Poison Ivy

2.2K 202 2
                                    

XII.

Di dunia yang luas ini, dengan ruang, waktu dan dimensi yang mega, kukunci segala hal yang bisa merenggut kehadiranmu dari sisiku.

Kuciptakan sebuah paradigma kehidupan baru untukmu. Kau tak akan pernah kubiarkan tersesat, akulah kompasmu.

Kusediakan sebuah pondok mungil di bulan untukmu. Kau tak akan pernah kesulitan bernafas, akulah udaramu.

-bee-

-:-

Dan Sasuke selalu mengabulkan keinginan Hinata. Menyatukan lagi bibir mereka tanpa celah yang bisa mengundang suara selain suara desah kenikmatan, desis kepuasan, gairah liar dari jiwa yang merindukan, dan hasrat yang semakin melupakan norma.

Nada dering ponselnya berhenti...

...kali ini, tak ada susulan nada lain.

-:-

Semakin banyak bahasa yang terlontar dalam peperangan lidah di dalam mulut lawan; bahasa yang dipahami sensor paling dasar, tak lagi mengenal tata cara bicara yang umum. Tak perlu lagi ide untuk ke mana selanjutnya, hanya ada insting yang siap membawa mereka melayang.

Hinata membuka matanya, yang terlihat hanya warna kulit Sasuke. Nafasnya semakin terasa berat, celah hampir tak tersedia dengan bibir yang masih menyatu, mengikat kenikmatannya di bibir Hinata. Rahang yang bekerja terlalu banyak, menyerah untuk menahan mulut agar tetap terbuka untuknya. Sasuke mengerti dengan memberi jeda sebentar pada rahang sang Hyuuga. Wajahnya perlahan menurun, membuat segala hal terlihat buram di mata Hinata.

Bibirnya kini menghisap denyut hidup di leher Hinata, menikmati kekenyalan yang memancing suara desahan lain dari perempuan berambut panjang itu.

Sasuke menarik tangan Hinata yang tanpa daya ke lehernya, sementara lima jari menemukan jalan sempit menuju kulit tersembunyi di balik blouse ivory yang dikenakan Hinata, meresap hangat dari punggung.

Hinata menanamkan jemari di kulit lehernya, lalu menyebar ke atas dan kembali kusut di rambut gelap Sasuke. Tulang selangka berhasil ditemukan lidah Sasuke yang terus bergerak, setelah dengan cermat meminta blouse sedikit mengalah untuknya.

Tapi ini Hinata, perempuan yang kini menikmati ciumannya adalah Hinata. Dia bukan perempuan-perempuan yang selama ini menyediakan kepuasan semu di kehampaan hidup Sasuke tanpa Hinata. Perempuan yang kini memainkan jemari di antara kepekatan rambutnya, terlalu istimewa.

Dengan sedikit kesadaran itu, Sasuke menyingkirkan ego-nya meski setiap bahasa yang disampaikan tubuh Hinata seolah menuntut sebuah pelepasan yang tanpa kendali.

Dia tak lagi bergerak.

Hinata membuka matanya, merasakan reaksi pasif dari Sasuke. Khawatir, dia mendorong tubuhnya sendiri dan menatap mata Sasuke yang terlihat kosong, ekspresinya dengan jelas menggambarkan jiwa yang tersesat, seolah terperangkap di antara dua jalan.

"Sasuke?" suara lembut itu, efeknya di tubuh Sasuke. Betapa Sasuke benar-benar berjuang menghapus keinginannya.

"Tidurlah, Hinata," bisiknya, memilih untuk bijak kali ini, lalu mengecup kening Hinata. Dengan lembut dia mengembalikan lagi kebebasannya. Sasuke kemudian menarik bantal untuk dia jadikan alas bagi kepalanya. Lengan kanannya terbentang, seperti dulu saat mereka remaja, Hinata selalu mendapat tempat di sana, di pelukannya yang hangat.

.

.

.

"Kapan kau tahu?"

君と月の光(Kimi to Tsuki no Hikari)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang