※※※Angin malam berhembus merasuk sampai kedalam tulang rusuk. Suasana malam yang begitu sunyi dan terkesan suram, tetap tidak menggoyahkan tekad ketiga namja itu yang kini sedang berdiri disana.
Salah satu dari mereka mendekat pada namja yang berdiri paling depan, "Kau yakin akan hal ini, kook?"
Namja yang terlahir dengan nama Jeon Jungkook itupun menoleh lalu mengangguk, "Aku sangat sangat yakin hyung, aku sudah siap untuk bertemu dengannya." Jawabnya dengan seulas senyum tipis.
"Baiklah, kalau begitu ayo masuk!" Sahut namja lainnya yang tidak lain adalah Jimin. Taehyung dan Jungkook mengangguk lalu berjalan mengekorinya.
Tangan mungil Jimin mendorong dengan keras pintu kayu tua dihadapannya. Dan pintu itu memang tidak terkunci, entah siapa yang mengunci pintu itu tempo hari. Mereka bertiga kembali ke gudang tua dengan membawa bekal segenggam keberanian. Melawan rasa takut yang -mungkin- akan muncul tiba-tiba.
Gelap dan berdebu, berbagai perabotan tua berserakan dimana-mana. Pandangan ketiganya langsung tertuju pada cermin besar dipojok ruangan. Cermin itu terlihat sangat tua dengan sederet ukiran diatasnya. Dan tanpa jeda, kaki ketiga namja itu mendekati cermin itu.
"Jadi ini cerminnya?" Gumam Jimin.
"Sekarang apa yang harus kita lakukan?" Tanya Taehyung. Ia dan Jimin mengarahkan pandangan kearah Jungkook. Namja itu diam dengan pandangan terfokus kearah cermin. Sorot matanya berubah tajam seiring bertambahnya detik waktu. Dan tanpa diduga-duga, sebuah cahaya biru keluar dari cermin, cahaya itu begitu terang sampai-sampai Taehyung dan Jimin harus menggunakan lengannya untuk menutupi mata.
Setelah beberapa saat, cahaya itu meredup. Cermin kembali menampakkan bayangan tubuh mereka bertiga. Jungkook berjalan maju menepis jarak, dan Taehyung serta Jimin terkejut karena rambut Jungkook berubah menjadi warna biru. Warna gradasi biru langit dan biru tua sangat pas untuk paras tampannya. Taehyung melirik Jimin heran, sejak kapan rambutnya berubah warna?
Ah, lupakan soal rambut.
Kedua namja itu kembali terkejut disaat tangan kanan Jungkook memasuki cermin, seperti portal. "Woah!! Daebak! Bagaimana kau bisa mengetahuinya Kook?" Ujar Taehyung takjub. Jungkook membalas dengan seulas senyum tipis.
Jimin mendekat dan bertanya, "Apa ini portal? Menuju kemana portal ini?"
"Kita tidak akan tahu kalau kita tidak memasukinya hyung."
Taehyung kaget, "Eh?! Kau berniat untuk memasukinya?!"
"Ya tentu saja." Jawaban yang sangat enteng meluncur begitu saja dari mulut Jungkook. Apakah ia tidak memikirkan resikonya? Hey, mereka bertiga tidak tahu dunia dibalik cermin itu seperti apa. Dan jika Jungkook masuk ke portal itu, tidak ada yang tahu juga bagaimana cara ia keluar. Dan apakah ia bisa keluar? Kalau tidak bisa bagaimana?
Taehyung memukul tengkuk Jungkook pelan, "Yak! Kalau kau tidak bisa keluar dari sana bagaimana?!"
"Aku pasti akan baik-baik saja hyung. Lagipula Min Yoongi tidak ada didalam sana. Aku pasti--"
"Min Yoongi tidak ada disana?! Lalu dimana dia? Dan lagi, bagaimana kau bisa tahu?!!" Sahut Jimin.
Jungkook menatap kedua hyungnya jengah, haruskah ia memberitahu semua hal yang ia tahu? Ia berdecak, "Aku tahu dari Eunha, sore tadi dia menemuiku. Dia bilang Min Yoongi tidak ada didalam sana. Aku hanya akan memastikan kondisi Junghyun hyung dan yang lain."
"Bagaimana Eunha bisa ta--"
"Jimin, cukup. Eunha pasti tahu dari kakeknya. Ish" Sela Taehyung kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mirror Village
Fanfiction𝐌𝐢𝐫𝐫𝐨𝐫 𝐕𝐢𝐥𝐥𝐚𝐠𝐞 "Gamyeon-𝘳𝘪? Aku tak pernah dengar nama desa itu. Kau yakin ada desa seperti itu 𝘩𝘺𝘶𝘯𝘨?" -JJK- "Aku juga tidak tahu bagaimana aku bisa dipenjara disini." -KTH- "Kumohon, selamatkan desaku..." -PJM- ● Main cast : vm...