Epilog

624 61 4
                                    

Wanita berjalan menelusuri barisan bunga matahari. Senyumnya secerah matahari dan menular pagi siapa saja yang melihatnya. Dress berwarna pastelnya hanya sebatas lutut tertiup oleh angin sejuk.

"Morning, Madame Serena." Sapa wanita itu sambil membantu wanita 30-an yang sedang memasukkan buah-buahan ke keranjang.

"Morning. As always, Thank you very much. Have a nice day! Here apples for a beautiful lady like you." Sapa Madame Serena tersenyum dan tangannya memberikan sekeranjang apel merah.

"Aw... Thank you, Madame. You're beautiful too and have a nice day. See ya later~" Katanya mengambil keranjang tersebut dan pamit pergi.

Ia baru saja memasuki rumahnya tak lupa dengan senyumannya.

"I'm home." Teriaknya dan langsung mengundang perhatian seisi rumah tersebut.

"Wah, Lo malah jalan-jalan bukannya bantuin." Sinis salah satu cowok yang sedang membantu menata meja makan.

Wanita itu hanya tertawa menanggapinya.

"Eomma, Ini apel dari Madame Serena." Kata wanita itu meletakkan keranjang apel tersebut di dapur lalu mencium pipi wanita paruh baya tersebut.

Rumahnya lebih sederhana dari rumahnya yang dulu tetapi lebih nyaman karena seluruh keluarganya hidup bahagia disini.

"Sayang, Pasti kamu lelah ya. Istirahat aja dulu biar aku yang kerjain." Kata seorang wanita menghampiri lelaki itu dan dihadiahi oleh ciuman.

Sedangkan wanita yang lain hanya memandang keduanya dengan tatapan malasnya.

"Heol, Bisa gak kalian lanjut di kamar aja?" Sinis wanita itu merasa geli melihat pasangan itu.

"Lihatlah, Kamu itu iri aja. Makanya cepat selesaikan kisah cintamu itu dan segeralah menikah. Setidaknya kau tahu rasanya, Rosie."

Wanita itu hanya mendengus dan pergi ke kamarnya. Sesampainya di kamar, Ia merebahkan tubuhnya. Benar juga kata Alice, Ia harus segera kembali. Ia juga merindukan lelaki itu. 2 tahun lamanya, Ia tak melihat lelaki itu. Mungkin lelaki itu sudah semakin tampan memimpin perusahaan milik ayahnya itu.

Ia memandangi foto yang terpampang jelas di meja samping kasurnya.

"Jungkook-ah, I miss u." Kata Rose ditujukan pada lelaki yang tersenyum difoto tersebut.

Foto yang diambil saat kelulusan Jungkook itu.

Rose tersadar dari lamunannya tersebut saat seseorang mengetuk pintunya. Ia terbangun dan duduk ketika Jason masuk ke kamarnya.

"Rose." Panggil laki-laki yang sudah duduk dihadapannya.

Rose membalas tatapan lelaki yang sudah menyandang sebagai suami kakaknya itu. Siapa sangka bahwa sahabatnya itu akhirnya menjadi kakak iparnya. Awalnya ia terkejut ketika Jason datang sambil menggandeng Alice dan berkata ingin menikahi kakaknya. Bahkan ia baru tahu bahwa kakaknya dan sahabatnya ternyata memiliki hubungan. Mungkin juga karena efek operasinya itu.

Kejadian itu sudah 6 bulan yang lalu dan mereka dinyatakan sebagai sepasang suami-istri setelah 2 bulan kemudian.

Keduanya tak ada yang bersuara hingga akhirnya tangan Jason memberikan sesuatu. Rose menerimanya dan ternyata itu adalah tiket pesawat menuju Seoul.

"Temuilah dia. Udah saatnya, Rosie."

Rose tersenyum. Jason telah banyak membantunya selama ini bahkan ia juga yang menjadi dokter pribadi untuknya. Rose langsung memeluk sahabatnya itu.

"Thanks, Jason. For everything. Lo selama ini udah bantu gue. Gue janji bakalan bales semua kebaikan lo." Kata Rose saat memeluk Jason.

Jason tersenyum.

Limited TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang