※※※
Jimin terengah-engah memarkirkan sepeda milik eommanya didepan rumah. Buru-buru ia masuk agar tidak kena marah lagi."Eomma, maaf aku sedikit terlambat." Ucapnya pada Park Nayoung, eommanya. Nayoung sedang membungkus beberapa kue kedalam kemasan dengan bantuan Jihye.
"Cih! Selalu saja terlambat." Sahut Jihye sarkatis. Gadis cilik itu lalu melenggang pergi ke kamarnya dengan membawa Chimmy, boneka anjing kesukaannya.
Jimin menghela nafas melihat perlakuan adik perempuannya itu. Meski Jihye tidak pernah bersikap baik padanya, tetap saja Jihye adalah adik kesayangan Jimin satu-satunya.
Dulu, ketika Jimin pulang sekolah. Jihye selalu menyambut Jimin dengan memeluk oppa bantetnya itu lalu bersama-sama mengantarkan pesanan kue. Setiap malam Jimin akan bersedia menahan kantuknya untuk membacakan cerita pengantar tidur untuk Jihye sampai gadis kecil itu benar-benar tertidur.
Tapi sekarang, ucapan-ucapan lembut pun tidak pernah keluar dari mulut kecil Jihye. Tak tahu dengan jelas apa alasan Jihye berubah, tapi Jimin yakin alasannya sama dengan perubahan sikap Junghyun. Dan seperti kata Taehyung, hanya Jungkook lah harapannya.
Ctak!!
"Akh! Eomma?" Jimin mengelus tengkuknya yang menjadi sasaran sendok sayur milik Nayoung.
"Berhenti melamun dan antar semua kue-kue itu!" Perintah Nayoung sinis. Jimin mengangguk, ia langsung naik keatas untuk mengganti pakaian lalu bergegas mengantarkan pesanan para tetangga.
Dengan cepat Jimin mengantarkan semua pesanan kue itu. Setelah semua pesanan ia antar, Jimin langsung menuju rumah Jungkook. Sesuai janji, mereka bertiga akan berkumpul di rumah Jungkook untuk mendiskusikan masalah ini.
Lima belas menit...
Setengah jam...
Bahkan sudah satu jam Jimin berdiri di teras rumah Jungkook seperti pengemis. Namun kedua makhluk itu bahkan belum menunjukkan batang hidungnya. Langit pun sudah mulai sore.
"Aish! Dimana mereka? Kenapa belum sampai juga? Sudah hampir gelap juga." Monolognya sembari mondar-mandir menjadi tontonan seekor kucing coklat yang menemani Jimin sedari tadi.
Meong meong! Sahut kucing itu seakan bertanya pada Jimin apa masalahnya.
"Mochi-ya. Apa aku perlu mencari mereka?" Tanya Jimin pada kucing itu yang entah sejak kapan memiliki nama Mochi.
Mochi mengelus roda sepeda Jimin. Mungkin menyuruhnya untuk mencari orang yang Jimin tunggu.
"Jadi aku harus mencari mereka? Hmm, baiklah. Kau boleh ikut Mochi. Kajja!"
※※※
Ditempat lain...
Kedua insan itu masih saja berjalan dengan keringat yang sudah membasahi seragam sekolah mereka. Tak ada yang membuka percakapan sejak obrolan terakhir, gapura Desa Gamyeon semakin terlihat dari kejauhan.
Jungkook yang berjalan semakin melambat menyeka keringat di pelipisnya. Entah sudah berapa liter keringat yang ia keluarkan siang ini. Oh! Bukan lagi siang, sang penguasa siang sudah hendak turun dari tahtanya. Dan ia belum juga sampai di rumah.
Dalam hati ia kembali menggerutu. Bagaimana bisa Taehyung berjalan kaki seperti ini setiap hari? Bukan main-main, jarak dari Gamyeon ke sekolah teramat jauh baginya. Kalau Jungkook jadi Taehyung lebih baik tidak usah sekolah daripada harus mematahkan kaki karena terlalu jauh berjalan. Benar kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mirror Village
Fanfiction𝐌𝐢𝐫𝐫𝐨𝐫 𝐕𝐢𝐥𝐥𝐚𝐠𝐞 "Gamyeon-𝘳𝘪? Aku tak pernah dengar nama desa itu. Kau yakin ada desa seperti itu 𝘩𝘺𝘶𝘯𝘨?" -JJK- "Aku juga tidak tahu bagaimana aku bisa dipenjara disini." -KTH- "Kumohon, selamatkan desaku..." -PJM- ● Main cast : vm...