t i g a b e l a s

48 11 1
                                    

"Kenapa di koridor rame banget?" tanya Angel yang baru balik dari uks kepada teman sebangkunya.

"Ooh, itu tadi ada yang di panggil ke bk pake speaker, kan jarang-jarang banget ada yang di panggil pake speaker gitu, jadi mereka pada kepo trus ngeliatin," jawabnya.

Angel menarik kursinya, lalu duduk sambil menopang dagunya,"Emang siapa yang di panggil?"

Temannya itu tampak berpikir, berusaha mengingat,"Itu yang rajin juara taekwondo, siapa namanya, lupa gue."

Sontak Angel membulatkan matanya,"Yohan maksud lo?"

"Nah iya Yohan!"

Mendengar itu, Angel langsung berlari meninggalkan kelas. Tak peduli pandangan orang-orang yang bingung melihatnya berlari melintasi lautan manusia yang ada di koridor. Bagaimana pun juga ini bisa jadi karna masalah kemarin.

Setibanya di depan ruang bk, ada Yola yang tengah bersandar di dekat pintu. Mendengar langkah nya yang tergesa membuat Yola menoleh padanya. Perlahan Angel berjalan mendekatinya.

"Yohan di dalam?" tanya Angel dengan raut wajahnya yang cemas.

Yola menegakkan tubuhnya, lalu melipat kedua tangannya di depan dada. Entahlah, sejak dulu Yola sangat tak ingin berkomunikasi dengan Angel, jangankan berkomonikasi, untuk melirik Angel saja Yola malas. Namun saat ini sepertinya Yola harus melakukannya.

"Sebenarnya kemaren kalian ngapain?" tanya Yola dingin,"Asal lo tau, yang di panggil bukan Yohan aja, tapi Donghyun, Junho, Eunsang, bahkan Yunseong si anak pemilik sekolah pun di panggil. Gue rasa ini bukan masalah sepele, gapernah-pernahnya tuh sekolah berani giniin Yunseong."

Angel menunduk, lalu kembali mengangkat kepalanya,"Bukan urusan lo."

"Tentu urusan gue! Temen gue didalam sana, dan gue gatau alasannya, kemaren Donghyun harusnya jemput gue, dan gapernah sejarahnya dia bikin gue nunggu, tapi kemarin, dia ga tepat waktu, lo kira gue ga curiga?" Yola menatap Angel intens,"Sekarang lo bilang ke gue, sebenarnya tadi malam ada kejadian apa?"

Angel membuang nafas kasar, lalu mulai bercerita.



* * *





"Buka masker kalian."

Satu-persatu dari mereka melepas maskernya. Pak Budi selaku guru bk meringis hebat saat melihat satu persatu wajah lebam muridnya.

"Kalian pikir kalian superhero? Pake kelahi-kelahi segala, tugas kalian tuh cuman belajar, kenapa malah kelahi?"
Mereka semua diam sambil menunduk.

"Ini lagi kamu Yunseong, kalo papa kamu tau, sekolah harus bilang apa?" tanya pak Budi menatap Yunseong.

"Maaf pak," jawab Yunseong pelan.

Pak Budi memijat pangkal idungnya pelan-pelan,"Sekarang ceritain sama bapak, kenapa kalian berlima bisa terlibat perkelahian?"

Mereka semua diam.

"Kalian ga mau jawab? Atau bapak perlu bawak orangnya kesini?"

Pertanyaan itu sukses membuat kepala mereka terangkat.

"Maksud bapak?" tanya Yohan.

"Yang kalian serang kema—"

"Tunggu, yang kami serang?" Eunsang memotong ucapan pak Budi dengan wajah tak percaya,"Pak, mereka nyerang Yohan duluan, bahkan mereka udah nyerang Yohan dari dua hari lalu, sampai bikin tangan Yohan patah gini, bapak ga lihat?" tanya Eunsang kesal,"Kemarin Yohan bertahan dengan satu tangannya pak, bapak mau kami diam aja gitu? Ngebiarin Yohan di kroyok kayak gitu?!" suara Eunsang meninggi, Junho yang duduk tepat di samping nya langsung menahan tangan Eunsang yang mau mengebrak meja.

Mendegar perlawanan dari muridnya membuat pak Budi mengaga tak percaya, pasalnya Eunsang adalah si peringkat satu kini tengah melawannya.

"Bahkan si rangking satu berani melawan guru," ucap pak Budi dengan nada meremehkan.

Mendengar itu Eunsang langsung bangkit dari duduknya.

"Coba bapak kasi tau kami, dimana letak kesalahan kami?"

"Duduk!" perintah pak Budi.

"Kasi tau dulu kenapa kami salah!"

Lagi-lagi Junho menahan Eunsang. Junho menarik tangan Eunsang untuk kembali duduk.

"Lagian kami juga gatau siapa mereka, alasan kenapa mereka nyerang Yohan, kena—"

"Karna kalian gatau itulah, harusnya kalian tidak ikut campur!"

Brak!

Yohan mengebrak meja, membuat seisi ruangan menatapanya, Pak Budi bahkan memundurkan kursinya, takut-takut Yohan akan menggunakan taekwondonya untuk menyerang.

"Bapak mau kami tidak ikut campur? Dan membiarkan Angel terus-terusan di kejar sama mereka?"

"Itu bukan urusan kamu, biarkan Angel menyelesaikannya sendiri."

Mendengar itu Yohan berdecak pelan,tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar, "Guru mana yang membiarkan muridnya terluka? Lagian bapak tau dari mana kemarin kami dapat masalah?"

"Bukan urusan kamu."

"Bapak kenal mereka kan?" tanya Yohan yakin. Dan pertanyaan itu sukses membuat air muka pak Budi berubah,"Wah, saya benar ya pak?"

"Bicara apa kamu?!"

"Benar pak?" Yunseong ikut bertanya, lalu Yunseong yang awalnya tegang berubah santai, di lipatnya kedua tangannya di depan dada, bahkan menaikkan kaki kanannya dan di letakkan di atas lutut kirinya,"Kalau papa dengar ini, Yunseong ga yakin bapak masi bisa kerja disini."

Mendengar itu Donghyun yang duduk tepat di samping Yunseong menengadahkan tangannya di bawah, dan di balas tos oleh Yunseong.

"Kayaknya gaada yang perlu kami bahas lagi sama bapak, semuanya sudah jelas." Yunseong bangkit dari duduknya,"Kami permisi balik ke kelas pak," lalu Yunseong kembali menggunakan maskernya dan keluar dari ruangan bk di ikuti teman-temannya.

Di luar ruangan ada Yola dan Angel. Donghyun langsung Mendekati Yola.

"Hyun kita duluan ke kelas," Pamit Junho, Donghyun hanya mengangguk.
Sadar tinggal berdua, Yola melepas masker Donghyun. Raut wajah Yola langsung berubah saat melihat dagu Donghyun yang luka cukup besar.

"Sakit?" tanya Yola kawatir.

Donghyun menggeleng sambil tersenyum.

"Udah gue bilang jangan main sama Yohan," lirihnya pelan. Lalu air mata itu jatuh tanpa aba-aba.




Voment dong

Ketos Jahanam (KeumDongHyun) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang