XVI.
Di sana, gambaran kepala yang terkulai, darah, tubuh yang tergeletak tak bernyawa, kegelapan yang hampir sempurna; bercampur menjadi satu. Shisui dengan bangga menjejakkan satu kaki di atas kepala pria yang sangat familiar di mata Hinata.
Mayat Hyuuga Hiashi, adalah gambar yang kini diberikan Shisui padanya.
Napas Hinata berubah cepat, segala hal berubah membeku, bahkan air matanya. Dia kehilangan tenaga, keseimbangannya lenyap, dan pikirannya buntu. Hinata tahu, setelah ini dia akan terus dihantui mimpi buruk.
"Ayahmu mati di tanganku. Sayang sekali adikmu tidak ada saat itu."
-:-
Kepalanya diserang rasa sakit yang begitu luar biasa, kakinya bergerak mundur, tubuhnya merapat ke dinding mencari sandaran. Hinata tak lagi ingat cara untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini hanyalah sebuah tipuan belaka. Dia tak lagi bisa membohongi pikirannya, apa yang baru diperlihatkan Shisui adalah sebuah kenyataan menyedihkan. Telinganya berdengung, denyut jantung memukul telinga, napas terasa tercekat. Pandangannya mulai buram, wajahnya berubah pucat seketika saat tubuhnya jatuh tatkala dua kakinya tak lagi sanggup menopang beban tubuhnya.
Shisui suka dengan efek yang dia ciptakan.
"Bagaimana, Byakko? Kau tahu kenapa Seiryuu tak lagi lahir di Hyuuga? Karena kalian begitu mudah mati. Karena kalian lemah dan telah kalah oleh kegelapan kami. Uchiha sejak dulu lebih unggul. Kau harus berterima kasih karena Madara-sama mengampunimu."
Tak ada satu pun kalimat Shisui yang berhasil dicerna Hinata, pikirannya telah lelah untuk berpikir. Hinata duduk di lantai, tatapannya kosong.
Sikapnya yang pasif membuat Shisui melangkah maju lagi, kemudian berlutut di dekatnya. "Aku sangat ingin menghancurkan kalian, para Hyuuga." Shisui bertahan sejenak di posisinya, menatap wajah Hinata yang seakan kehilangan warna. "Kalian membuatku muak!" katanya, menekan rahang begitu kuat, menandakan kebenciannya.
Uchiha itu kemudian bangkit, berjalan menjauh tanpa menoleh lagi. Suara langkahnya yang menderap perlahan menjauh. Meninggalkan Hinata sendirian di lorong yang kini dipenuhi suara tangis yang akhirnya pecah.
Susah payah dia berusaha bangun. Keinginan Hinata untuk mendengar suara Neji semakin kuat. Sisa keberaniannya yang begitu tipis, dia manfaatkan untuk sekali lagi mencari pesawat telepon di lantai satu.
.
.
.
Nama pria itu Hozuki Mangetsu. Dia adalah orang yang ditugaskan Madara untuk menjadi abdi setia Itachi. Dari keluarga yang sama dengan Suigetsu, Hozuki, dimana sang adik berdiri di belakang Sasuke. Satu hal yang tak diketahui Madara adalah kepada siapa kedua bersaudara Hozuki melabuhkan kesetiaannya.
Di sini, di sebuah ruangan yang sebelumnya sering digunakan Itachi untuk membaca jurnal ayahnya, Mangetsu memaparkannya tanpa ragu. "Terumi-sama adalah jalan keluarnya, Itachi-sama," katanya dengan nada sopan. "Malam ini Suigetsu akan membawa Sasuke-sama untuk menemuinya."
Itachi terdiam sejenak, wajahnya memancarkan keraguan yang terlalu jelas. Uchiha itu memang enggan menutupinya, dia tak ingin mengambil langkah yang salah.
"Apa Anda sudah membaca jurnal milik Fugaku-sama sampai tuntas?" lanjut Mangetsu.
Tujuan yang paling utama adalah melindungi Sasuke—adiknya, sekaligus mewujudkan harapan Fugaku untuk sebuah klan yang lebih baik. "Hm. Aku sudah membacanya sampai tuntas berkali-kali," sahut Itachi.
Mangetsu yang tidak seperti sebelumnya, datang dengan sebuah penawaran akan jalan keluar. Kelompok Kiri menginginkan Seiryuu; hanya Seiryuu... tanpa Byakko.
KAMU SEDANG MEMBACA
君と月の光(Kimi to Tsuki no Hikari)
FanfictionSasuHina.:.Kimi to Tsuki no Hikari.:.You and the Moonlight.:. First publication on wattpad December 2014 Re-published January 2023