One Step Ahead

1.9K 179 1
                                    

XIV.

Madara pasti menempati kursi utama. Itachi selalu berdiri beberapa langkah di belakangnya. Izuna seperti sebelumnya, memilih absen di waktu sarapan atau waktu-waktu lain dimana para Uchiha terpilih, berkumpul dan menikmati hidangan di meja makan.

Pagi ini, Sasuke berdiri di seberang meja, berhadapan dengan Madara yang memilih untuk tetap menikmati menu sarapan saat Sasuke bicara.

Ruang makan yang luas dan bermandikan cahaya matahari pagi, mengundang sebuah awal dari era baru di klan Uchiha.

"Aku hanya berharap Anda bisa mengizinkan Hinata tinggal di sini, Madara-sama."

Menopang dagu dengan tangan kirinya, Madara menyunggingkan senyumnya, "Maksudmu Hyuuga?"

Jawaban Sasuke sudah diketahui Madara yang suka membuang waktu dengan pertanyaan yang tak memerlukan jawaban. "Bahkan jika aku menolaknya, kau akan tetap bersikeras, kan?" Sang ketua klan mengayunkan tangan kanannya yang bebas, "Ya sudah. Dia bisa tinggal di sini." Madara menggaris-bawahi kalimat berikutnya dengan senyuman lain. "Asal dia tidak ikut campur urusan kita."

Itachi tak membuat reaksi nyata. Hanya pikirannya yang aktif bekerja dan terus mengamati segala hal yang terpajang di hadapannya; bagaimana sikap tubuh Sasuke saat Madara menyetujui permintaannya, bagaimana kegelapan warna mata Sasuke berubah cerah, atau sesederhana bahasa tubuhnya yang dia tunjukkan dengan bahu yang tidak lagi tegang.

Bahkan jika Itachi buta, dia bisa mendengar kebahagiaan itu di setiap helaan napas lega Sasuke.

Si bungsu dari dua bersaudara kemudian mengalihkan tatapan matanya pada Itachi. Mereka saling memandang dengan makna yang sangat kontradiktif.

'Jangan ikut campur urusanku, Aniki,' mata Sasuke mengkronfontasi.

'Lepaskan perasaan itu, Otouto. Kau membuat dirimu lemah hanya karena emosi yang tak berarti,' mata Itachi memohon.

"Kenapa tidak kau bawa dia ke sini, Sasuke? Aku ingin dia mengenal kita semua."

Kalimat Madara berhasil menarik perhatian Sasuke yang segera membungkukkan badannya sebelum melangkah pergi. Mengacuhkan tatapan Itachi yang terus mengawasinya.

"Sudahlah, Itachi. Sampai mana kau akan berusaha?" Perlahan, Madara membalikkan tubuhnya demi melihat sepasang mata Uchiha milik Itachi yang membelalak. "Berhati-hatilah jika kau menyusun rencana, putra Fugaku. Kau pikir Izuna mengkhianatiku? Gunakan kejeniusanmu untuk berpikir dengan lebih baik. Izuna masih setia padaku. Jika kau berpikir kau bisa menggagalkan rencanaku seperti ayahmu dulu, aku tidak akan segan-segan kehilanganmu demi Byakko di tanganku."

Itachi menatap lantai. Dia tidak lupa, dia juga sudah sangat berhati-hati. Sayang, setiap Uchiha tidak bisa dia percaya.

Madara kembali pada menu sarapannya, membiarkan Itachi tersesat dalam pikirannya. Di sisi lain, Madara ingin tahu rencana apa yang akan dibuat putra pertama Fugaku itu. "Ingatlah selalu satu hal, Itachi. Dendam hanya akan menyesatkanmu," Madara mengingatkan, sekaligus merendahkan Itachi dan idenya yang ternyata tak cukup brilian.

Tapi selalu ada harapan bahkan dalam badai. Itachi hanya perlu menemukan celah paling sempit di antara angin keras pengkhianatan yang selalu berputar di sekitarnya.

.

.

.

Sasuke ingin mengerti perasaan apa yang datang padanya kali ini. Awalnya, dia selalu mengaitkan kata euphoria dengan perasaannya. Satu emosi yang siap menghadirkan langit cerah di hatinya yang dulu sepi dan gelap.

君と月の光(Kimi to Tsuki no Hikari)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang