02 ; crazy girl

12.2K 1.9K 930
                                    

"Apakah kau tidak takut dengan perasaan yang terlalu mendalam? Hati-hati, itu bisa saja menghancurkanmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apakah kau tidak takut dengan perasaan yang terlalu mendalam? Hati-hati, itu bisa saja menghancurkanmu."

•••

"Park Jisung! Satu mangkuk ramen, dan juga kimbab. Antarkan pesanan itu di meja nomor 10." Jisung mengangguk, dia kembali memakai apron miliknya dan mulai memasak pesanan yang ia terima.

Begitulah keseharian Jisung untuk bertahan hidup. Harusnya selepas pulang sekolah dia baru bekerja, tapi untungnya dia di skors jadi bisa bekerja lebih awal. Pemuda itu bekerja sejak umur 14 tahun, tepat setelah sang ibu masuk rumah sakit jiwa.

Kontrakan itu pun hasil dari jerih payahnya sendiri. Lalu, rumah yang lama? Sudah dibeli oleh orang lain. Alasannya cukup sederhana, tidak membayar uang sewa pertahun. Jisung sudah tidak punya siapa-siapa saat itu, sanak saudara? Mereka bahkan tidak peduli dengannya.

Dengan sangat lincah, Jisung menyelesaikan pesanannya. Kini ia pun mengantarkan makanan ke meja yang dituju. Ah ya, sebenarnya bukan hanya ini pekerjaan yang dikerjakan oleh Jisung.

Masih ada banyak lagi.

"Pesanannya, Nona." Jisung meletakkan makanan itu dengan hati-hati.

"Oh, kau?" Jisung mengernyitkan dahinya sambil menoleh ke arah gadis itu.

"Maaf?" Jisung masih kebingungan.

"Ayolah, kau mengatakan padaku alamat yang salah! Aku bahkan hampir tersesat selama dua jam karenamu!" gertak gadis berambut pendek itu. Sekarang Jisung mengerti, ternyata itu gadis yang tadi.

"Ya benar, lalu?" ujar Jisung dengan santai.

"Tanggung jawab!" Pemuda itu mengambil nampan cokelat di meja dan beranjak dari meja ini. Sungguh, dia malas untuk berbicara omong kosong.

"Hei, manusia! Itu namamu, kan?" Suara nyaring gadis itu mampu menarik perhatian semua pelanggan yang tengah menyantap makanan. Jisung menghela napas, kemudian dia menoleh ke gadis tersebut.

"Tanggung jawab!" Jisung mengerutkan dahinya. Apa salahnya? Dia hanya tidak tahu alamat yang diberi, jadi memberikan alamat rumah lamanya pada gadis itu ... apakah salah?

Ya, mungkin saja dia salah.

"Maaf, saya tidak akan mengulanginya lagi," ucap Jisung. Gadis itu melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap nyalang ke arah pemuda itu.

"Kata maafmu tidak mempan."

"Saya tidak peduli, urusan kita selesai. Permisi." Mata gadis itu membelalak, bagaimana bisa Jisung pergi begitu saja?

For Jisung | Park Jisung✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang