※※※
Drrtt dddrrrtt
Jungkook mengambil ponselnya dari saku seragam dan mengangkat telefon itu.
"Ne, yeoboseyo?"
'Apa benar anda Jeon Jungkook? Adik dari direktur Jeon?'
Jungkook mengernyit, "Ne. Saya Jeon Jungkook. Anda siapa?"
'Saya Hwang Minhyun, sekretaris direktur Jeon. Anda tahu dimana direktur sekarang?'
"Bukankah Junghyun hyung sudah berangkat ke kantor dari tadi pagi?"
'Maaf saya tidak mengerti maksud anda Jungkook-ssi. Dari kemarin direktur tidak datang ke kantor, saya tidak bisa menghubungi direktur Jeon, sedangkan banyak sekali berkas-berkas yang harus ditandatanganinya. Saya sudah menghubungi sajangnim, tapi beliau menyuruh saya untuk menghubungi anda. Jadi tolong sampaikan hal ini pada direktur. Saya masih banyak urusan, terima kasih.'
Piiiiip
"Ya! Hwang Minhyun-ssi! Yeoboseyo?! Yak! Aish! Dasar tidak sopan!" Minhyun memutus sambunganya sebelum Jungkook mengatakan apapun. Dan hal itu membuat Jungkook kesal.
Jungkook mencari nama seseorang pada kontak ponselnya. Nama 'hyung cerewet' tertera disana, ia menelfon Junghyun tapi ponselnya tidak aktif hingga membuat Jungkook semakin kesal.
"Ada apa?" Tanya Jimin yang bingung karena kekesalan Jungkook.
"Telefon dari siapa?" Sambung Taehyung.
"Dari sekretaris Jung hyung. Dia bilang hyung tidak datang ke kantor dari kemarin, padahal ada banyak berkas yang harus ditandatangani. Aku mencoba menghubunginya, tapi tidak diangkat. Dari kemarin Junghyun hyung selalu keluar pagi buta dan pulang larut malam. Kemana dia pergi selama itu kalau ia tidak pergi ke kantor?!" Ucap Jungkook sedikit frustasi.
"Apa mungkin hyungmu pergi ke tempat lain?" Tanya Jimin. Jungkook mendesah pelan, "Tidak mungkin hyung seperti itu. Dia tidak suka menunda pekerjaan, apalagi sampai menumpuk begini."
"Apa ini ada hubungannya dengan keanehan eommamu dan Jihye Jim?" Tanya Taehyung pada Jimin.
Jimin bergumam, "Hmmm, mungkin saja. Aku merasa kalau eomma, Jihye, Junghyun, dan mungkin semua warga desa terpengaruh mantra sihir atau semacamnya yang bisa membuat sikap mereka berubah."
"Lalu apa yang harus kita lakukan?" Tanya Jungkook panik. Kenapa selalu datang masalah dalam hidupnya akhir-akhir ini, masalahnya cukup tidak masuk akal pula. Ditambah hyungnya yang sepertinya ikut terlibat.
Jimin terdiam, ia menatap Taehyung yang sama sedang menatapnya. Lalu Taehyung mengangguk, dan Jimin menghela nafas.
Jungkook tidak mengerti apa yang dua manusia ini lakukan dihadapannya, apa mereka sedang bertelepati? "Kalian ini kenapa? Kenapa kalian-"
"Pertama, biar kubuka mata batinmu dulu." Sela Jimin. Mendengar itu, mata Jungkook membelalak.
"M-mwo?! Me-membuka mata batinku? Tap-tapi kenapa? Tidak bisakah kita mencari mereka secara manual? Atau berkelahi dengan jantan misalnya?"
Jimin terkejut mendengar penolakan Jungkook, sedangkan Taehyung tertawa geli. "Memangnya kenapa kalau aku membuka mata batinmu? Apa kau...takut?"
"Lagipula kenapa kita mencari? Dan untuk apa juga kita berkelahi? Aigoo..." Sahut Taehyung yang masih tertawa geli.
"Bu-bukan begitu!! Aku tidak takut! Hanya...hanya saja...eum..ini mendadak sekali! Beri aku waktu untuk berfikir!" Protes Jungkook yang bertolak belakang dengan hatinya. Ya. Sebenarnya Jungkook tidak mau dibuka mata batinnya karena ia terlalu takut untuk melihat makhluk bernama 'hantu'. Mungkin ia sedikit berani melihatnya dari film, tapi kalau nyata, Jungkook masih harus berfikir untuk itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mirror Village
Fanfiction𝐌𝐢𝐫𝐫𝐨𝐫 𝐕𝐢𝐥𝐥𝐚𝐠𝐞 "Gamyeon-𝘳𝘪? Aku tak pernah dengar nama desa itu. Kau yakin ada desa seperti itu 𝘩𝘺𝘶𝘯𝘨?" -JJK- "Aku juga tidak tahu bagaimana aku bisa dipenjara disini." -KTH- "Kumohon, selamatkan desaku..." -PJM- ● Main cast : vm...