#21 Wishes

264 40 0
                                        

Tak terasa sudah seminggu semenjak kejadian di ruang tamu waktu itu dan mereka hanya bertukar pesan saja. Rose memaklumi karena Jungkook sekarang tengah sibuk mengambil alih perusahaan milik ayahnya itu. Ia masih berkutat dengan kuasnya. Wajahnya antusias dan senyumannya tak pernah pudar. Ia sangat menyukai melukis dan tempat favoritenya adalah di kamar atas menghadap jendela keluar.

Terdengar suara pintu terbuka dan itu sukses menarik perhatian Rose. Ia lalu berlari untuk melihat siapa yang datang. Ia berhadap Jungkook lah yang datang tapi sayang harapannya tak terwujud.

Rose menatap kaget ke arah orang yang datang tersebut. Ah, Mungkin karena ia sudah lama tak melihat wajah laki-laki itu dan lebih sering menghabiskan waktu bersama dengan Jungkook.

"Jason! Hi. Udah lama gak keliatan. Lo kemana aja?" Sapa Rose antusias berbeda dengan ekspresi Jason yang sulit diartikan.

Ekspresi itu membuat Rose gelisah. Pasti berita yang akan disampaikan Jason. Ia melirik map putih ditangan kanan Jason. Jujur, Ia merasa gelisah saat ini.

"Bisa kita bicara sambil duduk? Gue juga udah manggil Jennie ke sini." Ucap Jason yang langsung diangguki oleh Rose.

###

Keduanya masih diam satu sama lain semenjak ia menghidangkan teh hangat untuk Jason. Bagaimana pun ia adalah tamu disini.

"Rose."

Panggilan itu membuat Rose semakin gelisah.

"Hmm... Hasilnya udah keluar." Ucap Jason sambil menyerahkan map putih ke hadapan Rose.

Mata Rose menangkap kop surat dari sebuah rumah sakit. Dengan penuh keyakinan, Rose meraih map tersebut lalu membuka perlahan.

Membaca perlahan. Bersamaan dengan itu air matanya menetes.

"Jason. Chaeyoung-ah." Kata Jennie yang baru saja tiba. Ia menatap kaget ke arah Rose yang telah membaca isi map tersebut.

Jennie tahu alasan mengapa ia diminta datang oleh Jason. Itu juga salah satu harapan Rose dan kedatangannya ke sini juga karena ia juga ingin tahu apa hasilnya. Dan ia akhirnya mengetahui hasilnya tanpa harus membaca isi map itu.

"Chaeyoung-ah."

Jennie beralih duduk di samping Rose yang masih menatap kertas tersebut.

Jujur, Ia tak sanggup melihat Rose seperti ini. Hatinya hancur. Jennie berusaha keras untuk menahan air matanya untuk keluar. Bagaimana pun juga ia akan menangis tapi bukan dihadapan Rose. Ia harus kuat demi Rose.

"Ah, Jadi begini akhirnya." Ucap Rose terdengar pasrah. Ia mencoba tersenyum tapi tidak dengan Jason maupun Jennie. Ia tahu betul bahwa saat ini Rose terluka.

"Chaeng. Kita bisa nemuin jalan keluar lain. Pasti ada. Tapi satu, Kita harus bicarakan ini sama keluarga lo." Kata Jason menyakini sahabatnya itu.

Rose menatap kertas itu. Air matanya tak henti-hentinya jatuh. Setelah perkataan Jason tersebut, Hanya keheningan saja yang ada.

"Eonnie, Jason, Aku mau ke kamar dulu."

Perkataan Rose tersebut sukses membuat keduanya kaget.

"Rosie cuma butuh istirahat. Boleh kan biarkan Rosie istirahat?"

Tanpa mendengar jawaban keduanya, Rose bergegas masuk ke kamarnya sambil memegang kertas tersebut. Ia mengunci kamarnya tersebut dan lampu kamarnya dibiarkan mati. Ia meringkuk diatas kasur dan menangis dalam kegelapan.

Sejak Rose masuk ke dalam kamarnya, Keduanya tak ada satu pun yang buka suara. Keduanya larut dalam pikiran masing-masing. Mereka membiarkan Rose sendiri karena mereka yakin bahwa Rose butuh ruang.

Jennie terisak perlahan. Ia sudah tak kuat lagi. Ia mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada tunangannya itu. Ia butuh Taehyung saat ini.

"Jennie, Gue harus pergi sekarang. Gue bakal usahain buat cari jalan keluar. Karena bagaimana pun Rose adalah motivasi gue buat masuk kedokteran. Jaga Rose. Gue bakal balik lagi besok." Pamit Jason.

Rose merupakan motivasi bagi Jason. Dulu ia tak ada niatan untuk serius dalam jurusannya itu. Ia terpaksa masuk ke situ atas permintaan ayahnya. Ia sering membolos hingga akhirnya ia bertemu Rose, wanita yang ia temui di taman kampus sedang menggambar keramaian disana. Dan sejak itulah, Ia berteman dengan Rose. Bahkan ia adalah orang pertama yang tahu soal penyakit yang diderita wanita itu.

Hingga pernah, Jason menyalahkan Tuhan. Bagaimana bisa Tuhan memberikan penyakit berat kepada wanita lembut bagaikan malaikat seperti Rose? Sangat tidak adil. Tapi disaat itu juga Rose meyakini Jason bahwa Tuhan telah mengatur segalanya. Kita hanya perlu mempercayai dan menjalankannya dengan ikhlas.

Pemikiran positif itu juga yang membuat Jason kagum. Wanita itu sangatlah luar biasa dan juga kuat. Ketika orang lain yang sehat dengan mudahnya berakhiri hidup mereka hanya karena dunia, sedangkan wanita itu terus berpikir positif dan berjuang bertahan di dunia yang kejam ini. Bahkan, Mungkin wanita itu tak setuju jika dunia ini kejam.

Disaat itulah Jason bertekad untuk ikut berjuang bersama Rose dan menjadi dokter untuknya. Bagaimana pun juga ia akan membuat wanita yang ia cintai itu tak kehilangan harapan. Ya... Jason mencintai Rose dalam diam. Ia memilih diam agar persahabatan mereka tidak hancur hanya karena perasaan Jason. Mungkin ia akan mengutarakannya ketika Rose benar-benar sembuh.

###

Taehyung telah mengetahui semuanya. Pada saat ia mendengar cerita Jennie, Jujur ia merasa kecewa. Bagaimana bisa Rose menutupi semua dan memendamnya sendiri. Dan jika saja waktu itu Jennie tak datang ke rumahnya, Mungkin wanita itu tak akan cerita soal kondisinya.

Ia mengelus rambut tunangannya itu. Matanya sembab akibat menangis hingga akhirnya ia terlelap karena kelelahan menangis. Ia duduk di karpet sedangkan Jennie tertidur di sofa.

Taehyung merapatkan selimut yang ada di Jennie sebelum akhirnya ia bangkit untuk mengambil air. Kediaman keluarga Park ini terasa canggung. Yang ia tahu Rose dulu tinggal bersama neneknya dan sejak lulus, Ia memilih liburan ke kediaman keluarganya tapi sayang keluarganya terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Ia kini merasa Rose pasti sangat kesepian ketika Jennie, Jungkook dan keluarga tak ada dirumah yang cukup besar ini. Tapi ia kembali kagum, Wanita itu tak pernah mengeluh ataupun marah. Justru ia selalu tersenyum memancarkan aura positif bagi orang disekitarnya. Siapa tahu bahwa dibalik senyuman itu, Ia terluka cukup parah.

Ia bingung saat ini. Jujur ia ikut sedih. Bagaimana pun juga ia tahu Jennie telah menganggap Rose sebagai adiknya begitu juga dengan dirinya.

"Chaeyoung gak mau sampe Jungkook tahu."

Itulah ucapan Jennie disela-sela tangisannya itu. Taehyung menghela nafas. Sebagai sahabat Jungkook, Ia tahu bahwa sahabatnya itu juga pasti akan ikut terluka mendengar berita ini. Ia bingung karena tak tahu harus berbuat apa. Ia kembali duduk dikarpet sambil memandang wajah Jennie yang tertidur pulas. Hingga ia tak sadar bahwa ia ikut tertidur di karpet dengan tangan yang ia jadikan bantal sambil menghadap Jennie.

###

Waktu berlalu begitu cepat dan Rose masih terjaga. Ia telah berhenti menangis. Lalu, Ia mengambil ponselnya.

Jungkook.

Iya... Ia butuh lelaki itu. Ia menelponnya berkali-kali tapi sayang tak diangkat. Mungkin laki-laki itu sedang meeting pikirnya. Sudah 3 hari juga lelaki itu tak ada kabarnya. Pesan terakhir yang ia kirimkan adalah ucapan selamat malam.

Telpon keempat kalinya berbeda dengan sebelumnya. Nomornya gak aktif. Mungkin ponsel Jungkook lowbatt. Semalaman itu ia mencoba berpikir positif. Semoga ia bisa menemui laki-laki itu besok. Semoga saja.

Tbc.

Limited TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang