※※※
Esok harinya, Seokjin baru saja keluar dari bandara Internasional Incheon dan sedang berada didalam taksi bersama Hana menuju Daegu. Seokjin belum berkata apapun tentang Yoongi, dan asal kau tahu jantungnya berdetak semakin cepat seiring mobil taksi mereka mendekati tanah kelahirannya.Beragam hal tengah berkecamuk dipikirannya, apa yang sedang terjadi disana? Bagaimana keadaan Jeon bersaudara itu? Apakah Hana akan sanggup mendengar semuanya? Dan yang terpenting, akankah Seokjin bisa tetap hidup setelah melalui hal ini?
Desahan panjang kembali terlontar dari bibirnya. Bagaimanapun keadaannya, apapun resikonya Seokjin harus menerimanya. Karena semua masalah ini bersumber darinya.
"Oppa apa Yoongi perlu kita bawakan hadiah?" Tanya Hana mematahkan lamunan Seokjin.
"Untuk apa? Hari ini bukan ulang tahunnya." Jawab Seokjin sedikit ketus.
"Aish bukan begitu. Kita ini sudah lama tidak bertemu dengannya, setidaknya kita memberinya hadiah agar dia senang. Dan kita juga bisa memberi kakek selimut baru, bagaimana?"
"Lupakan semua itu. Kita tidak perlu memberi hadiah apapun, barang itu tidak akan berguna nanti." Jawab Seokjin mulai jengah.
"Tidak berguna bagaimana? Jelas-jelas mereka pasti akan menerima hadiah dariku dengan senang hati dan mereka tidak akan membuangnya." Seokjin menutup mata kuat-kuat, tidak bisakah Hana mengerti jika hal itu sia-sia? Tidak, Hana tidak bisa mengerti karena Seokjin tidak memberitahu kebenarannya. Ia menghembuskan nafas kasar, kepalanya sangat pusing sekarang.
"Tuan." Panggilan sang supir taksi membuat Seokjin membuka mata, "Kita sudah memasuki Kota Daegu, dimana alamat anda tuan?"
"Desa Gamyeon di distrik Dalseo." Jawab Seokjin singkat lalu kembali menutup matanya. Sang supir taksi terdiam sejenak memastikan tempat yang barusan Seokjin ucapkan, ia ragu akan jawaban Seokjin tapi yasudahlah.
Dengan sedikit arahan jalan dari Hana, mereka pun sampai di depan gapura Gamyeon. Hana membangunkan Seokjin yang tadi sempat ketiduran lalu membayar ongkos taksi itu. Belum selesai Seokjin membayar, Hana sudah melesat memasuki desa terpencil itu.
"Hana-ya! Tunggu!!" Bahkan teriakan Seokjin tak dihiraukan olehnya. Hana ingin cepat-cepat bertemu dengan Yoongi, adik ipar kesayangannya itu. Sampai didepan pintu rumah, Hana langsung mengetuk pintu.
Tok tok tok
Tak lama seseorang muncul membuka pintu, "Hyung kukira kau--"
Grep
"Hehe, kau pasti terkejut kan?" Tanya Hana tanpa mengetahui siapa yang saat ini tengah ia peluk. Taehyung, memiringkan kepalanya untuk melihat dengan jelas siapa wanita yang kini telah memeluknya.
"Aku memang sengaja memberimu kejutan." Ucap Hana lagi, tapi ia merasa aneh. Kenapa Yoongi jadi lebih tinggi? Sejak kapan namja pendek itu tumbuh? Pikirnya.
"Maaf?" Suara berat yang terlontar dari orang yang ia peluk membuat Hana spontan melepaskan pelukannya. Dan matanya sukses membola lalu tubuhnya reflek membungkuk untuk meminta maaf pada Taehyung.
"Ya Tuhan! Astaga maaf, maaf. Maaf atas perbuatan saya barusan." Dan Taehyung berusaha keras untuk menahan tawanya.
"Ahh haha, iya tidak masalah. Ada yang bisa saya bantu?" Jawab Taehyung sopan.
Hana sedikit gelagapan untuk menjawab, "Ah itu anu saya, saya sedang--"
"Hana-ya!!" Ucapan Hana terhenti ketika Seokjin berteriak. "Bisa-bisanya kau meninggalkanku dan koper-koper berat ini." Ucap Seokjin memasuki halaman rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mirror Village
Fanfiction𝐌𝐢𝐫𝐫𝐨𝐫 𝐕𝐢𝐥𝐥𝐚𝐠𝐞 "Gamyeon-𝘳𝘪? Aku tak pernah dengar nama desa itu. Kau yakin ada desa seperti itu 𝘩𝘺𝘶𝘯𝘨?" -JJK- "Aku juga tidak tahu bagaimana aku bisa dipenjara disini." -KTH- "Kumohon, selamatkan desaku..." -PJM- ● Main cast : vm...