⚛Mirror⚛

565 60 19
                                    

※※※

Setelah berjam-jam duduk dikursi mobil, Jungkook merenggangkan tubuhnya untuk yang kesekian kalinya. Punggungnya terasa kaku, ditambah kaki panjangnya yang meminta untuk diluruskan. Ia tidak tahu alasan Junghyun pergi ke Daegu menggunakan mobil. Padahal kalau naik pesawat akan lebih mempersingkat waktu, yaahh sekitar dua jam. Sedangkan dengan mobil, memakan waktu berjam-jam. Astaga...

Ia menoleh dan mendapati hyungnya yang masih fokus menyetir mobil dengan earphone yang menempel ditelinganya, samar-samar Jungkook juga mendengar hyungnya itu bersenandung.

"Hyung." Panggilnya.

"Hyuuung." Merasa terabaikan Jungkook mencoba untuk memanggilnya sekali lagi. Namun tetap saja, Junghyun tak menggubris.

Kehilangan kesabaran, Jungkook pun meneriaki Junghyun dengan keras. "HYUUUUNGGG!!!"

Serasa jantung hampir copot, Junghyun menatap Jungkook tajam. "YA! Tidak bisakah kau tidak berteriak?! Jarak kita bahkan tidak sampai satu meter, aish!"

'Untung saja aku masih bisa pegang kendali, kalau tidak pasti aku sudah mengalami kecelakaan. Dasar!' Batinnya.

"Salah sendiri tidak mendengarkan aku memanggil. Kau ini bagaimana sih hyung, kalau menyetir jangan pakai earphone. Kau harus fokus pada jalan. Kalau kita mengalami kecelakaan bagaimana? Aku tidak mau mati muda hyung, aku bahkan belum menuntaskan pendidikanku." Junghyun memutar matanya jengah mendengar ocehan Jungkook, memang siapa yang hampir membuat mereka kecelakaan. Tapi memang Junghyun sendiri malas meladeni Jungkook karena ia tahu kalau ujungnya ia pasti kalah.

"Berhentilah mengoceh, kita hampir sampai ini." Ucapan Junghyun membuat Jungkook terkejut.

"Benarkah?"

Benar kata Junghyun, mobil mereka kini melewati gapura dengan bertuliskan 'Desa Gamyeon'. Gapura itu terlihat sangat tua dan rapuh, banyak tumbuhan merambat yang menutupi tiang gapura.

"AKHH!!" Tiba- tiba dada Jungkook terasa sakit sekali. Junghyun sontak menoleh.

"Kau kenapa? Kau sakit?"

"Akh! Da-dadaku sakit hyung." Ucapanya sembari memegangi dadanya yang sesak.

"Apa? Kita harus kerumah sakit sekarang. Aku akan berbalik."

"Ti-tidak usah hyung. Sudah tidak terlalu sakit. Aku tidak apa."

"Kau yakin? Apa sudah tidak sakit lagi?" Tanya Junghyun khawatir dan dibalas dengan anggukan Jungkook.

Jungkook heran, kenapa tiba-tiba dadanya sesak seperti itu. Ia mengalihkan pandangannya keluar jendela, suasana seperti desa pada umumnya. Sawah dan perkebunan yang menjadi ciri khasnya.

Mobil mereka berhenti disebuah rumah tingkat dua yang disewa oleh Junghyun. Rumah itu terlihat tua tapi masih bagus terawat. Meski halamannya begitu banyak tanaman rambat. Jungkook merasakan ada sesuatu yang aneh, memang benar desa ini terlihat seperti desa pada umumnya. Hanya saja penduduk disini wajahnya terlihat sedikit pucat.

"Ya! Apa yang kau lakukan? Kopermu tidak akan bisa berpindah sendiri!" Jungkook kaget dengan omongan Junghyun. Ia pun memutuskan untuk membawa kopernya masuk kedalam rumah.

Mirror VillageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang