Goodbye Summer

2.1K 191 7
                                    

XI.

Bentuk jiwamu, warna bibirmu, suaramu, dan segala hal tentangmu adalah kesederhanaan tanpa tetesan kemegahan yang membuatku ingin menjadi bayangan gelap demi mengikatmu dan mendorong kehadiran yang lain.

Aku egois karenamu, dan aku menemukan kebahagiaanku dengan cara itu.

-bee-

-:-

"Aku ingin kau tidak ada, benar-benar ingin kau menghilang."

-:-

Hinata berusaha semampunya untuk mempertahankan senyum sama di wajahnya. Tapi bahkan tanpa cermin dia bisa melihat senyumnya yang tak tulus.

Karena Hinata tahu, Sasuke tidak sedang bercanda. Dia serius. Dan dia ingin Hinata menghilang.

Harusnya ini sempurna. Jika Sasuke memiliki keinginan itu, berarti Hinata bisa kembali ke Fukuoka dengan hati yang lebih ringan. Tapi di setiap detik yang berjalan, Hinata hanya bisa mengenal rasa sakit. Kesedihan yang memaksanya menarik nafas dalam-dalam demi meyakinkannya bahwa rasa sakit itu tidak nyata, hanya sebuah ilusi yang menekannya pada pergerakan statis dalam ruang hampa udara.

Di mana pribadinya yang dulu ingin bebas dari Sasuke?

...

Tak ada jawaban.

Perhatiannya direbut Sasuke dengan rentetan kalimat yang kemudian diucapkannya.

"Aku ingin kau tidak ada, benar-benar ingin kau menghilang. Tapi keegoisanku tak akan bisa dipuaskan jika hal itu terjadi. Aku tumbuh dengan pengetahuan yang tertanam di otakku bahwa kita satu. Kau dan aku tak akan bisa berpisah. Kita kembar, kita dilekatkan takdir, kita sepasang manusia yang berasal dari satu. Kita adalah awal, kita adalah sebuah perjalanan, tapi tak akan ada akhir untuk kita. Karena kita adalah sebuah kesalahan; kesalahan yang sempurna hingga tak ada orang lain yang mampu mengerti.

"Karena kita adalah manusia yang menyukai keadaan salah dan justru saling membutuhkan karena hanya ada kita dalam keadaan ini. Seperti terperangkap dalam sel tahanan tak berjeruji, tapi kita tak ingin keluar. Kita tertahan di dalam tanpa alasan, dengan kebebasan yang terbentang di hadapan kita. Tapi kita tetap berada di dalam, saling berpegangan, saling bergantung, saling membutuhkan satu sama lain.

"Karena itu, sempat terpikir olehku bahwa kau seharusnya tidak ada. Tapi setiap bagian dari diriku ingin kau tetap ada. Karena aku bukanlah aku jika kau tak ada. Karena aku merefleksikan dirimu sebagai diriku, mengidentifikasikan, juga hanya bisa mengenali diriku karena dirimu.

"Jika kau sudah siap untuk menghilang, katakan padaku. Saat itu, aku tidak akan menunggu lagi, aku akan membuat dirimu menghilang, dan aku akan dengan alami melebur dengan ketidakhadiranmu. Karena seperti itulah kita, dan hanya kita yang mampu mengerti tentang kita."

.

.

.

"Karena itulah kita perlu mencegahnya."

Enam empat puluh petang, lampu-lampu di mansion Uchiha mulai menyebar pesonanya. Chandelier utama di ruangan pribadi Madara, menerima tenaga listrik untuk kemudian menyediakan cahaya tambahan selain lampu meja klasik yang bersinar sendirian.

Madara bangun dari kursinya, berjalan dengan langkah ringan menuju music player dengan empat speaker langsing. Pria berambut gelap itu lalu mengambil satu CD dari koleksinya. Menekan tombol open dan menyelipkan kepingan ke player yang mengulurkan jasanya. Beberapa detik selanjutnya, suara emas Nat King Cole mengumandangkan lirik sedih Autumn Leaves.

君と月の光(Kimi to Tsuki no Hikari)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang