Two Suns

3K 265 4
                                    

IV.

Cahaya bulan penuh menghiasi langit Oktober malam itu. Di ruangan berlantai kayu yang hanya diterangi sinar lentera di dua sudut ruangan, sepi. Tiga pria Hyuuga menutup mulut mereka rapat-rapat. Satu diantaranya mengambil posisi di pusat ruangan sendirian. Dua yang lain berseberangan dengan pria tua yang tetap diam membiarkan waktu terus berjalan. Sebuah meja kayu tradisional adalah satu-satunya benda yang memisahkan mereka. Tiga pria yang tidak hanya bertalian darah itu, juga berwajah hampir serupa.

Hyuuga Hisashi duduk dengan nyaman di atas zabuton. Siapapun yang melihatnya, tidak akan bisa menerka gundah yang tinggal dengannya sejak kelahiran Hyuuga Hanabi, cucu perempuannya. Hisashi berharap, ada sedikit harapan setelah mengetahui Hotaru mengandung anak kedua. Dari seorang miko, Hisashi tahu, anak kedua Hiashi akan lebih kuat dibanding anak pertamanya, Hinata.

Hinata, sang pewaris Hyuuga, lahir dengan banyak aliran 'Yin' sebagai kekuatannya. Air adalah sifat negatif yang seringkali menghanyutkan manusia lain, lemah namun selalu mudah menciptakan arus. Lebih jauh miko itu juga bilang, Hinata yang terlahir dengan elemen air adalah manusia yang memiliki kekuatan di pikiran. Dia adalah seseorang yang memiliki kebebasan dan fleksibilitas seperti air yang mudah mengikuti wadah. Seseorang dengan sifat fleksibilitas ini juga adalah seseorang yang memiliki nilai positif dalam peperangan. Seperti tumbuhan yang bergerak dengan fleksibel mengikuti arah angin, seseorang dengan Yin kuat adalah seseorang yang akan menciptakan keseimbangan antara pertahanan dan serangan.

Hanabi, bahkan sebelum dia lahir, elemen 'Yang' miliknya begitu mendominasi. Elemen yang berlawanan dengan Hinata, adalah kekuatan dan peperangan itu sendiri.

Hisashi awalnya percaya, ini adalah kehendak para dewa. Pewaris dengan elemen 'Yin' akan menjadi pemikir, sedangkan elemen 'Yang' akan menjadi penggerak. Siapa yang menyangka, hanya karena Hanabi seorang anak perempuan, Hisashi mulai membenci takdir.

Mata sang ketua klan yang sebelumnya berpusat di sisi ruangan, beralih saat Hisashi siap menyampaikan alasan dia memanggil kedua putranya.

Pertama, pria tua itu menghadapi Hiashi, sang penerus. "Hiashi, kau putra pertamaku. Kau memiliki dua anak perempuan sebagai garis keturunanmu." Kemudian pria tua yang gundah itu berganti fokus pada saudara kembar Hiashi. "Hizashi, meski kau putra kedua, kau memiliki Neji." Sekali lagi Hisashi menatap sisi ruangan, memperhatikan bayangan ranting tanpa daun yang melemah di musim gugur. "Aku tidak paham mengapa dewa senang mentertawakan klan ini. Aku punya dua orang putra, tapi penerusku memiliki dua orang putri."

Hiashi menunduk bukan karena dia merasa bersalah. Pikirannya sibuk dengan hal lain. Hal yang kemudian menjadi awal sebuah perubahan di klan Hyuuga.

"Chichi-ue," Hiashi memanggil. "Berikan izin Anda untuk saya melawan kehendak langit. Menciptakan takdir kita sendiri."

Hizashi tidak langsung menoleh pada saudaranya. Dia memperhatikan tepi zabuton yang menjadi alas duduknya. Perlahan, dia mengangkat wajah sebelum memperhatikan wajah kakaknya.

"Lanjutkan," Hisashi membuka lembaran baru di takdir Hyuuga.

"Tentang Uchiha," Hiashi mengawali diskusi dengan hal yang baginya paling penting. Putra pertama Hisashi itu terbiasa dengan kuasa. Hiashi juga memuja alur lamban demi mencapai hasil akhir yang memuaskan. Hal ini juga yang menjadi alasan Hiashi mengangkat nama Uchiha. "Akan kuciptakan celah retak di tubuh Uchiha." Suara tenang Hiashi menarik perhatian dua anggota Hyuuga yang lain. "Aku, Hyuuga Hiashi, akan membuat Uchiha rapuh dengan menanamkan kelemahan di dalam diri Uchiha Sasuke."

Uchiha di mata para Hyuuga adalah serangga penghisap darah. Mereka tak berarti, namun saat matahari lemah, mereka akan merusak. Uchiha semakin kuat dengan dua orang penerus di garis keturunan utama. Uchiha Fugaku menghasilkan dua orang putra yang tentunya lebih berharga dibanding dua orang putri Hyuuga.

"Uchiha Sasuke akan menjadi kelemahan dan juga kesalahan terbesar mereka," putra pertama Hyuuga itu bersumpah. Hiashi suka reaksi yang hadir di wajah ayahnya.

"Menciptakan takdir sendiri?"

Mendengar pertanyaan ayahnya, Hiashi beralih pada saudara kembarnya. "Maaf, Hizashi. Neji harus mengalah untuk hal ini."

"Maksud Anda, Nii-sama?"

"Hinata akan menjadi alasan kemenangan kita dari Uchiha. Klan ini telah banyak dirugikan Uchiha yang seharusnya berada di posisi terbawah dalam urutan. Uchiha tidak pantas disejajarkan dengan Hyuuga. Mereka tidak akan ada tanpa nenek moyang Hyuuga."

"Nii-sama, kau akan mempertahankan bocah Uchiha itu?" Hizashi selalu suka cara praktis, satu dari banyak hal yang membedakannya dengan Hiashi.

"Kita selalu berada di pihak yang menguntungkan jika bisa menjinakkan hewan liar dengan kasih sayang. Mereka bisa melawan musuh demi melindungi kita, meski musuh kita adalah induknya sendiri."

"Jadi kau akan..." Hisashi menanti kalimatnya dilengkapi.

Hiashi menyambut penawaran sang ayah. "Chichi-ue, putriku, Hinata, sang putri air akan memadamkan api Uchiha."

Bulan Oktober setelah tiga tahun Uchiha Sasuke hidup sebagai Hyuuga Sasuke, Hiashi mengerti apa yang perlu dia lakukan untuk mempertahankan kehormatan klan-nya yang hampir runtuh. Dia rela hidup sebagai seorang pembuat tofu, membiarkan adik kembarnya menjaga bagian lain Jepang dengan mengambil profesi tersembunyi lain, sementara sang ayah berpura-pura pasif di Kyoto.

Semua dilakukan demi tujuan akhir mereka, menghancurkan Uchiha dan membangun lagi dinasti baru Hyuuga yang jauh lebih kuat. Hyuuga memiliki Neji, Hinata dan Hanabi, apa yang menghentikan mereka? Uchiha? Tentu tidak.

Semua Hyuuga mencintai waktu. Mencintai berarti menghargai. Prosesnya mungkin akan memakan waktu lama, tapi daya hancurnya akan begitu kuat dan megah, tak akan ada yang bisa lari dari itu.

Mereka tidak menginginkan Sasuke, tapi Sasuke adalah sebuah kesempatan. Sekecil apapun kesempatan yang ada, selalu bisa membesar dengan sedikit usaha. Hiashi memahami cara ini sebagai seorang Hyuuga. Hari bersalju 27 Desember dua tahun yang lalu, takdir pernah membuat kesalahan dengan menghadirkan Uchiha Sasuke di dunia tentram Hyuuga. Hiashi hanya perlu mengangkat Sasuke ke posisi nyaman, Hinata harus ada di sekitarnya selalu. Jika kekuatan biasa tak berarti, maka ikat dia dengan tali kekang yang jauh lebih kuat.

Hiashi mengikat Sasuke pada Hinata, putri yang lahir dengan elemen Yin kuat.

Ambisi Hiashi bisa dimengerti ayahnya, namun Hizashi masih menjadi Hyuuga yang menyediakan antisipasi, mencegah kemungkinan akan kerusakan yang lebih besar. "Bagaimana jika tidak berhasil? Bagaimana jika ada sesuatu yang berjalan di luar rencana?" Hizashi bertanya.

Tapi Hiashi selalu suka tantangan. "Kita akan ikuti permainan takdir, otoutou."

Seperti putra pertamanya, Hisashi bisa merasakan perubahan. Mungkin dua orang putri Hyuuga bisa menjadi jalan keluar dari keterpurukan ini. Mungkin para dewa memiliki tujuan lain. "Rencana ini hanya akan diketahui oleh kita bertiga," Hisashi memberi perintah pada dua putranya. "Jika takdir begitu hebat, kita lihat sehebat apa takdir merubah jalan hidup kita," lanjutnya.

.

つづく

君と月の光(Kimi to Tsuki no Hikari)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang