Setelah kejadian itu mereka semakin dekat dan dekat, Mingyu pun mencoba lebih romantis pada Wonunya, dan Wonwoo mencoba lebih perhatian pada Mingyunya.
Mencoba membuat nyaman satu sama lain, mencoba saling menerima dan mengerti.
.
.
.
"Wonwoo..."
"iya ada apa?"
"sepertinya pernikahan kita harus diundur""loh kenapa?"
"aku harus melihat proyek kami di Kanada, dan tidak akan bisa berjalan jika ada yang tidak mengikutinya"
"hmm kau sudah bilang pada appa dan eomma?"
"belum."
"aku akan memberitahunya"
"wonwoo, tolong bantu aku agar mereka setuju dengan pengunduran tanggal ini, ini proyek yang samgat besar, jika aku tinggalkan dan mereka berdiskusi sendiri, mereka akan melakukan kecurangan"
"iya sayangku, akan ku coba"
Lalu Mingyupun mencium kening Wonwoo
"terima kasih, oh iya kenapa kau tidak ikut saja?"
"tidak perlu, itu bisnis mu"
"kau mau aku mati menahan rindu?"
"astagaa kau terlalu berlebihan"
"ayolaah kumohon ikut bersamaku"
"tidak Mingyuu"
"yasudah, kita kerumah appa sekarang, aku merindukan Jihoon"
.
.
"kami pulang"
"EOMMAAAA!! APPAA!!!"
Jihoon pun berlari menghampiri Mingyu, Mingyu pun langsung menggendongnya
"wah jaogan appa sudah besar"
"iyadoong uji harus tubuh becaal"
"hmm uji?" tanya Wonwoo bingung
"iyaaa, nenek dan kakek selalu memanggil dengan cebutan itu"
"kalian akan mengambil Jihoon?! Biarkan dia bersama kami duli, kalian ini berlebihan baru saja 2 minggu kalian sudah mengambilnya lagi" ucap Eomma Mingyu yang tidak rela cucu kesayangannya dibawa pulang
"ah tidak eomma, kami hanya ingin memberi tau sesuatu"
Sekarang mereka telah duduk santai di sofa.
"jadi ada apa?" tanya Appa Mingyu yang seperti biasa tidak suka bertele tele
"aku ada proyek di Kanada selama 2 Minggu, dan tanggalnya berpaspasan dengan tanggal pernikahan kami"
"apa kau tidak bisa menundanya nak?" Tanya Eomma Mingyu, Mingyu pun menghela napas sejenak
"jika bisa, aku tidak akan membicarakan ini eomma"
"Kalau begitu kalian akan menikah sebelum Mingyu ke Kanada, dan Mingyu kau bawa Wonwoo bersamamu" ucap Appa Mingyu membuat calon suami istri itu terkejut
"A..apa?!" ucap Mingyu dan Wonwoo bersamaan.
"kenapa ada yg salah?"
"ah tidakk" ucap Mingyu sambil mengaruk tengkuknya yang tak gatal
"jadi tanggal berapa kau pergi ke Kanada?"
"tanggal 26"
"satu minggu lebih lagi, kita harus segera sebar undangan, sayang apakah undangannya sudah di urus?"
"ah iya tinggal membertaukan tanggal saja"
"yasudah, beritahu dia bahwa pernikahanya tanggal 23, dan booking juga gedungnya"
"baiklah"
Lalu semua kembali sibuk dengan urusan pernikahan, Mingyu dan Wonwoo hanya terdiam. Terutama Wonwoo, pikirannya sangat riuh, tinggal hitungan hari, apakah dia bisa?
Menjadi istri seorang CEO tidaklah mudah, dia akan dipersulit dengan urusan ini itu, belum lagi ia harus merasakan kesepian karena pasti Mingyu akan pergi kesana kemari untuk pekerjaanya.
"nak besok kalian ke butik XX untuk pengukuran baju ya, sekitar jam 10 pagi, maaf eomma tidak bisa ikut" ucap Eomma Mingyu memecah keheningan antara calon pengantin tersebut. Mingyu dan Wonwoo pun hanya menjawab dengan anggukan.
"wonwoo..." panggil Mingyu pelan
Yang merasa terpanggil pun mendongkak
"kau tidak apa-apa?" tanya Mingyu khawatir saat melihat wajah pucat Wonwoo, Wonwoo pun hanya tersenyum dan mengelengkan kepalanya.
"ingin beli es krim?" tawar Mingyu
"ayooo, aku butuh pendingin haha"
Mingyu pun tersenyum kecil mendengar jawaban Wonwoo, jelas saja ada yang tidak beres dengannya.
Mereka pun berpamitan dan pergi untuk membeli es krim.
.
.
.
"terima kasih es krimnya, aku sangat suka vanilla" ucap Wonwoo saat keduanya tengah menikmati es krim di taman.
"saama-sama. Emm Wonwoo-ya, apa yang menganggu pikiranmu?" tanya mingyu dengan nada lembut
"ahh apa semua itu tertebak dari raut wajahku? Hahaha a..aku, aku hanya—"
"katakan, sebentar lagi pernikahan kita, aku tidak ingin kau merasa terpaksa"
"hiks, aku takut, aku takut tidak bisa menjadi istri yang baik untukmu, aku takut aku malah mempermalukanmu, bagsimanapun kau ini seorang CEO, semua orang mengenalmu, bagaimna jika kau dipermalukan hanya karena diriku dan —"
Mingyu langsung mendekap Wonwoo dengan erat, membiarkan Wonwoo menangis dipelukannya, mengelus punggungnya agar dia merasa nyaman.
"dengarkan aku, kau tidak perlu memikirkan itu semua, aku mencintaimu, kau tidak perlu repot-repot memikirkan kedepannya, semua akan mengalir sayang, dan kita akan melewatinya bersama. Paham?"
Wonwoo pun mengangguk pelan
"terima kasih, aku mencintaimu"
"aku juga"
Walaupun terbilang sangat singkat pertemuan mereka, namun mereka bisa memikat hati satu sama lain, mereka bisa saling berbagi untuk lebih terbuka satu sama lain.
"tidurlah di rumahku, kau tidak perlu tinggal di rumahmu itu, aku kesepian" ucap Mingyu
"emmm tapiii—"
"ayo kita betkemas bajumu,.tenang saja kita tak akan menjual.rumahmu itu"
"yak! Emang siapa yang mau menjualnya?!"
"mungkin aku suatu saat nanti"
"tidaaaakk boleeehhh! Itu rumahkuu"
"karena nanti aku menjadi suamimu, maka itu juga rumahku sayang"
Cuph
"bawel sekali"
"dasar tidakk sopaaan, kau menciumku di depan umum"
"loh apa salahnya? Kau kan calon istriku, apa aku harus mencium istri orang lain?"
"t..tidakk— YAKKK MAUU KEMANAA!"
"menciumm istri oranggg" ucap Mingyu setengah merteriak
Berakhir dengan mereka bermain kejar kejaran di taman itu, orang2 yang berlalulalang hanya bisa terkekeh pelan melihat calon suami istri tersebut.