Epilogue; Eternally

4.1K 264 23
                                    

Kini kubaringkan tubuhku untuk tidur, aku berdoa agar Tuhan menjaga jiwaku, jika aku harus mati sebelum terbangun, aku berdoa agar Tuhan mengambil jiwaku.

-unknown-

-:-

.

.

.

Di usianya yang ke dua puluh dua, Sasuke mengetahui cerita pendek tentang dua orang yang tak dipedulikannya dari seorang Hyuuga yang mengabdi padanya. Dia ingat di suatu malam di bulan November yang dingin, saat ada pertemuan antar klan, pemuda itu-yang namanya selalu dilupakan Sasuke-mengatakan bahwa sejak September dua tahun yang lalu, Hizashi menerima hukuman dari ayahnya. Hukuman yang bukan berbentuk kematian, tapi sebuah kehidupan tanpa nama Hyuuga atau kehormatan seorang anggota klan. Dengan tidak menjadi Hyuuga, Sasuke awalnya berkeyakinan, mungkin Hizashi lebih bahagia. Tapi dia salah. Dalam Hyuuga, dibuang berarti buta dan terasing.

Seperti itulah Hizashi setelah mata Hyuuganya tak lagi ada, seperti namanya. Hizashi adalah seorang pria yang tak mampu melihat dan diasingkan. Semua yang hidup di dalam lingkungan klan tentunya tahu, nama besar keluarga adalah yang paling utama. Karena itulah nama keluarga selalu diletakkan di depan sebelum nama pemberian.

Lalu tentang Neji yang hidup di selatan pulau dan membuka klinik kecil. Tapi hanya sebatas itu. Tak ada yang tahu kabar terakhir tentangnya. Apakah dia melanjutkan hidup dengan membangun keluarga baru atau berniat untuk tetap melajang sepanjang hayatnya. Dan Sasuke tidak punya waktu untuk memusingkan hal itu.

Tepat setahun kemudian, Sasuke membeli sebuah rumah yang hampir serupa dengan rumah yang pernah digambarkan Hinata. Rumah mungil sederhana dengan halaman belakang luas yang menghadap laut. Di mana dia bisa melihat langit yang melukiskan garis-garis warna senja di cakrawala yang terlihat sempurna saat surya tenggelam.

Tak jarang, Sasuke menghabiskan waktunya di sana sendirian. Seperti sekarang. Di bulan April saat bunga-bunga musim semi bermekaran.

Berbaring di atas sofa panjang yang usang di halaman belakang rumah mungilnya, Sasuke membiarkan dirinya menghapus cerita masa lalu dan hanya berbaring tanpa melakukan apapun. Cuaca bulan April yang sejuk menemaninya. Majalah dan lembaran koran edisi lama berserakan di sekitarnya. Di atas meja plastik berwarna putih yang tak lagi bersih, gelas-gelas yang sebelumnya berisi limun dingin dan kaleng-kaleng soda kosong, masih berdiri dengan es yang meleleh dan melahirkan embun di tubuhnya.

Musik klasik dari piringan hitam yang dia putar di ruang tengah, mengalun lembut bersama angin.

Sasuke ingin membangkitkan suasana kebersamaan dalam keluarga kecil yang ada di bayangan Hinata. Saat memejamkan mata, dia tak hanya bisa mendengar suara musik dan desiran angin yang bertiup pelan. Tapi juga derai tawa anak-anak yang berlarian di halaman. Disusul dengan suara lembut Hinata yang datang dari dapur membawa sepiring onigiri saat memanggil nama mereka, meminta anak-anak berkumpul di meja kayu dekat pintu belakang menuju dapur.

Gambaran dari imajinasinya ini terlihat begitu jelas di matanya yang tertutup.

Semuanya bahagia. Anaknya yang paling kecil berlari ke arah ibunya, memeluk kakinya dan bergelayutan seperti anak koala. Yang paling besar berusia tujuh tahun, dia baru saja mendapat piagam penghargaan karena prestasinya di sekolah. Dan kini berlari ke arah Sasuke yang duduk di kursi goyangnya. "Otou-san," panggilnya. "Aku adalah murid terbaik di sekolah. Okaa-san bilang, aku sangat serupa dengan Otou-san," katanya bangga. Matanya hitam pekat seperti Sasuke dulu. Rambutnya gelap selayaknya seorang anak laki-laki di Uchiha. Dan kecerdasannya tak bisa disejajarkan dengan anak-anak yang lain.

君と月の光(Kimi to Tsuki no Hikari)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang