⚛Dream⚛

247 35 12
                                    

※※※


"Jadi...bagaimana kondisinya hyung? Apa itu parah?" Tanya Taehyung pada Namjoon yang sedang memeriksa lengan kanan Jimin.

Namjoon bergumam sebentar lalu mengeluarkan beberapa alat medis sederhana dari dalam tasnya. Namjoon memang mahasiswa jurusan kedokteran, dan dia sudah mencapai semester akhir.

Taehyung tahu kalau Namjoon seorang mahasiswa kedokteran, oleh karena itu ia langsung menghubungi Namjoon. Untuk memeriksa lengan Jimin, ia tidak membawa Jimin ke rumah sakit karena letak rumah sakit berkilo-kilo meter jauhnya. Lagipula ia tidak punya alat transportasi kesana.

Meski Namjoon hanya mahasiswa yang belum mendapat gelar dokter secara resmi, Taehyung tentu berharap banyak padanya. Namjoon punya kecerdasan otak diatas rata-rata, karena itulah dia terkadang terlihat bodoh di mata Taehyung.

"Sepertinya ini hanya lebam biasa. Tulangmu kelihatannya baik-baik saja." Ujar Namjoon setelah mengamati lengan kanan Jimin yang membiru.

Taehyung terkejut, "Kelihatannya??!! Apa-apaan itu hyung? Bagaimana kau tahu hanya dengan melihatnya seperti itu?"

Namjoon menatap Taehyung frustasi, "Hei Kim Taehyung. Memangnya kau tahu apa? Aku ini mahasiswa kedokteran semester akhir. Dan tentu saja aku tahu meski tanpa menggunakan mesin x-ray." Balasnya sedikit sombong.

"Jimin, apa kau mengalami mati rasa di lengan kananmu? Apa kau sulit menggerakkannya?" Sambungnya beralih pada Jimin.

Jimin membuka dan menutup tangan kanannya lalu menggeleng, "Aku tidak merasakan mati rasa di lengan. Aku juga bisa menggerakkan tanganku meski sedikit nyeri."

Namjoon mengangguk lalu mulai mengobati lengan Jimin dengan telaten, "Itu artinya lenganmu hanya lebam dan bengkak karena sudah membentur benda keras seperti tembok. Kau tidak perlu khawatir, sebaiknya jangan gunakan lenganmu untuk mengangkat benda-benda berat. Aku cukup ahli dalam hal ini, kau bisa percaya padaku." Ucap Namjoon dengan senyumnya. Sejenak ia melirik Taehyung yang sedang merengut. Namja itu bungkam setelah Namjoon menggertaknya tadi.

"Baiklah, sekarang apa kalian ingin kupesankan makanan?" Tawarnya.

Jimin mengibaskan tangan kirinya menolak halus, "Tidak, tidak perlu hyung. Kami sudah makan tadi."

Hei Namjoon tidak bodoh, ia tahu Jimin berbohong. Pastilah mereka belum makan, mereka baru pulang sekolah bahkan mengganti baju pun belum mereka berdua lakukan.

"Kau kira aku tidak tahu kau berbohong? Lihatlah, kalian masih memakai seragam sekolah yang bau dan bagaimana kau bisa menjelaskan suara gemuruh dari perut Taehyung itu?" Seketika Taehyung membulatkan matanya.

"Gantilah pakaian kalian dulu. Akan kupesankan makanan." Namjoon mengambil ponselnya dari saku hoodie, ia masih mendapat tatapan benci dari Taehyung, "Aku yang bayar."

"Ne? Baiklah!! Aku ganti baju dulu." Namja pemberi tatapan benci itu kembali bersemangat lalu melesat menuju kamarnya, mendengar bahwa Namjoon akan mentraktirnya.

Jimin pun ikut menyusul Taehyung setelah menerima pemaksaan dari Namjoon. Sebaiknya ia tidak pulang malam ini, ia akan menginap di rumah si Kim.

Kini hanya Namjoon seorang yang masih berada di ruang tengah. Apa kau tidak bertanya-tanya kemana Jungkook pergi? Namja itu memilih untuk mengunjungi rumahnya sejenak sambil mengecek seluruh perabotnya, memastikan kalau memang tidak ada pencuri yang masuk.

Setelah mengabsen semua perabotan rumah yang memang tidak berpindah seinci pun dari tempatnya, Jungkook beranjak kembali menuju rumah Taehyung dengan membawa buku petunjuk serta sekotak susu pisang pengganjal perut.

Mirror VillageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang