasti bakal bilang, "oh, pasangan teradem ayem itu ya?"
Titel tersebut emang nggak pernah lepas di diri Adib dan Zara. Bahkan teman-teman sedivisi mereka aja sampai berharap mereka segera menuju jenjang pernikahan.
Maunya, sih gitu. Tapi aturan kantor yang nggak memperbolehkan nikah antar karyawan bikin niat baik dua sejoli ini terpaksa harus diundur. Apalagi Adib sama Zara udah diangkat jadi kartap—karyawan tetap. Mau nggak mau salah satu diantara mereka kan harus ada yang resign dan cari pekerjaan lain?
Omong-omong, emang cocok banget kok mereka disebut pasangan adem ayem. Bertengkar aja hampir nggak pernah. Cuma mungkin sesekali mereka beda pendapat tapi nggak sampai yang cuek-cuekan, ngambek-ngambekan, apalagi drama-dramaan kayak temen dekat Zara yang namanya Selvy. Nggak di kantor, nggak di luar kantor cekcok mulu sama Janu. Konco kentelnya Adib yang sebelahan meja kerjanya sama Adib.
Mungkin kalian bertanya-tanya. Pernah nggak, Adib sama Zara marahan?
Jawabannya, pernah.
Adib sama Zara pernah marahan tapi cuma bentaran doang. Paling semenitan. Kalau udah gitu, mereka bakal mewek saling minta maaf sambil pelukan. Persis kayak anak kecil yang ngerengek minta maaf ke ibunya setelah berbuat salah. Lucu banget nggak, sih? Nggak heran kerabat dekat mereka bilang gaya pacaran dua sejoli ini kayak lihat anak remaja yang baru pertama kali pacaran, pertama kali juga takut diputusin.
Mungkin itu yang jadi kunci utama kenapa hubungan Adib sama Zara jauh dari yang namanya toxic. Mereka sama-sama tau keinginan terkuat dari hubungan yang udah hampir satu dekade dijalanin ini adalah karena ingin bersama seterusnya sampai menjadi teman hidup. Apalagi modelan kayak Adib. Kalau udah jatuh hati sama satu cewek bakal dia jagain sampai akhir. Bener-bener tipikal cowok setia.
Dan Zara merasa beruntung banget jadi cewek yang selama ini Adib jagain dengan segenap hati. Sejuta rasa dari dia nggak hilang gitu aja buat seseorang yang bentar lagi akan jadi teman hidupnya.
Duh, Zara jadi mesem-mesem sendiri kalau ingat bentar lagi dia sama Adib bakal berada dalam satu ikatan yang sah.
Hape Zara di meja tiba-tiba bergetar. Atensinya beralih ke hape. Dilihatnya notifikasi pesan masuk dari Adib. Membuat Zara berjinjit dari tempat duduk. Mengintip sekilas Adib di meja kerjanya yang berseberangan tapi lagi fokus ke layar komputer.
Bukannya balas pesan Adib. Zara langsung menghampiri meja pria itu.
"Kalau kamu mau makan duluan nggak pa-pa. Aku masih kenyang. Entaran aja makannya boleh nggak? Kerjaan aku masih banyak banget."
Adib langsung mengangkat wajah, menatap Zara dengan mata elangnya.
"Enggak bisa," ucapnya tegas. "Aku udah order makanan buat kamu. Harus dimakan."
Zara menghela napas. "Yaudah deh," ujarnya pasrah. Kemudian kembali ke meja kerjanya sambil manyunin bibir. Zara kesal Adib suka seenaknya ngambil keputusan tanpa tanya pendapat seseorang.
Tapi sekali lagi. Kesalnya seorang Zahrah nggak pernah bertahan lama. Buktinya pas Adib nganterin makanan, senyum sabit menghiasi bibirnya.
"Katanya mau makan entaran aja. Tapi dibeliin McD langsung sumringah," cibir Adib sambil letakin bungkus burger kesukaan Zara di meja. Lalu narik kursi milik Singgih yang kebetulan orangnya udah pulang.
"Gih, makan dulu. Biar kerjaan kamu yang ini aku gantiin sementara."
"Emang bisa? Kan aku lagi ngitung tabel angsuran restruktur secara manual pake excel. Bukan by system."
"Lupa ya, calon kamu ini lulusan IT terbaik di ITS?"
"Belagu banget kamu, Dib."
Adib balas dengan senyum singkat sebelum akhirnya mengalihkan atensi ke layar komputer. Melanjutkan pekerjaan Zara yang emang lagi banyak, sedang si gadis lahap banget menghabiskan makan malamnya.
"Suapin aku kentang dong, bi," pinta Adib. Mulutnya kebuka, Zara langsung menyuapkan beberapa potong kentang goreng yang udah dicocol ke saus sambal.
Andrew yang meja kerjanya tepat di belakang meja Zara, melihat seniornya lagi nyuapin langsung nyeletuk, "Gini ini, yang bikin jomblo makin iri! Enyah dah lu berdua dari hadapan gua mbak, mas. Bikin sakit mata!"
Adib melirik, kemudian mengambil sepotong kentang goreng yang dia arahin ke wajah Andrew.
"Sini, sayang. Mas suapin, mau?"
END
KAMU SEDANG MEMBACA
You and Me; GOTVELVET X DREAMITZY
Fiksi PenggemarOne shoot grup dua lusin dengan kearifan lokal